Minggu, 25 Desember 2016

Tanpa Kepastian, Aku Tak Punya Hak



            Kita ini apa? Seringkali pertanyaan itu ingin mencuat dari mulut nakalku namun selalu berhasil di tahan oleh logikaku dan akhirnya hanya bisa tercekat di tenggorokanku. Sudah sejauh ini namun tak ada kata pasti yang dapat menggambarkan hubungan kita ini. Teman? Kita lebih dari itu. Pacar? Rasanya belum cukup untuk disebut seperti itu. Ya mungkin benar hubungan kita ini, More than Friends, Less than Lover. Right?
            Sederhananya mungkin kalian menyebut kami ini menjalin hubungan tanpa status, teman tapi mesra, friendzone, atau mungkin sebatas teman tanpa kepastian? Benar, kepastian. Itulah yang harus di perjelas disini. Sungguh demi apapun menjalani hubungan tanpa kepastian tak ada menggenakannya sama sekali, yang ada hanyalah bisa membuat kita menjadi serba salah.
            Kita sudah sering bersama, kesana kemari berdua, saling merindu saat tak bertemu dan akhirnya menjalin komunikasi melalui telepon genggam sampai tak tahu waktu. Aku menceritakan segalanya, kau pun begitu. Kita berbagi suka dan duka. Tapi apa? Kau seperti tak ada niatan sama sekali untuk memastikan hubungan kita, kau hanya membuatku selalu berharap semakin jauh dan jauh. Selalu dan selalu.
            Haruskah aku yang memulai duluan? Kau tahukan aku hanya seorang wanita? Kodratku untuk menunggu bukan memperjuangkan. Norak? Kampung? Bukan, aku bukan wanita kampung yang tak mengerti emansipasi wanita. Aku hanyalah wanita yang ingin menjaga prinsipku, aku hanya tak mau dibilang murahan. Tidak sama sekali.
            Sialnya kau sungguh bukan orang yang peka, kau bahkan terlalu banyak memberi kode. Kata-kata dan tindakanmu menjurus pada cinta namun sayangnya tak ada permintaan pasti padaku. Kau tidak pernah memintaku untuk menjadi kekasihmu. Kau membuat hubungan ini menjadi lebih dari teman namun tanpa pernah ada kepastian. Sedangkan aku bisa apa?
            Sebagai seorang wanita aku hanya bisa menunggu tanpa tahu kapan waktu pastinya. Aku hanya bisa berharap tanpa tahu yang kuharapkan akan tercapai atau tidak. Aku hanya bisa merindu tanpa tahu apa kau merinduku juga. Aku hanya bisa diam.
            Sialnya kau seringkali memanfaatkan ketidakpastian ini. Ada kalanya kau tak mengabariku seharian, kau menghilang tanpa ada alasan yang jelas, kau pergi memberikan kekhawatiran kepadaku, kau dekat dengan wanita lain selain diriku. Tapi apa yang bisa kulakukan. Untuk marahpun aku tak punya hak, untuk kesalpun aku tak punya hak, untuk cemburu pun aku tak punya hak, bahkan untuk bertanyapun aku tak punya hak. Ya, aku bukan siapa-siapa, sehingga aku tidak punya hak.
            Seandainya saja aku adalah kekasihmu semuanya akan lebih mudah bagiku, aku memiliki hak sebagai kekasihmu. Selayaknya kekasih aku akan merasa kesal dan memarahimu saat kau tak menghubungiku seharian, aku akan dengan mudah mengatakan kekhawatiranku, rinduku dan cintaku, aku akan dengan mudah mengatakan aku cemburu, saat kau bersama wanita lain. Sayangnya semua itu hanya seandainya, karena aku sama sekali tidak memiliki hak atas dirimu. Aku bukanlah kekasihmu. Benar kata temanku, seperti platshoes kita tak punya hak.
            Aku lelah harus selalu menjadi orang yang memulai segalanya lebih dulu. Aku benci pada diriku yang selalu merasa kesal saat tak mendapat kabar darimu. Aku lemah saat harus menghubungi lebih dulu. Aku, sungguh aku tak mau terus seperti ini. Aku tak mau terus bersamamu namun tanpa kepastian. Kau mengertikan maksudku? Sungguh, menyimpan semuanya dalam hati hanya membuat batinku semakin tersiksa dan tersiksa.
            Saat ini aku hanya ingin mengatakan aku akan melepaskanmu. Tidak lebih tepatnya aku ingin melepaskan diri dari hubungan tanpa kepastian ini. Seperti berlari tanpa pernah mengetahui garis finish, pada akhirnya hanya lelah yang akan ku dapat. Jadi biarkanlah aku membebaskan diriku sendiri dari hubungan ini, aku hanya tidak ingin semakin tenggelam dengan perbuatan bodohku sendiri.
            Kau harus tahu, aku bertanggung jawab atas hatiku sendiri, Sayang. Hanya orang bodoh yang memberikan organ vitalnya pada orang lain secara cuma-cuma.

25 Desember 2016
#30DWC Jilid 3 hari ke 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...