Senin, 01 Februari 2016

Happy birthday (Fanfiction)

Ini cuma sebuah imaginasi untuk membahagiakan seorang teman, meskipun berhrap suatu saat ini jadi nyata dan sahabatku itu jadi happy beneran wkwk, enjoy this guys, satu lagi jangan baper!

Lets reading!!!

 
Seorang gadis tampak menatap handphone yang ada dalam genggamannya, yang sejak beberapa menit lalu terus saja berbunyi menandakan banyaknya sms yang masuk, bahkan ada juga telepon dari beberapa sahabatnya. Bukan hanya itu, dinding facebook mau pun mention ditwitternya tak urung mendapatkan kiriman dari orang lain. Isinya sama ucapan selamat ulang tahun atas kelahirannya yang ke-17. Hufftt senangnya ternyata banyak juga yang perhatian, gumam gadis bernama Zhura dalam hatinya.
Ia merasa senang tapi di sisi lain ada berjuta-juta rasa kesedihan dan kekesalan yang hinggap dihatinya.
"Aliando nyebelin!" gerutunya kesal seraya melempar begitu saja handphonenya. Untungnya hanya diatas kasur.
Dari puluhan sms, beberapa miscall, banyaknya kiriman di dinding facebook dan mention di twitter, tidak ada satu pun nama Aliando. Sama sekali tidak ada. Padahal seharusnya sebagai kekasih Aliando bisa menjadi pengucap pertama di sweet seventeennya, sayangnya tidak ada. Zhura mengerti Aliando memang seorang selebriti, tapi setidaknya dia bisakan meluangkan beberapa menit atau bahkan detik untuk sekedar mengingat hari ulang tahunnya?
Zhura hanya bisa menghela nafas lelah.
"Giliran Gina aja bela-belain ngucapin malem-malem, sampe ngenomorduain Alicious, eh bagian gue? Apa banget sih!" Zhura kembali menggerutu kesal, ia memukul-mukul bantalnya menumpahkan kekesalannya.
Zhura pun kembali mengambil handphonenya yang sempat menjadi korban kekesalannya juga. Ia menatap lekat dan tajam layar handphonenya hingga akhirnya berteriak, "DEMI APA LO NYEBELIN BANGET! GUE BENCI LO ALIANDO!!!"
Bunyi kresak krusuk terdengar tak lama setelah Zhura berteriak seperti itu. Hingga seseorang membuka pintu kamarnya yang tidak dikunci.
"Zhura kenapa?" tanya mamahnya yang berdiri diambang pintu menatap Zhura khawatir.
"Ada maling? Mana malingnya?" kini giliran papahnya yang bertanya, matanya berkeliling menatap kesegala penjuru kamar Zhura.
"Iyah ada!" jawab Zhura asal, udah kepalang lagian dia juga sih lupa kalau ini malem-malem yaudah sekalian aja.
"Hah? Kemana malingnya? Mana?" papah Zhura masuk kedalam kamar lalu melihat kearah jendela berusaha mencari 'maling' yang dibilang Zhura.
"Tapi enggak ada yang keambilkan?" tanya mamahnya.
"Ada," jawab Zhura singkat.
"HAH? APA?"
"Hati! Udah diikhlasin dicuri, eh malah enggak dijaga baik-baik, nyebelin banget kan tuh maling?"
Mamah dan papah Zhura cuma melongo dibuatnya.
"Apaan sih?" tanya Zhura risih menatap pandangan seperti itu dari kedua orang tuanya. "Udah ah sana, Zhura mau tidur!" seru Zhura mengusir orang tuanya sendiri dari kamar. Tanpa peduli Zhura menutup tubuhnya menggunakan selimut sampai kepala, mencoba untuk memejamkan matanya.
"Terus malingnya mana?" tanya mamah Zhura bingung. Mereka pun kembali kekamarnya.

