Title : Kontak
Hati
Main Cast :
Cherry - Raffi
Length : Oneshot
Author :
Choirunnisa
***
Drrtt...
Drrtt... Drrtt...
Getaran itu
terus saja terdengar dan terasakan oleh Cherry, getaran yang berasal dari
kantung bajunya itu benar-benar membuatnya merasa risih dan terganggu.
"Hshh..."
gadis itu mendesah pelan. Hanya sebentar karena sejurus kemudian ia segera
memasang senyuman manis kepada orang yang ada dihadapannya. "Ada yang bisa
saya bantu?" tanyanya.
"Saya ingin
menggadaikan laptop ini, apa bisa?" jawab seorang wanita paruh baya,
sekaligus bertanya.
Cherry
tersenyum. "Tentu saja!"
Sebagai siswa
yang saat ini sedang melakukan Prakerin tentu bersikap dengan baiklah yang
harus ia lakukan, terlebih ini untuk sebuah nilai. Dan getaran dihandphonenya
sungguh menjadi pengganggu disaat seperti ini.
***
Cherry
menghempaskan tubuhnya pada kursi yang ada diluar kantor Pegadaian,
beristirahat sejenak atas aktivitas kerja yang telah dilakukannya. Gadis itu
mengeluarkan handphone dari kantung bajunya. Ia kembali menghela nafas saat
melihat 14 panggilan tak terjawab dan 8 pesan yang ada dilayar handphonenya,
yang lebih parah lagi semua panggilan dan pesan itu dikirimkan oleh nomor yang
sama. My Bronis. Dan sepertinya setelah ini Cherry akan mengganti nama lelaki
itu dikontaknya menjadi 'Si Pengganggu' sepertinya itu lebih cocok untuk lelaki
seperti dia. Ya, Raffi si pengganggu.
Drrtt...
Drrtt...
Cherry dibuatnya
sedikit tersentak saat handphonenya tiba-tiba saja bergetar. Ekspresi wajahnya
seketika berubah sebal, dan tetap dengan seperti itu gadis itu mengangkat
panggilannya.
"Hal..."
Cherry bahkan belum sempat menyelesaikan sapaannya ketika suara dari sebrang
langsung berseru.
"Hey! Dari
mana aja sih? Kenapa baru diangkat? Aku udah nelponin dari tadi tau! Enggak tau
apa kalau aku khawatir? Kamu ngapain aja sih? Bla...bla...bla..."
Telinga Cherry
seketika dipenuhi oleh suara bass milik Raffi, Cherry hanya bisa menekur,
mendengarkan.
"Udah
ceritanya?" tanya Cherry saat Raffi menyelesaikan ucapannya.
"Hah? Siapa
yang cerita?" dengan innocentnya Raffi membalas. Cherry gemas dibuatnya.
"Bodoh!"
hanya kata itu yang akhirnya meluncur dari mulut Cherry.
"Oh gitu,
iya sih yang pinter," cibir Raffi.
Cherry kembali
mendesah sebal. "Aku lagi enggak mau debat!" cetusnya.
"Heh? Siapa
juga yang ngajak debat, percuma enggak akan ada yang nonton semua orang lagi
sibuk sama debat capres cawapres tau!" ucap Raffi. Tanpa sadar Cherry
ingin tertawa dibuatnya, ada-ada saja jawaban lelaki itu.
"Enggak
juga, kayanya sekarang semua juga lagi sibuk sama Piala Dunia, kamu
tahulah..." ujar Cherry.
"Bener
banget! Aku aja lebih suka nonton piala dunia dari pada debat capres!"
timpal Raffi.
"Oh ya?
Tapi aku lebih suka nonton debat capres dari pada nonton bola, semuanya pake
jam pocong!" balas Cherry, lagi-lagi berbeda pendapat dengan Raffi.
"Buat otak
kamu sih masih kesampean, kalau buat aku? Enggak deh, yang ada malah pusing!
All about politik! Ngebosenin!"
"Emang sih
lagian enggak penting juga buat kamu, belum punya KTP sama SIM kan? Belum bisa
milih!" cetus Cherry kejam.
"Siapa
bilang aku udah punya SIM kok, surat izin mencintai mu," ujar Raffi.
"Dih..."
Cherry bergidik jijik. Lebay banget sih!
"Lagian
percuma umur kamu 17, tapi toh milihnya harus 5 tahun ke depan kan? Sama aja
bareng aku!" Cibir Raffi.
Cherry cemberut.
"Hey!
Kenapa jadi ngomongin debat capres sama
piala dunia sih? Pake pemilu juga lagi," pekik Cherry saat menyadari bahwa
mereka telah terlampau jauh keluar dari topik pembicaraan awal.
Raffi disebrang
sana, tampak menepuk jidatnya pelan, "kamu sih, pake ngomongin debat
segala lagi!"
"Eh, kamu
duluan bawa-bawa capres!"
"Terus kamu
juga ngapain bawa-bawa piala dunia? Enggak nyambung tau!"
"Hey! Kamu
yang enggak nyambung!"
"Enak aja!
Kalau enggak nyambung kita enggak mungkin bisa telponan kali!"
