Sabtu, 14 November 2015

Kaulah Kamuku (Cerpen)

Title : Kaulah Kamuku
Main cast : Cherry - Raffi
Genre : Romance
Length : Oneshot
Author : Choirunnisa

###

"Siska siapa?" Gadis bernama Cherry itu menatap lelaki dihadapannya dengan seksama.
"Siska?" Lelaki itu tampak berpikir. "Wah lo kepoin sms gue yah?" Raffi merebut handphonenya yang ada di tangan Cherry.
"Bukannya Nadia pacar lo? Kenapa dia juga manggil lo sayang?" Cherry tak menjawab, gadis itu memilih untuk melanjutkan pertanyaannya.
Raffi tertawa, "mana gue tahu, lagian Nadia juga bukan pacar gue!" Jelasnya.
"Loh dia kan manggil lo sayang?" Cherry mengernyit heran.
"Dia yang manggil gue sayang, bukan gue!" Cetusnya bangga.
"Hah? Masa? Kok bisa?" tanya Cherry bingung.
Raffi mengangkat bahunya,"gue cuma bersikap baik sama mereka."
Cherry ternganga dibuatnya.
Plak!
"Argh.." Raffi meringis kesakitan saat sebuah buku tebal mengenai bahunya.
"Dasar cowok php!" Cetus Cherry.
"Gue bukan cowok php!" Balas Raffi.
"Lo ngasih mereka harapan dengan ngebiarin mereka manggil lo sayang!"
"Terus gue harus gimana?" Raffi menatap Cherry intens, meminta saran.
"Yah... lo harus..." Cherry tergagap sekarang ia juga tidak tahu harus bicara apa.
"Yaudahlah, selagi gue enggak manggil mereka sayang juga menurut gue enggak masalah. Iya kan sayang?" Raffi merangkul Cherry begitu saja. Gadis itu terperangah dibuatnya.
"Ahh sama aja lo, cewek php!" cetus Raffi kemudian tiba-tiba saja mengagetkan Cherry membuat gadis itu sedikit tersentak.
"Maksud lo?"
"Lo ngebiarin gue manggil lo sayang, itu sama aja lo ngasih harapan buat gue!" ujar Raffi.
Cherry tergelak dibuatnya, saking terkejutnya ia sampai baru saja menyadari kalau Raffi memanggilnya sayang.
"Enak aja gue bukan cewek php!"
"Nah apa bedanya sama gue?" Raffi menaik-naikan sebelah alisnya menantang.
"Bedalah, lo manggil gue sayang enggak pake hati, kalau mereka? Gue yakin dari hati yang paling dalam," ujar Cherry menerawang.
"Sok tahu lo! Gimana kalau gue pake hati?" Tanya Raffi seraya menatap Cherry lekat.
Cherry terdiam sesaat sebelum tawa gadis itu meledak.
"Enggak mungkinlah, ada-ada aja lo!"
"Hey, gue serius!" sahut Raffi mencoba meyakinkan.
Cherry kembali tertawa. "Serius?" Gadis itu menatap Raffi lekat.
Raffi mengangguk-ngangguk pasti.
"Yakin lo?"
Raffi kembali mengangguk, pandangannya serius. Membuat Cherry juga ikut menatapnya serius.
Cukup lama mereka berpandangan hingga akhirnya...
"Pembohong lo! Enggak usah pasang wajah seserius itu kali," Cherry mendorong wajah Raffi agar menjauh. Gadis itu lalu bangkit berdiri.
"Cher, lo..."
"Gue enggak akan kena php-an lo anak kecil!" sahut Cherry seraya berjalan meninggalkan Raffi. Ia memanggil Raffi anak kecil karena memang usia lelaki itu satu tahun di bawahnya, tidak begitu jauh memang tapi tetap saja menurut Cherry Raffi adalah anak kecil.
"Cher, gue serius!" Teriak Raffi seraya mengejar Cherry.
Cherry tertawa.
"Kalau lo serius sama gue gimana sama cewek yang lo panggil kamu di setiap tulisan lo?" tanya Cherry. "Kamu mewarnai hidupku, memberi tawa dan canda yang tak terkira.. oh kamu..." sambung Cherry mengucapkan tulisan-tulisan Raffi yang diingatnya.
Raffi terperangah tak percaya di buatnya.
"Cher, selain lo kepoin sms gue lo juga kepoin notebook gue yah?" pekik Raffi saat menyadari bukunya hilang.
Cherry membalikan badannya lalu melemparkan buku berukuran kecil berwarna biru ke arahnya. "Makanya lain kali jangan nyimpen barang berharga lo sembarangan!" Sahut Cherry seraya tersenyum dan melanjutkan langkahnya.

***

"Gimana? Diterima?" Raffi menatap gadis di hadapannya dengan seksama. "Jawab dong lo kan pinter pasti diterima kan? Ayolah.."
"Kalo lo enggak keterima gimana gue.." belum juga mendapat jawaban Raffi kembali mengoceh. Cherry tersenyum kecil mendengarnya.
"Santai dong diterima kok," ucapnya lagi-lagi tersenyum.
"Waw selamat!" Seru Raffi.
Cherry tersenyum, "thanks."
"Kapan gue harus nganterin lo kesini lagi?"
"Harusnya sih minggu depan," gumam Cherry.
"Tapi...?" Raffi menatap Cherry selidik.
"Yah liat nanti aja, kalau emang uangnya ada ya kita kesini, kalo engga yaudah..."
"Yaudah gimana?"
"Mungkin ini emang bukan tempat gue," gumam Cherry seraya mulai naik ke boncengan Raffi.
"Hey, enggak bisa gitu dong. Banyak banget orang yang pengen masuk ke universitas ini dan lo yang udah keterima mau ngelepasin gitu aja? Cher..thinking..." omel Raffi.
Cherry menghela nafas panjang.
"Udah ah gimana nanti, ayo jalan cepetan..." seru Cherry.
"Cher lo..."
"Raffi..." Cherry mendesis seraya membulatkan matanya lebar-lebar.
"Yaudah terserah lo aja, dasar keras kepala!" Gerutunya seraya mulai menjalankan motornya.
Cherry hanya diam.

***

"Fi ini apa?" Tanya Cherry saat ia menemukan selebaran kertas diatas tas sahabatnya itu.
"Brosur, minggu ini bakal ada racing  dan lo tau apa? Hadiahnya jutaan, gue pengen banget ikut.." jawab Raffi dengan menggebu.
"No! Gue enggak setuju lo gak boleh ikut, mau hadiahnya ratusan kek jutaan kek pokoknya lo gak boleh ikut taruhannya nyawa tau!" Cetus Cherry melarang mentah-mentah.
"Kenapa lo takut kehilangan gue yah?" Raffi menggoda.
"Enggak bukan gitu," elak Cherry. "Ini memang bahaya tau," sambungnya.
"Yaudah sih, toh gak akan ada yang peduli juga kalau gue kenapa-kenapa," gumam Raffi.
"Bodoh kalo lo mikir gitu! Ortu lo, sahabat-sahabat lo, gebetan bahkan...gue...maksud gue kita semua peduli sama lo!" Sahut Cherry.
"Termasuk lo? Lo peduli sama gue?"
"Ya.. pedulilah, lo kan sahabat gue," ucap Cherry klasik.
"Cuma temen?"
Cherry mengangguk, "I care about you as your bestfriend," ucapnya mantap.
Raffi tersenyum kecut, "okey gue udah tahu harus gimana."
"Fi, lo gak akan ikutan kan?" Cherry menatapnya resah.
Raffi hanya membalas dengan gedikan di bahunya.
"Raffi please..." Cherry menatapnya penuh permohonan.
"Iyah iyah tenang aja gue gak akan ikut kok," ucapnya. Cherry tersenyum senang.
"Lagian buat apa gue memperjuangkan seseorang yang cuma nganggap gue sebagai sahabat," sambung Raffi bergumam.
"Hah? Apaan?" Tanya Cherry yang tak mendengar dengan jelas.
"Bukan apa apa, lupain," tukas Raffi singkat.

^^^

"Cher, temenin gue yuk!" Pinta Fiya yang tiba-tiba saja datang ke rumah Cherry.
"Kemana?" Cherry menaikab halisnya bingung.
"Alun-alun, Riky ikut racing," jawabnya seraya menyebutkan nama kekasihnya itu.
"Aduh ngapain sih Fi, racing aja pake di tonton, untung Raffi gak ikut," ucap Cherry menolak.
"Ayolahh gue juga gak mau sebenernya tapi yah gimana please temenin guee..." Fiya memohon.
Cherry yang tak tega melihatnya pun akhirnya berucap, "yaudah demi lo deh gue mau.."
"Yeay!" Fiya tersenyum girang mendengarnya.

^.^.^

"Kamu darimana aja sih? Kenapa baru datang? Jadinya aku kalah kan.." ucap Riky menyambut kedatangan Fiya dan Cherry disana. Mereka tiba ketika acaca baru saja selesai.
"Yaa maaf, aku enggak tau lagian kamu bilang sore acaranya kenapa udah selesai? Lagian apa hubungannya kalahnya kamu sama enggak adanya aku ngaku aja deh kalau kamu emang enggak jago," ujar Fiya panjang lebar.
"Iyah, tandingnya dimajuin. Yaiyalah aku kan jadi enggak semangat," jelas Riky.
"By the way siapa yang menang?" Tanya Cherry setelah tadi hanya menyimak pembicaraan keduanya.
"Si gembol squarepants yang dapet, hebat dia yang pertama," jawab Riky, Cherry terdiam sejenak seperti mengingat nama panggilan tersebut.
"Yang mana orangnya?" Tanya Cherry.
"Iyah yang mana sih?" Timpal Fiya penasaran.
"Tuh yang di pinggir panggung lagi foto-foto, eh aku kesana dulu yah mau ikut foto juga," pamit Riky seraya berlalu pada orang-orang yang sebagian besar mengikuti perlombaan tadi.
"Fii..." panggil Cherry.
"Hmm... apa?" Tanya Fiya.
"Itu... itu Raffi..." ucap Cherry pelan.
"Raffi??" Fiya mengangkat halisnya bingung.

***

Pluukkk!
"Argghhh..." pekik Raffi meringis kesakitan saat mendapati sesuatu mengenai kepalanya.
"Aduh siapa sih yang berani ngelempar gue pake sendal ginian," gerutu Raffi seraya mengambil sendal flat yang tadi mengenai kepalanya. Kemudian lelaki itu membalikan badannya.
"Cherry... lo ngapain disini?" Pekiknya terkejut melihat Cherry sudah berada di belakangnya dengan kaki yang diangkat sebelah.
"Siniin sendal gue!" Cherry mengambil sendalnya dengan cepat lalu segera memakainya.
"Cher, lo kok bisa disini? Ngapain?" Tanya Raffi bingung seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Enggak usah banyak tanya! Lo yang ngapain, ngapain sih ikutan yang beginian? Kalau allah udah enggak sayang lo sekarang pasti jiwa lo udah melayang," Cetus Cherry dengan menggebu. Ia sengaja menemui Raffi ketika suasana sudah mulai sepi, Fiya dan Riky sendiri sudah meninggalkan tempat ini beberapa waktu lalu.
"Hahaha... itu artinya allah masih sayang sama gue sama kaya lo, iya ka?" Balas Raffi tanpa merasa takut dengan omelan Cherry tadi.
"Ikht gue serius," rengek Cherry.
"Yeee dua rius malahan!" Cetus Raffi selengean.
"Rese ah!"
"Yaudahlah lagian gue juga udah enggak apa-apa bahkan gue juara pertama," ucap Raffi seraya merangkul Cherry hangat.
"Yahh tapi tetep aja lo udah ngebahayain diri lo sendiri, bodoh tau!" Sahut Cherry masih tidak habis pikir kenapa Raffi ikut racing seperti ini.
"Cher, udahlah... mending sekarang gue anterin lo pulang," Raffi menarik tangan Cherry.
Cherry hanya diam, dan hanya mrngikuti Raffi naik ke motornya.

^^^

"Cher lo kenapa sih?" Raffi menghentikan motornya tiba-tiba karena sejak tadi Cherry hanya diam saja tidak menanggapi semua kata yang keluar dari mulutnya.
Cherry tak menjawab gadis itu hanya turun dari motornya.
"Ini masih gara-gara masalah yang tadi?" Tebak Raffi seraya menatapnya selidik, Cherry hanya menunduk. Raffi mendesah diamnya Cherry sama saja dengan gadis itu membenarkan tebakannya.
"Cher ayolah enggak usah dibahas lagi, lagian gue enggak kenapa-kenapa kok, udahlah..." pinta Raffi.
"Bahas apa? Gue enggak ngomong apa-apa," Cherry mengeluarkan suaranya.
"Tapi lo diemin gue!"
"Gue lagi enggak mood doang kok," gumam Cherry.
"Bohong! Gue kan yang bikin lo enggak mood?"
"Fi gue cuman enggak mau lo kenapa-kenapa, gue enggak suka lo ngebahayain diri lo sendiri, lo naruhin nyawa sama motor ini dan gue enggak mau kehilangan lo..." semua kalimat itu tanpa sadar keluar dari mulut Cherry. Raffi tertegun dibuatnya. "Lagian gue enggak habis pikir buat apa lo ikutan yang beginian," sambung Cherry.
"Gue ngelakuin ini cuma buat seseorang kok," ucap Raffi akhirnya.
"Siapa?"
"Dia yang selalu menjadi kamu disini," Raffi menunjukan block notenya.
"Oh jadi karena itu," gumam Cherry. "Gue pengen tau dia siapa,"lanjut Cherry.
"Kalau gitu naik lagi ke motor gue dan gue bakal tunjukin dia siapa," seru Raffi seraya tersenyum.
"Okey!" Cherry pun naik kembali ke motor Raffi.


"Fi katanya mau nunjukin cewek itu siapa kenapa sekarang malah jalan kerumah gue sih?" Tanya Cherry bingung.
"Sabar dong tenang aja gue pasti kasih tau lo kok dia siapa," jawab Raffi.
"Kapan? Sebentar lagi bahkan nyampe dirumah gue," desah Cherry.
"Liat ke kaca spion!" Seru Raffi akhirnya.
"Itu artinya dia ada dibelakang kita dong?" Tanya Cherry antusias sambil melihat ke arah kaca spion namun sesaat kemudian gadis itu mengernyit bingung.
"Mungkin," gumam Raffi. Cherry semakin dibuatnya bingung. Ia melihat ke arah kaca spion dibelakangnya ada beberapa kendaraan salah satunya adalah motor yang tumpangi dua orang gadis yang sepertinya sebaya dengannya. Mungkinkah salah satu diantara mereka adalah kamunya Raffi? Cherry mulai menebak-nebak.
"Yang mana?" Tanya Cherry.
"Dia pake kerudung," jelas Raffi. Dua-duanya pake kerudung.
"Pake kemeja garis-garis warna putih pink," lanjut Raffi mendeskripsikan.
"Yang mana sih kok gak ada? Lo bohongin gue yah?"
"Enggak kok beneran!"
"Terus mana  orangnya?"
"Ya itu yang ada di kaca spion!" Cetus Raffi.
"Aduh Fi yang mana sih?" Pekik Cherry kesal karena tak kunjung menemukan orang yang barusan ngomong.
"Yang barusan ngomong!" Tukas Raffi seraya menghentikan motornya tepat di depan rumah Cherry. Gadis itu mengernyit bingung dengan kening yang berkerut-kerut.
Pake kerudung, kemeja garis-garis putih pink?? Cherry mulai berpikir. Ia menatap dirinya sendiri lalu menatap Raffi tak percaya.
"Guee...?" desisnya bertanya.
Cherry hampir menahan nafas ketika dengan mudahnya Raffi menganggukan kepalanya. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Cher, kaulah kamuku!" Ucap Raffi pelan namun mampu membawa Cherry kepada dunia nyatanya.
"Lo bercanda kan?"
"Gue serius gue cinta sama lo..."
"Fi..."
"Dan gue ikutan lomba ini juga buat lo, buat kamu," Raffi mengeluarkan sesuatu dari kantung bajunya.
"Ini mungkin enggak seberapa, tapi gue harap dengan ini mimpi lo bisa terwujud," ucapnya.
"Tapi Fi..."
"Gue mohon jangan nolak, lo boleh nolak perasaan gue tapi jangan pernah tolak bantuan gue ini."
"Kalau udah kaya gini, gue bisa apa," gumam Cherry.
"Itu artinya lo terima bantuan gue inikan?"
Cherry mengangguk.
"Plus cinta lo!" Cetusnya.
"Hah?"
"Gue juga cinta lo kok anak kecil!" Bisik Cherry seraya memberikan kecupan singkat di pipi Raffi.
Raffi jelas terkejut dibuatnya. Lelaki itu membelalakan matanya tak percaya. "Lo terima gue juga?"
Cherry mendecak lalu mengangkat bahunya, "apa perlu gue perjelas?"
Raffi tersenyum senang mendengarnya.

^^ End ^^




Kontak Hati (Cerpen)

Title : Kontak Hati
Main Cast : Cherry - Raffi
Length : Oneshot
Author : Choirunnisa

***

Drrtt... Drrtt... Drrtt...
Getaran itu terus saja terdengar dan terasakan oleh Cherry, getaran yang berasal dari kantung bajunya itu benar-benar membuatnya merasa risih dan terganggu.
"Hshh..." gadis itu mendesah pelan. Hanya sebentar karena sejurus kemudian ia segera memasang senyuman manis kepada orang yang ada dihadapannya. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
"Saya ingin menggadaikan laptop ini, apa bisa?" jawab seorang wanita paruh baya, sekaligus bertanya.
Cherry tersenyum. "Tentu saja!"
Sebagai siswa yang saat ini sedang melakukan Prakerin tentu bersikap dengan baiklah yang harus ia lakukan, terlebih ini untuk sebuah nilai. Dan getaran dihandphonenya sungguh menjadi pengganggu disaat seperti ini.

***

Cherry menghempaskan tubuhnya pada kursi yang ada diluar kantor Pegadaian, beristirahat sejenak atas aktivitas kerja yang telah dilakukannya. Gadis itu mengeluarkan handphone dari kantung bajunya. Ia kembali menghela nafas saat melihat 14 panggilan tak terjawab dan 8 pesan yang ada dilayar handphonenya, yang lebih parah lagi semua panggilan dan pesan itu dikirimkan oleh nomor yang sama. My Bronis. Dan sepertinya setelah ini Cherry akan mengganti nama lelaki itu dikontaknya menjadi 'Si Pengganggu' sepertinya itu lebih cocok untuk lelaki seperti dia. Ya, Raffi si pengganggu.
Drrtt... Drrtt...
Cherry dibuatnya sedikit tersentak saat handphonenya tiba-tiba saja bergetar. Ekspresi wajahnya seketika berubah sebal, dan tetap dengan seperti itu gadis itu mengangkat panggilannya.
"Hal..." Cherry bahkan belum sempat menyelesaikan sapaannya ketika suara dari sebrang langsung berseru.
"Hey! Dari mana aja sih? Kenapa baru diangkat? Aku udah nelponin dari tadi tau! Enggak tau apa kalau aku khawatir? Kamu ngapain aja sih? Bla...bla...bla..."
Telinga Cherry seketika dipenuhi oleh suara bass milik Raffi, Cherry hanya bisa menekur, mendengarkan.
"Udah ceritanya?" tanya Cherry saat Raffi menyelesaikan ucapannya.
"Hah? Siapa yang cerita?" dengan innocentnya Raffi membalas. Cherry gemas dibuatnya.
"Bodoh!" hanya kata itu yang akhirnya meluncur dari mulut Cherry.
"Oh gitu, iya sih yang pinter," cibir Raffi.
Cherry kembali mendesah sebal. "Aku lagi enggak mau debat!" cetusnya.
"Heh? Siapa juga yang ngajak debat, percuma enggak akan ada yang nonton semua orang lagi sibuk sama debat capres cawapres tau!" ucap Raffi. Tanpa sadar Cherry ingin tertawa dibuatnya, ada-ada saja jawaban lelaki itu.
"Enggak juga, kayanya sekarang semua juga lagi sibuk sama Piala Dunia, kamu tahulah..." ujar Cherry.
"Bener banget! Aku aja lebih suka nonton piala dunia dari pada debat capres!" timpal Raffi.
"Oh ya? Tapi aku lebih suka nonton debat capres dari pada nonton bola, semuanya pake jam pocong!" balas Cherry, lagi-lagi berbeda pendapat dengan Raffi.
"Buat otak kamu sih masih kesampean, kalau buat aku? Enggak deh, yang ada malah pusing! All about politik! Ngebosenin!"
"Emang sih lagian enggak penting juga buat kamu, belum punya KTP sama SIM kan? Belum bisa milih!" cetus Cherry kejam.
"Siapa bilang aku udah punya SIM kok, surat izin mencintai mu," ujar Raffi.
"Dih..." Cherry bergidik jijik. Lebay banget sih!
"Lagian percuma umur kamu 17, tapi toh milihnya harus 5 tahun ke depan kan? Sama aja bareng aku!" Cibir Raffi.
Cherry cemberut.
"Hey! Kenapa jadi ngomongin debat capres  sama piala dunia sih? Pake pemilu juga lagi," pekik Cherry saat menyadari bahwa mereka telah terlampau jauh keluar dari topik pembicaraan awal.
Raffi disebrang sana, tampak menepuk jidatnya pelan, "kamu sih, pake ngomongin debat segala lagi!"
"Eh, kamu duluan bawa-bawa capres!"
"Terus kamu juga ngapain bawa-bawa piala dunia? Enggak nyambung tau!"
"Hey! Kamu yang enggak nyambung!"
"Enak aja! Kalau enggak nyambung kita enggak mungkin bisa telponan kali!"
"Okey stop, ini salah! Kembali ke topik awal, ngapain kamu nelpon aku?" tanya Cherry menghentikan perdebatan yang kalau didiamkan bisa menghabiskan waktu istirahatnya atau bahkan tidak akan ada habisnya.
"Kamu masih ditempat PKL?"
Cherry mengernyit, pertanyaan bodoh macam itukah yang harus dikeluarkan oleh pacarnya itu? Apa tidak ada pertanyaan lain?
"Iyah, seperti biasa," jawab Cherry akhirnya.
"Ini lagi apa?" tanya Raffi lagi.
"Istirahat, makanya aku bisa angkat telpon kamu!"
"Hah? Emangnya kalau bukan istirahat enggak bisa angkat telepon yah?"
"Menurut kamu? Aku enggak mau ditendang dari tempat PKL cuma gara-gara jawab telpon kamu!"
"Hmm,, tapi sms bisa kan?"
Cherry menggelengkan kepalanya, namun sedetik kemudian dia ingat bahwa Raffi tidak mungkin melihatnya. "Enggak juga! Aku disini kerja bukan buat mainin handphone! Kamu pikir ini tempat punya nenek moyang aku, bisa seenaknya!" cetus Cherry.
Cherry dapat mendengar dengan jelas ada helaan nafas berat dari Raffi.
"Terus kita enggak bisa hubungan dong? Heuh..."
"Sepertinya begitu," jawab Cherry.
"Yah... Tiap detik hidup aku bisa jadi ngebetein dong."
"Lebay!" tukas Cherry. "Enggak gitu juga kali!"
"Neng!" seruan itu bukan berasal dari Raffi melainkan dari seseorang. Cherry terkejut dibuatnya.
"Eh iyah, kenapa bu?" tanyanya pada seorang pegawai tetap disana.
"Istirahatnya mau abis, kita harus kerja lagi," ucapnya mengingatkan.
"Iyah bu, nanti saya ke dalem," Cherry meringis malu. Setelah melihat ibu 'itu' masuk kedalam. Cherry segera berbicara kepada Raffi.
"Ah, istirahatnya abis. Ini gara-gara kamu! Tuh kan aku jadi enggak sempet makan, aku laper tau! Ikht, kamu nyita waktu banget sih!"
"Eh, kenapa nyalahin aku?" Raffi tak mengerti.
"Iyalah, gara-gara kamu, aku pasti bakal kelaparan. Ikht nyebelin!"
"Kamu lagi PMS yah?" tanya Raffi hati-hati.
"Enggak? Siapa bilang? Eh, aku udah marah-marah sama kamu yah? Maafin aku yah...," Cherry berkata dengan cepat.
"Bukan itu," sanggah Raffi.
"Lha terus?"
"Ini kan bulan puasa, kamu enggak puasa?"
Cherry menepuk jidatnya pelan, "ah aku lupa," ucapnya malu.
"Itu artinya kamu harus bersyukur ditelpon aku jadinya kan belum sempet beli makanan, kan malu-maluin udah gede masa enggak puasa!" ucap Raffi bangga.
"Iya deh, udah ah aku harus kerja lagi nih! Bye..." Cherry menutup telepon tanpa meminta persetujuan dari Raffi, ia harus kembali kedalam. Sekarang.

***

"Raffi, ngapain kamu disini?" pekik Cherry tak percaya saat mendapati Raffi sudah ada di depan 'kantor'nya ketika ia keluar dari sana.
"Mau jemput pacar aku lah," jawab Raffi sambil tersenyum manis. "Aku juga mau ngasih tahu kamu sesuatu," sambungnya.
"Hmm, apa?" tanya Cherry penasaran.
"Kalau kamu lagi PKL kita kan jadi susah buat komunikasi, jadi aku udah tau caranya..."
"Cara apa?"
Bukannya menjawab pertanyaan Cherry, Raffi malah menarik tangannya dan menyimpannya ke dadanya. Hatinya lebih tepatnya.
"Kontak hati," ucapnya.
"Kontak hati?"
Raffi mengangguk-ngangguk membenarkan.
"Aku baru aja nyambungin hati aku ke kamu, mulai sekarang aku enggak akan pernah bete sekalipun kamu enggak ngehubungin aku, karena hati kita akan selalu tersambung," ujarnya.
Cherry tertawa pelan, "aneh tau!"
"Aneh apanya?"
Cherry menggelengkan kepalanya pelan, "enggak jadi, itu artinya kamu enggak mungkin nelponin aku terus-terusan kan?"
"Hmm... Gimana yah," Raffi tampak berpikir.
"Please..."
"Iyah, iyah lagian aku juga enggak mau kali kamu dikeluarin dari PKL cuma gara-gara aku, sepele banget masalahnya!" ucap Raffi sambil tersenyum.
Cherry ikut tersenyum.
"Yaudah pulang yuk!" serunya.
Cherry tidak menjawab ia hanya naik ke atas motor Raffi.
"Ayo! Let's go!"

***



Kita Berdua (Cerpen)

Title : Kita Berdua
Main Cast : Cherry - Raffi
Genre : Romance
Length : Oneshot

***

"Serius banget sih!" dengan iseng Raffi menutup buku yang sedang dibaca oleh Cherry membuat gadis itu membelalakan matanya sempurna. Menatap Raffi dengan sebal, merasa kenyamanannya diganggu.
Bukannya merasa takut Raffi malah balas menatap Cherry, sambil tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya. Sangat manis!
"Berapa kali aku bilang, kalau aku lagi baca buku aku enggak suka diganggu!" tukas Cherry.
"Dan berapa kali aku bilang, kalau kita berdua aku enggak suka ada orang ketiga!" balas Raffi.
"Orang ketiga?" Cherry mengernyit heran.
"Benda ketiga," ralat Raffi. "Ah bukan benda pertama, ah tapi jadi pengganggu," Raffi bingung menentukan kalimat yang tepat. "Intinya aku enggak suka diduain sama yang lain entah itu manusia maupun benda!" cetusnya sambil tersenyum puas saat menemukan kalimat yang pas.
Cherry cemberut. "Dasar anak kecil diduain sama buku aja marah, gimana kalau sama orang?" cibirnya.
"Dasar udah tua, mana berani sih duain orang sekeren aku?" ucap Raffi dengan pedenya memasang wajah tertampan menurutnya.
"Aku enggak suka dipanggil tua!" marah Cherry.
"Kamu kira aku suka dipanggil anak kecil?" Raffi membalas.
"Kamu emang masih kecil, sedangkan aku belum setua itu untuk dipanggil 'tua'(?)" jelas Cherry bersikeras bahwa ucapannya adalah yang terbenar.
"Aku juga enggak sekecil itu buat kamu bilang anak kecil."
"Negara kita udah di judge dengan negara banyak plagiat, kamu masih aja hobbi plagiat kata-kata orang, enggak kreatif!" cibir Cherry yang merasa bahwa Raffi selalu mengikuti kata-katanya.
"Bukannya aku enggak kreatif, tapi aku enggak punya banyak waktu buat bales kata-kata kamu pake kata-kata yang lebih bagus, waktu aku udah cukup tersita cuma buat mikirin kamu! Jadi jangan musingin aku buat cari kata-kata!" Great! Kata-kata Raffi kali ini membuat Cherry tidak dapat lagi menemukan kalimat untuk membalasnya. Bibirnya seakan terkunci otomatis.
Raffi tersenyum puas. He is the winner!
"Kamu udah kalah, jadi kamu harus nurutin kemauan aku," ucapnya.
"Hah? Umur kamu dibawah aku enggak seharusnya kamu merintah aku!"
"Biarpun aku lebih muda dari kamu, tapi kamu enggak bisa ngebantah kalau kamu cinta sama aku dan aku pacar kamu!" seru Raffi sambil tersenyum mengungkapkan fakta sebenarnya. "Lagian aku cuma mau minta satu hal kok," sambungnya.
"Hmm? Apa?"
"Kita udah jarang ketemu, sibuk sama urusan masing-masing. Jadi, aku mohon disaat kita berdua kaya gini kamu tinggalin dunia kamu, aku juga tinggalin dunia aku, karena sekarang adalah waktunya dunia kita," Raffi memegang tangan Cherry. "Ngerti?"
Cukup lama Cherry hanya diam hingga akhirnya ia menganggukan kepalanya.
Raffi tersenyum.
"Welcome to our world!" seru Raffi sambil tersenyum lebar dan mengangkat tangan Cherry tinggi-tinggi.
Cherry hanya tersenyum. Pacar manisnya itu selalu mempunyai cara untuk ia bisa melupakan dunianya sebentar, dan itu sangat menyenangkan!

End


Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...