***

"Stop!!!" Zhura berlari tak tentu arah, yang jelas tujuannya sekarang adalah kabur dari kejaran teman-temannya. Ada yang membawa telur, air, terigu bahkan terasi.
"Arrghh!" pekik Zhura histeris waktu salah satu temannya berhasil mendaratkan sebutir telur dengan mulus diatas kepalanya. Setelah itu terigu, air bersusulan hinggap membasahi tubuhnya. Teman-temannya hanya tertawa puas.
"Enggak mau! Kalian juga harus kena!" Kini giliran Zhura yang mengejar teman-temannya dengan beringas, berniat untuk balas dendam. Caranya tentu saja dengan memeluk mereka dan menularkan kotoran dibadannya. Teman-temannya langsung berlarian, kabur.
Ini adalah hari minggu tepat dua hari setelah hari H ulang tahun Zhura, mereka sedang merayakan ulang tahun Zhura dengan makan-makan dan sekarang sitambah dengan acara 'sebor-seboran(?)'.
"Ka, ada telepon nih!" seruan adik Zhura menghentikan aksi gadis itu seketika. Teman-temannya menghela nafas lega.
"Dari siapa?" teriak Zhura, balas bertanya.
"Bang Ali!"
Mendengar nama itu disebut Zhura langsung cemberut. "Biarin aja!"
"Jawab aja kali Zhu!" seru salah satu temannya.
"Enggak mau! Salah siapa dia lupa ulang tahun gue!"
"Yeee... Siapa tau dia inget tapi enggak ada waktu, jadinya baru sempet sekarang. Udah deh, enggak usah gengsi! Jawab aja, lo kan kangen sama dia!"
"Plus ngarep!" timpal yang lainnya.
Mendengar saran dari teman-temannya Zhura pun mengambil handphone dari tangan adiknya dan mulai mengangkat Video-call dari Aliando, kekasihnya.
"Selamat pagi...," sapaan Ali langsung tercekat saat melihat wajah Zhura yang super berantakan plus ancur banget gara-gara kerjaan temen-temennya. Beda banget sama penampilannya yang fresh dan kece badai. "Hahaha..." lelaki itu malah tertawa terbahak-bahak.
Zhura cemberut. Ia juga mengernyit bingung waktu mendengar ada suara tawa lain disana. Ah mungkin perasaannya saja. Zhura tak peduli.
 "Apa? Enggak usah ketawa!" ketusnya. "Ngapain nelpon?" tanyanya. Padahal dalam hati senengnya bukan main.
"Kangen aja," jawab Ali simple.
"Hah? Kangen? Ohh...baru kangen sekarang ternyata, kemana aja kemarin-kemarin?" sindir Zhura. Temen-temennya malah cekikikan mendengarnya. Aksi teleponan Zhura dan Aliando seakan menjadi tontonan gratis bagi mereka.
"Ya maaf, tahu sendirikan gimana sibuknya pacar lo ini? Namanya juga artis terkenal!" jawab Ali pede, disambut tawa-tawa dibelakangnya.
"Pede!" tukas Zhura. "Eh, lo dimana sih? Kok rame banget kayanya," tanyanya kemudian.
"Ada deh!"
Zhura menatap kesal ekspresi wajah Ali yang mencoba menggodanya dari layar handphone, benar-benar menyebalkan!
"Terserah deh! Sekarang ada yang mau lo omongin enggak?" tanya Zhura berharap Ali mau mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya, atau setidaknya bilang maaf karena telah melupakan hari bersejarah dalam hidupnya itu.
Ali menggelengkan kepalanya, "enggak ada," jawabnya singkat.
"Seriusan?" tanya Zhura menatap Ali tak percaya.
"Dua rius," jawab Ali sambil tersenyum manis.
"Ikht, demi apa lo keterlaluan banget tahu enggak! Nyebelin! Pikun! Enggak care! Sombong! Pokoknya ngeselin!" Zhura mengomel panjang lebar.
Bukannya merasa takut atau apa Ali malah tertawa hebat mendengarnya.
"Gue emang enggak mau ngomong apa-apa, tapi gue punya sesuatu buat lo!" ucap Ali kemudian.
"Hah?"
Tanpa menghiraukan wajah heran Zhura Ali menjauhkan layar handphonenya lalu menampilkan banyak orang yang sejak tadi ada bersama Ali, mereka tampak tersenyum puas.
"Happy birthday Zhura, happy birthday Zhura, happy birthday happy birthday happy birthday pacar Ali!!!" mereka bernyanyi bersama-sama untuk Zhura, Ali juga ikut bernyanyi. Mereka lalu tertawa saat melihat ekspresi Zhura yang shocknya bukan main.
"Mereka siapa?" tanya Zhura.
"Tuh ditanya, katanya kalian siapa?" Ali balik bertanya pada sekumpulan orang yang rata-rata perempuan.
"We are Alicious!" jawab mereka kompak.
"Hah?" Zhura terkejut. Ia baru ingat kalau sekarang adalah hari digelarnya meet and great Aliando di Bekasi. Wajahnya merah padam, malu.
"Nah kalau yang itu yang jelek, ancur, kotor dan enggak banget dia pacar aku!" jelas Ali pada fansnya itu, yang langsung disambut 'ohh' ria dari mereka.
Zhura sebel dibilang yang jelek-jelek sama Ali, tapi disisi lain dia senang karena ternyata Ali mau mengenalkannya pada fansnya.
"Happy birthday Zhura-ku, wish wish you all the best, aku cuma berharap semua harapan orang-orang buat kamu dapat tercapai, semuanya! Dan yang terpenting kamu bisa tetep jadiin aku dunia kamu!" ujar Ali kemudian.
Zhura terharu mendengarnya.
"I Love you so much more and more and more...," sambungnya seraya memberikan kiss lewat handphone. Zhura tertawa melihatnya.
Fans-fans Ali tampak berseru iri, melihat bagaimana Ali begitu romantis memperlakukan kekasihnya.
"Makasih," hanya kata itu yang bisa keluar dari mulut Zhura.
Ali hanya tersenyum membalasnya. Setelah mengucapkan pamit mereka pun memutuskan sambungan teleponnya. Senyuman manis tak dapat lepas dari bibirnya.
"Pulang yuk pulang!" seru salah satu temannya menyadarkan Zhura.
"Iya nih, lagian kalau ada Ali kita udah enggak penting juga!"
"Ayo pulang!"
"Ikht apaan sih? Jangan gitu dong!" pekik Zhura mencegah.
"Enggak ah mau pulang aja, dari pada jadi obat nyamuk, teleponan aja terus teleponan!"
"Kita pulang! Kita pulang!"
"JANGANNN!!!" teriak Zhura.
"Hahaha..." teman-temannya tertawa.


End

He is Mine! (Fanfiction)

Title : He is Mine!
Main Cast : Azzhura - Aliando
Genre : Hurt, romance
Length : Oneshot
Author : Chera Lee

***
Sebenernya ini fanfict requestan dari sahabatku yang ngefans banget sama Aliando, so enjoy yah buat kalian alicious and all readers, I hope you like it!

"Udah lihat infotainment?" tanya seorang lelaki bule.
"Tentang apa?" heran gadis berponi balik bertanya.
"Pacar kamu!"
Gadis itu terdiam, lalu mengangguk pelan.
"Kamu diem aja?"
"Memangnya aku harus ngapain?"
"Marah lah! Bodoh banget kalau cuma diem kaya gini! Enggak sakit apa?"
"Dia bilang itu bukan apa-apa, lagian media massa aja yang terlalu lebay!"
"Hey! Media massa enggak akan berlebihan kaya gitu kalau mereka enggak mulai duluan! Enggak akan ada asap kalau gak ada api!" tukas sang lelaki dengan emosi yang menggebu-gebu, heran sekali dengan sikap sok tidak apa-apanya gadis di depannya itu.
"Udah ah, ngapain sih ka Epam bahas Ali? Enggak ada kerjaan banget!"
"Enggak ada kerjaan kamu bilang? Hey Azzhura jangan jadi cewek bodoh, apa kamu enggak bisa lihat gimana mesranya pacar kamu sama si Latuconsina? Semua orang bisa lihat ada sesuatu diantara mereka."
Zhura terdiam, kalau sudah begini ia harus bilang apa? Sedangkan matanya juga melihat semua yang terjadi antara Ali-pacarnya dengan Prilly lawan mainnya yang akhir-akhir ini selalu menjadi bahasan infotainment. Tapi ia bisa apa? Semua orang bahkan tak tahu siapa dia, dia tidak mungkin kan bilang kalau dia pacarnya Aliando si aktor super ganteng itu? Siapa yang bakal percaya? Yah, kecuali Ali sendiri yang bilang, tapi Ali tidak akan sebodoh itu untuk menghancurkan karirnya yang baru saja menemukan puncaknya. Jadi, sekarang ia memang harus bersabar ya, bersabar.
"Mereka sahabatan, enggak lebih," ucap Zhura memberikan pembelaan.
"Oh ya? Apa iyah semua sahabat harus punya cincin couple? Dan gue baru tahu sahabat juga ternyata harus ngerayain annive yah? Waw, persahabatan yang romantis!" ucap Stefan dengan nada bicara yang dibuat-buat takjud, diakhiri dengan tepuk tangan.
Zhura terdiam, ia tidak tahu harus mengatakan pembelaan apalagi sementara semua yang diucapkan oleh pacar kakak sepupunya itu benar, sangat benar. Dan itu membuat matanya memanas dan perih, sesak dihati yang selama ini sering datang kini kembali ia rasakan.
"Aku percaya sama Ali," ucap Zhura akhirnya seraya menghapus dengan kasar air yang sudah menggantung di pelupuk matanya. Stefan tercengang melihatnya, sepertinya kata-katanya sudah sangat keterlaluan.
"Epam kamu apain Zhura?" tanya Yuki yang akhirnya datang setelah selesai berganti pakaian. Ia menatap Zhura khawatir lalu mengalihkan pandangannya pada Stefan dengan tajam. Stefan dibuatnya gugup.
"Aku... Aku... Aku cuma nasihatin dia supaya enggak jadi cewek bodoh yang diem aja ngeliat pacarnya mesra sama cewek lain, itu aja suer deh!" jelas Stefan seraya mengangkat kedua jari tangannya membentuk huruf V.
"Enggak usah nasihatin Zhura, aku juga pernah ada di posisinya," tukas Yuki.
"Hah?"
"Serius?"
Tanya Stefan dan Zhura hampir bersamaan.
"Iyah lebih parah malahan," gumam Yuki.
"Kapan? Siapa yang berani nyakitin kamu? Aku hajar dia!" ucap Stefan dengan menggebu.
"Hajar aja diri kamu sendiri!" ketus Yuki.
"Maksud kamu?" Stefan mengernyit heran.
"Waktu dulu sebelum kita jadian, aku bahkan enggak pernah tahu kapan kamu akan minta aku jadi pacar kamu, kamu selalu ngasih harapan buat aku, sementara kamu jadian sama Aril, sama Wilona dan bahkan deket sama cewek lain. Dan aku enggak ngapa-ngapainkan? Aku bersikap biasa seakan aku baik-baik aja, ceria, padahal kamu tahu hati aku? Sakit..." Yuki memegang hatinya menunjukan tepat dibagian mana ia selalu merasa sakit, mengeluarkan semua beban dihatinya selama ini.
"Dengerin tuh kak!" seru Zhura seraya tersenyum puas, kesedihannya hilang entah kemana melihat wajah Stefan yang sekarang pucat pasi. "Rasain!" ejeknya dalam hati.
"Maaf..." ucap Stefan menyesal.

***

"Nda... Aku bawain cake buat kamu nih!" seru Ali seraya menyerahkan sebuah cake bertabur coklat tebal kepada Zhura-kekasihnya.
Zhura tersenyum, "makasih yah, padahal kamu enggak perlu loh repot-repot kaya gini," ucap Zhura.
"Enggak apa-apa kan buat pacar aku," ucap Ali.
"Gombal!" tukas Zhura tersipu. "Gimana shooting hari ini? Tumben pulang cepet?" tanyanya.
"Selalu sangat melelahkan, pak sutradara lagi baik!" jawab Ali seraya menyandarkan tubuhnya pada sofa empuk rumah Zhura.
"Hmm... Bagus dong," gumam Zhura tersenyum.
"Nda tahu enggak? Tadi itu kak Syahilla romantis banget, dia dateng ke lokasi shooting dan suapin kak Kevin pake makanan buatannya sendiri, bikin iri..." cerita Ali. "Seandainya kamu bisa dateng kesana yah, pasti aku bisa lebih semangat," sambung Ali.
Zhura menyentuh tangan Ali dan memandang kekasihnya itu dengan iba, "jujur aku mau banget kaya mereka, tapi kamu tahu sendiri kan keadaannya? Maafin aku yah..."
"Enggak, kamu enggak seharusnya minta maaf, ini salah aku sendiri yang enggak bisa ngasih tahu ke media kalau kamu pacar aku."
"Jangan... Jangan pernah kasih tahu media, ini belum saatnya..."
Ali memandang Zhura lembut lalu mengacak puncak kepala Zhura dengan sayang, "terima kasih untuk selalu ngertiin aku," ucapnya.
"Selamanya akan seperti itu..." ucap Zhura sambil tersenyum.

***

"Loh kak, kita mau kemana? Setahu aku ini bukan jalan ke lokasi shootingnya kak Yuki," tanya Zhura heran, ketika Stefan belok di arah yang salah menurutnya.
"Iyah, gue tahu. Gue mau ke Kevin dulu nih, mau ngasihin snapbacknya yang gue pinjem, udah janji mau balikin hari ini soalnya," jelas Stefan.
"Oh gitu," gumam Zhura. "Itu artinya ke lokasi shooting GGS dong?"
"Iyalah kemana lagi," tukas Stefan.
Selanjutnya suasana menjadi hening, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Dan tak terasa akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Stefan bergegas keluar dari mobil namun beberapa detik kemudian ia kembali melihat tak ada tanda-tanda Zhura akan keluar dari mobilnya.
"Enggak keluar? Enggak mau ketemu pacar?" tanya Stefan.
Zhura menggelengkan kepalanya. "Enggak ah, aku tunggu disini aja," tolaknya.
"Okey kalau gitu," Stefan mengangguk paham dan bergegas meninggalkan Zhura ia berjalan memasuki area shooting.
Langkahnya sempat terhenti sejenak ketika ia melihat Ali dengan Prilly tengah bercanda sambil berjalan beriringan.
"Hey, kak! Tumben kesini ada apa?" sapa Ali. Sementara Prilly hanya tersenyum.
Stefan tersenyum, "gue mau ketemu Kevin, dia ada kan?"
"Iyah ada, kesana aja!" seru Ali menunjuk ke tempat dimana Kevin berada.
"Okey thanks!" ucap Stefan, dan melanjutkan langkahnya.

***

"Di dalem panas yah," gumam gadis berbibir tipis seraya menggerak-gerakan tangannya sebagai kipas.
"Halah, bilang aja lo iri!" tukas lelaki disampingnya seraya mengacak rambut gadis itu dengan kasar.
"Ali kebiasaan banget sih!" marah gadis yang tak lain adalah Prilly. "Iyah gue iri, emangnya lo enggak iri apa? Kak Kevin, Kak Kirun, Dahlia, kak Michelle, pada dibawain makanan sama pacarnya, lah gua? Pacar aja kagak punya!"
Aliando tertawa keras mendengar gerutuan Prilly dan lagi-lagi ia mengacak rambut gadis itu dengan gemas.
"Aliii..." pekik Prilly kesal.
"Udah ah, lo enggak usah ngomel-ngomel mulu, kan ada gue kita kan bisa makan bareng!" ucap Ali menghibur.
"Halah! Kita kan cuma sebastian! Lo PHP-in gue mulu!"
"Terus lo maunya dapet kepastian dari gue gitu? Gue pikirin nanti deh, sekarang pikirin perut dulu nih udah laper berat! Ayok!" Ali merangkul bahu Prilly dan mereka berjalan beriringan meninggalkan lokasi shooting. Keduanya tidak menyadari bahwa dibalik kaca mobil ada sepasang mata yang terus mengawasinya.

***

Blaakk!
Stefan masuk kedalam mobil dan menutup pintunya dengan sekali hentakan.
"Gue ketemu pacar lo sama sahabatnya tadi, lo ketemu dia?" tanya Stefan kepada Zhura.
Namun Zhura tak menjawab matanya terpejam.
"Zhuraa enggak usah tiduran kaya gitu deh, kakak tahu kamu cuma tidur-tidur ayam kan? Bangun deh!" sahut Stefan seraya mulai menjalankan mobilnya.
"Ketahuan deh," gumam Zhura yang akhirnya membuka matanya juga.
"Ketemu Ali enggak?" tanya Stefan lagi.
"Kakak enggak bilang aku ikut kan?" bukannya menjawab Zhura malah balik melontarkan pertanyaan.
"Enggak," jawab Stefan seraya menggelengkan kepalanya.
"Bagus deh," gumam Zhura.
"Jadi kamu enggak ketemu mereka?" tebak Stefan. Lelaki itu mendengus ketika Zhura menganggukan kepalanya.
"Tapi lihat kan?"
Lagi-lagi Zhura mengangguk.
"Dasar gadis bodoh, lihat pacar sendiri sama yang katanya sahabat tapi mesra itu malah didiemin! Heuh!" cibir Stefan. Itu kenapa tadi Zhura berpura-pura tidur ayam karena Stefan pasti akan mengejeknya seperti ini.
Zhura hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya keluar jendela. Ia tidak ingin Stefan mengetahui bahwa sekarang matanya berkaca-kaca. Jangan sampai.

***

"Nda...sorry a-ku te-lat, tapi di lo-kasi ada scene yang susah banget, maaf yah..." ucap Ali dengan nafas yang terengah-engah.
Zhura yang telah menunggunya hampir satu jam hanya bisa menghembuskan nafas dengan kasar, "enggak usah minta maaf, biasanya juga beginikan?" tukasnya.
"Maaf...," Ali menatapnya penuh penyesalan dan lagi-lagi hanya kata maaflah yang keluar dari mulutnya.
"Yaudahlah enggak usah dibahas," ucap Zhura malas. "Kamu mau makan apa?" tanya Zhura lagi. Saat ini mereka sedang berada di kedai sederhana milik Zhura sendiri, yang mulai ia kelola bersama Yuki saat ia lulus SMA tiga bulan yang lalu, ya, berbisnis sambil kuliah.
"Sachertorte aja deh," jawab Ali. Sachertorte adalah cake cokelat yang diberi isi selai aprikot dan krim kocok.
"Okey, aku buatin dulu yah," seru Zhura seraya berlalu meninggalkan Ali.
Setelah beberapa saat gadis itu pun kembali dan membawa sachertorte di tangannya.
"Hmm, enak banget kayanya," ucap Ali seraya menatap makanan pesanannya dengan antusias.
"Pasti dong! Siapa dulu yang buat!" Zhura membanggakan dirinya sendiri.
"Pacar aku dong!" seru Ali sebelum akhirnya menyantap cake coklat itu.
Zhura tertawa kecil mendengarnya.
"Hmm... Ada yang mau aku tanyain," gumam Ali setelah makanannya berisi setengah lagi.
"Apa?" tanya Zhura heran.
"Tadi siang kamu ke lokasi shooting yah?"
Mendengar pertanyaan Ali seketika senyuman dibibir Zhura hilang, wajahnya datar.
"Kata siapa?" tanyanya lagi.
"Kevin, dia bilang tadi Stefan ke lokasi shooting bareng sepupunya Yuki, siapa lagi kalau bukan kamu?" jelas Ali sekaligus bertanya.
"Iyah emangnya kenapa? Enggak boleh? Toh aku enggak ganggu kamu sama si sahabat kamu itu kan?" sewot Zhura.
"Loh kok kamu ngomongnya gitu sih?" tanya Ali menatap Zhura heran.
"Aku cape," ucap Zhura malas. "Cape mata, cape hati," sambungnya tanpa berani menatap Ali.
"Nda..." Ali menyentuh tangan Zhura dan Zhura menjauhkan tangannya dari Ali.
"Apa yang kamu liat disana?" tanya Ali.
"Kamu berharap aku enggak liat apa?" Zhura menatap Ali. "Itu yang aku liat!" sambungnya seraya membuang muka, entah mengapa membahas ini membuat hatinya tiba-tiba merasa sakit kembali dan matanya lagi-lagi terasa perih.
"Nda maafin aku..." Ali kembali berusaha menyentuh tangan kekasihnya itu. Jika Zhura sudah seperti ini itu artinya apa yang ia lihat benar-benar telah melukainya, apalagi kalau bukan ketika ia bersama Prilly. Heuh! Ali hanya bisa menghela nafas lelah.
"Enggak usah minta maaf, telinga aku terlalu bosan buat ngedenger kata-kata itu," tukas Zhura malas. "Aku ke toilet dulu!" serunya seraya bangkit berdiri dan meninggalkan Ali begitu saja.
Sesampainya di toilet tangis yang sejak tadi ditahannya kini tak dapat lagi ia sembunyikan. Gadis itu menutup mulutnya dengan tangan, agar isak tangisnya tidak terdengar oleh orang lain.
Bohong bila ia tidak cemburu, bohong jika ia tidak kecewa, bohong jika ia bilang ia baik-baik saja. Padahal pada saat itu ia sedang berada dititik paling terluka, dan benar ia adalah gadis bodoh, sangat bodoh menganggap semuanya tidak ada apa-apa.
Heuh! Gadis itu menghela nafas panjang, lalu menghapus air matanya dengan kasar dan dengan segera memperbaiki penampilannya. Ia harus segera kembali kehadapan Ali sebelum lelaki itu curiga.