"Okey stop,
ini salah! Kembali ke topik awal, ngapain kamu nelpon aku?" tanya Cherry
menghentikan perdebatan yang kalau didiamkan bisa menghabiskan waktu
istirahatnya atau bahkan tidak akan ada habisnya.
"Kamu masih
ditempat PKL?"
Cherry
mengernyit, pertanyaan bodoh macam itukah yang harus dikeluarkan oleh pacarnya
itu? Apa tidak ada pertanyaan lain?
"Iyah,
seperti biasa," jawab Cherry akhirnya.
"Ini lagi
apa?" tanya Raffi lagi.
"Istirahat,
makanya aku bisa angkat telpon kamu!"
"Hah?
Emangnya kalau bukan istirahat enggak bisa angkat telepon yah?"
"Menurut
kamu? Aku enggak mau ditendang dari tempat PKL cuma gara-gara jawab telpon
kamu!"
"Hmm,, tapi
sms bisa kan?"
Cherry
menggelengkan kepalanya, namun sedetik kemudian dia ingat bahwa Raffi tidak
mungkin melihatnya. "Enggak juga! Aku disini kerja bukan buat mainin
handphone! Kamu pikir ini tempat punya nenek moyang aku, bisa seenaknya!"
cetus Cherry.
Cherry dapat
mendengar dengan jelas ada helaan nafas berat dari Raffi.
"Terus kita
enggak bisa hubungan dong? Heuh..."
"Sepertinya
begitu," jawab Cherry.
"Yah...
Tiap detik hidup aku bisa jadi ngebetein dong."
"Lebay!"
tukas Cherry. "Enggak gitu juga kali!"
"Neng!"
seruan itu bukan berasal dari Raffi melainkan dari seseorang. Cherry terkejut
dibuatnya.
"Eh iyah, kenapa
bu?" tanyanya pada seorang pegawai tetap disana.
"Istirahatnya
mau abis, kita harus kerja lagi," ucapnya mengingatkan.
"Iyah bu,
nanti saya ke dalem," Cherry meringis malu. Setelah melihat ibu 'itu'
masuk kedalam. Cherry segera berbicara kepada Raffi.
"Ah,
istirahatnya abis. Ini gara-gara kamu! Tuh kan aku jadi enggak sempet makan,
aku laper tau! Ikht, kamu nyita waktu banget sih!"
"Eh, kenapa
nyalahin aku?" Raffi tak mengerti.
"Iyalah,
gara-gara kamu, aku pasti bakal kelaparan. Ikht nyebelin!"
"Kamu lagi
PMS yah?" tanya Raffi hati-hati.
"Enggak?
Siapa bilang? Eh, aku udah marah-marah sama kamu yah? Maafin aku yah...,"
Cherry berkata dengan cepat.
"Bukan
itu," sanggah Raffi.
"Lha
terus?"
"Ini kan
bulan puasa, kamu enggak puasa?"
Cherry menepuk
jidatnya pelan, "ah aku lupa," ucapnya malu.
"Itu
artinya kamu harus bersyukur ditelpon aku jadinya kan belum sempet beli
makanan, kan malu-maluin udah gede masa enggak puasa!" ucap Raffi bangga.
"Iya deh,
udah ah aku harus kerja lagi nih! Bye..." Cherry menutup telepon tanpa
meminta persetujuan dari Raffi, ia harus kembali kedalam. Sekarang.
***
"Raffi,
ngapain kamu disini?" pekik Cherry tak percaya saat mendapati Raffi sudah
ada di depan 'kantor'nya ketika ia keluar dari sana.
"Mau jemput
pacar aku lah," jawab Raffi sambil tersenyum manis. "Aku juga mau
ngasih tahu kamu sesuatu," sambungnya.
"Hmm,
apa?" tanya Cherry penasaran.
"Kalau kamu
lagi PKL kita kan jadi susah buat komunikasi, jadi aku udah tau
caranya..."
"Cara
apa?"
Bukannya
menjawab pertanyaan Cherry, Raffi malah menarik tangannya dan menyimpannya ke
dadanya. Hatinya lebih tepatnya.
"Kontak
hati," ucapnya.
"Kontak
hati?"
Raffi
mengangguk-ngangguk membenarkan.
"Aku baru
aja nyambungin hati aku ke kamu, mulai sekarang aku enggak akan pernah bete
sekalipun kamu enggak ngehubungin aku, karena hati kita akan selalu
tersambung," ujarnya.
Cherry tertawa
pelan, "aneh tau!"
"Aneh
apanya?"
Cherry
menggelengkan kepalanya pelan, "enggak jadi, itu artinya kamu enggak
mungkin nelponin aku terus-terusan kan?"
"Hmm... Gimana
yah," Raffi tampak berpikir.
"Please..."
"Iyah, iyah
lagian aku juga enggak mau kali kamu dikeluarin dari PKL cuma gara-gara aku,
sepele banget masalahnya!" ucap Raffi sambil tersenyum.
Cherry ikut
tersenyum.
"Yaudah
pulang yuk!" serunya.
Cherry tidak
menjawab ia hanya naik ke atas motor Raffi.
"Ayo! Let's
go!"
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar