Sabtu, 14 November 2015

Kontak Hati (Cerpen)

Title : Kontak Hati
Main Cast : Cherry - Raffi
Length : Oneshot
Author : Choirunnisa

***

Drrtt... Drrtt... Drrtt...
Getaran itu terus saja terdengar dan terasakan oleh Cherry, getaran yang berasal dari kantung bajunya itu benar-benar membuatnya merasa risih dan terganggu.
"Hshh..." gadis itu mendesah pelan. Hanya sebentar karena sejurus kemudian ia segera memasang senyuman manis kepada orang yang ada dihadapannya. "Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
"Saya ingin menggadaikan laptop ini, apa bisa?" jawab seorang wanita paruh baya, sekaligus bertanya.
Cherry tersenyum. "Tentu saja!"
Sebagai siswa yang saat ini sedang melakukan Prakerin tentu bersikap dengan baiklah yang harus ia lakukan, terlebih ini untuk sebuah nilai. Dan getaran dihandphonenya sungguh menjadi pengganggu disaat seperti ini.

***

Cherry menghempaskan tubuhnya pada kursi yang ada diluar kantor Pegadaian, beristirahat sejenak atas aktivitas kerja yang telah dilakukannya. Gadis itu mengeluarkan handphone dari kantung bajunya. Ia kembali menghela nafas saat melihat 14 panggilan tak terjawab dan 8 pesan yang ada dilayar handphonenya, yang lebih parah lagi semua panggilan dan pesan itu dikirimkan oleh nomor yang sama. My Bronis. Dan sepertinya setelah ini Cherry akan mengganti nama lelaki itu dikontaknya menjadi 'Si Pengganggu' sepertinya itu lebih cocok untuk lelaki seperti dia. Ya, Raffi si pengganggu.
Drrtt... Drrtt...
Cherry dibuatnya sedikit tersentak saat handphonenya tiba-tiba saja bergetar. Ekspresi wajahnya seketika berubah sebal, dan tetap dengan seperti itu gadis itu mengangkat panggilannya.
"Hal..." Cherry bahkan belum sempat menyelesaikan sapaannya ketika suara dari sebrang langsung berseru.
"Hey! Dari mana aja sih? Kenapa baru diangkat? Aku udah nelponin dari tadi tau! Enggak tau apa kalau aku khawatir? Kamu ngapain aja sih? Bla...bla...bla..."
Telinga Cherry seketika dipenuhi oleh suara bass milik Raffi, Cherry hanya bisa menekur, mendengarkan.
"Udah ceritanya?" tanya Cherry saat Raffi menyelesaikan ucapannya.
"Hah? Siapa yang cerita?" dengan innocentnya Raffi membalas. Cherry gemas dibuatnya.
"Bodoh!" hanya kata itu yang akhirnya meluncur dari mulut Cherry.
"Oh gitu, iya sih yang pinter," cibir Raffi.
Cherry kembali mendesah sebal. "Aku lagi enggak mau debat!" cetusnya.
"Heh? Siapa juga yang ngajak debat, percuma enggak akan ada yang nonton semua orang lagi sibuk sama debat capres cawapres tau!" ucap Raffi. Tanpa sadar Cherry ingin tertawa dibuatnya, ada-ada saja jawaban lelaki itu.
"Enggak juga, kayanya sekarang semua juga lagi sibuk sama Piala Dunia, kamu tahulah..." ujar Cherry.
"Bener banget! Aku aja lebih suka nonton piala dunia dari pada debat capres!" timpal Raffi.
"Oh ya? Tapi aku lebih suka nonton debat capres dari pada nonton bola, semuanya pake jam pocong!" balas Cherry, lagi-lagi berbeda pendapat dengan Raffi.
"Buat otak kamu sih masih kesampean, kalau buat aku? Enggak deh, yang ada malah pusing! All about politik! Ngebosenin!"
"Emang sih lagian enggak penting juga buat kamu, belum punya KTP sama SIM kan? Belum bisa milih!" cetus Cherry kejam.
"Siapa bilang aku udah punya SIM kok, surat izin mencintai mu," ujar Raffi.
"Dih..." Cherry bergidik jijik. Lebay banget sih!
"Lagian percuma umur kamu 17, tapi toh milihnya harus 5 tahun ke depan kan? Sama aja bareng aku!" Cibir Raffi.
Cherry cemberut.
"Hey! Kenapa jadi ngomongin debat capres  sama piala dunia sih? Pake pemilu juga lagi," pekik Cherry saat menyadari bahwa mereka telah terlampau jauh keluar dari topik pembicaraan awal.
Raffi disebrang sana, tampak menepuk jidatnya pelan, "kamu sih, pake ngomongin debat segala lagi!"
"Eh, kamu duluan bawa-bawa capres!"
"Terus kamu juga ngapain bawa-bawa piala dunia? Enggak nyambung tau!"
"Hey! Kamu yang enggak nyambung!"
"Enak aja! Kalau enggak nyambung kita enggak mungkin bisa telponan kali!"
"Okey stop, ini salah! Kembali ke topik awal, ngapain kamu nelpon aku?" tanya Cherry menghentikan perdebatan yang kalau didiamkan bisa menghabiskan waktu istirahatnya atau bahkan tidak akan ada habisnya.
"Kamu masih ditempat PKL?"
Cherry mengernyit, pertanyaan bodoh macam itukah yang harus dikeluarkan oleh pacarnya itu? Apa tidak ada pertanyaan lain?
"Iyah, seperti biasa," jawab Cherry akhirnya.
"Ini lagi apa?" tanya Raffi lagi.
"Istirahat, makanya aku bisa angkat telpon kamu!"
"Hah? Emangnya kalau bukan istirahat enggak bisa angkat telepon yah?"
"Menurut kamu? Aku enggak mau ditendang dari tempat PKL cuma gara-gara jawab telpon kamu!"
"Hmm,, tapi sms bisa kan?"
Cherry menggelengkan kepalanya, namun sedetik kemudian dia ingat bahwa Raffi tidak mungkin melihatnya. "Enggak juga! Aku disini kerja bukan buat mainin handphone! Kamu pikir ini tempat punya nenek moyang aku, bisa seenaknya!" cetus Cherry.
Cherry dapat mendengar dengan jelas ada helaan nafas berat dari Raffi.
"Terus kita enggak bisa hubungan dong? Heuh..."
"Sepertinya begitu," jawab Cherry.
"Yah... Tiap detik hidup aku bisa jadi ngebetein dong."
"Lebay!" tukas Cherry. "Enggak gitu juga kali!"
"Neng!" seruan itu bukan berasal dari Raffi melainkan dari seseorang. Cherry terkejut dibuatnya.
"Eh iyah, kenapa bu?" tanyanya pada seorang pegawai tetap disana.
"Istirahatnya mau abis, kita harus kerja lagi," ucapnya mengingatkan.
"Iyah bu, nanti saya ke dalem," Cherry meringis malu. Setelah melihat ibu 'itu' masuk kedalam. Cherry segera berbicara kepada Raffi.
"Ah, istirahatnya abis. Ini gara-gara kamu! Tuh kan aku jadi enggak sempet makan, aku laper tau! Ikht, kamu nyita waktu banget sih!"
"Eh, kenapa nyalahin aku?" Raffi tak mengerti.
"Iyalah, gara-gara kamu, aku pasti bakal kelaparan. Ikht nyebelin!"
"Kamu lagi PMS yah?" tanya Raffi hati-hati.
"Enggak? Siapa bilang? Eh, aku udah marah-marah sama kamu yah? Maafin aku yah...," Cherry berkata dengan cepat.
"Bukan itu," sanggah Raffi.
"Lha terus?"
"Ini kan bulan puasa, kamu enggak puasa?"
Cherry menepuk jidatnya pelan, "ah aku lupa," ucapnya malu.
"Itu artinya kamu harus bersyukur ditelpon aku jadinya kan belum sempet beli makanan, kan malu-maluin udah gede masa enggak puasa!" ucap Raffi bangga.
"Iya deh, udah ah aku harus kerja lagi nih! Bye..." Cherry menutup telepon tanpa meminta persetujuan dari Raffi, ia harus kembali kedalam. Sekarang.

***

"Raffi, ngapain kamu disini?" pekik Cherry tak percaya saat mendapati Raffi sudah ada di depan 'kantor'nya ketika ia keluar dari sana.
"Mau jemput pacar aku lah," jawab Raffi sambil tersenyum manis. "Aku juga mau ngasih tahu kamu sesuatu," sambungnya.
"Hmm, apa?" tanya Cherry penasaran.
"Kalau kamu lagi PKL kita kan jadi susah buat komunikasi, jadi aku udah tau caranya..."
"Cara apa?"
Bukannya menjawab pertanyaan Cherry, Raffi malah menarik tangannya dan menyimpannya ke dadanya. Hatinya lebih tepatnya.
"Kontak hati," ucapnya.
"Kontak hati?"
Raffi mengangguk-ngangguk membenarkan.
"Aku baru aja nyambungin hati aku ke kamu, mulai sekarang aku enggak akan pernah bete sekalipun kamu enggak ngehubungin aku, karena hati kita akan selalu tersambung," ujarnya.
Cherry tertawa pelan, "aneh tau!"
"Aneh apanya?"
Cherry menggelengkan kepalanya pelan, "enggak jadi, itu artinya kamu enggak mungkin nelponin aku terus-terusan kan?"
"Hmm... Gimana yah," Raffi tampak berpikir.
"Please..."
"Iyah, iyah lagian aku juga enggak mau kali kamu dikeluarin dari PKL cuma gara-gara aku, sepele banget masalahnya!" ucap Raffi sambil tersenyum.
Cherry ikut tersenyum.
"Yaudah pulang yuk!" serunya.
Cherry tidak menjawab ia hanya naik ke atas motor Raffi.
"Ayo! Let's go!"

***



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...