***

"Nda kamu baik-baik aja?" tanya Ali saat Zhura datang dari toilet.
Zhura mengangguk lalu tersenyum tipis, "selalu baik," ucapnya. Lihat, lagi-lagi ia berbohong.
Ali menyentuh tangan Zhura, kali ini lelaki itu menggenggam tangannya dengan erat ia tidak ingin Zhura kembali menepis tangannya.
"Aku tahu kamu sakit, kamu terluka, kecewa, bahkan cemburu, aku tahu itu dan maaf kalau selama ini aku enggak bisa berbuat apa-apa. Tapi mulai sekarang kamu enggak masalahkan kalau punya banyak pengganggu?" tanya Ali seraya menatap Zhura tepat dimatanya.
"Hah? Maksud kamu?" tanya Zhura heran.
Ali menatap Zhura lekat. "Mulai sekarang kamu harus tutup telinga, mata dan hati kamu jangan pernah dengerin apa kata oranglain tentang hubungan kita, karena mereka enggak tahu apa-apa, cuma kita yang tahu jadi kamu hanya perlu percaya sama aku bahwa aku cinta kamu dan cuma kamu yang pantas buat aku gimanapun aku sekarang dan nantinya, cuma kamu..."
Zhura menatap Ali semakin bingung, namun beberapa detik kemudian matanya terbelalak lebar. "Bia...jangan bilang kamu..."
Zhura mengambil handphone Ali yang sejak tadi ada diatas meja. Matanya membesar dan ia menutup mulutnya terkejut, home twitter langsung ia lihat disana terpajang fotonya bersama Ali dan disana pula Ali menulis.

"Mungkin sekarang kalian bertanya siapa gadis yang ada disampingku ini? Dan dengan senang hati aku akan memberi tahu kalian sekarang juga... Dialah orang itu, dialah kebahagiaan itu, dialah rasa sakit itu dan jika semua itu menghilang, aku fikir aku juga akan menghilang... Jadi kumohon jika kalian masih ingin melihatku jangan pernah sakiti dia jangan pernah biarkan gadisku ini menghilang dari hidupku, maafkan aku, aku sangat mencintainya."

Zhura menatap Ali dan handphonenya bergantian dengan tatapan tak percaya. Benar dugaannya, Ali telah mempublikasikan hubungan mereka berdua sekarang.
"Bia kamu..." Zhura tak dapat berkata apa-apa.
Ali tersenyum sangat manis, "enggak apa-apa aku cuma pengen mereka tahu kalau aku milik kamu, I'm yours nda..."
Zhura tersenyum haru mendengar semua ucapan Ali matanya tampak berkaca-kaca, meski begitu ia tersenyum. Ia tahu setelah ini hidupnya akan berubah, semua orang akan tahu siapa dirinya, ia harus menyiapkan hati, mata dan telinga yang ekstra mulai sekarang dan ia sudah siap. Ali saja sudah bisa memberitahukan dirinya kepada semua orang, dan ia pasti bisa menghadapinya.
"World! He is mine!!!" ingin rasanya Zhura berteriak seperti itu namun hanya bisa ia beritahukan lewat senyuman lebar yang kini tercipta dibibirnya. Gadis itu menggenggam lengan Ali dengan erat, mata keduanya saling bertatapan, menciptakan kehangatan yang luar biasa disana. Cinta bertebaran disekitar mereka.
"Terima kasih..." bisik Zhura pelan dan Ali hanya tersenyum mulai sekarang ia tidak akan membiarkan gadisnya tersakiti.

***

End


Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...