Aku tidak tahu sampai kapan aku
dapat bertahan. Sementara baru beberapa hari saja aku sudah di dera rindu yang
mendalam, disiksa batin yang mendambanya. Bagaimana bisa? Ku pikir tanpamu aku
tidak serapuh ini, tapi nyatanya aku sungguhlah lemah.
Sebelum aku memutuskan untuk menjauh
pun aku sudah memikirkan matang-matang konsekuensi yang akan kuterima. Rindu. Kecewa.
Sakit hati. Kesal. Semua itu pasti akan kurasakan, namun aku tak menyangka akan
secepat ini.
Aku selalu berusaha untuk mengatakan
pada diriku sendiri bahwa tanpamu aku pasti akan baik-baik saja, sama seperti
sebelum aku mengenalmu. Bodohnya aku tak pernah sadar bahwa semua yang telah
terlewati tak akan pernah menjadi sama lagi. Dulu aku tanpamu, sekarang pun aku
tanpamu bedanya, kini kau sempat hadir dalam hidupku sebelum akhirnya
meninggalkan kenangan-kenangan yang hanya bisa ku simpan dalam hatiku dan
berputar-putar dalam memoriku. Ku pikir itulah yang membuat semuanya menjadi
berat
Hari-hari ku tanpamu sungguh tidak
baik-baik saja. Aku mencoba melangkah, berjalan, berlalu seperti seharusnya. Tapi
nyatanya semua itu tidak mudah. Aku seperti kehilangan sesuatu dalam hidupku. Aku
bahkan seperti mati di dalam duniaku sendiri. Aku menjalaninya berusaha
melakukan segalanya dengan baik, menjalani hidupku seperti biasanya. Ragaku
bisa melakukannya, tapi hati dan pikiranku tidak. Mereka bergerak tidak pada tempatnya.
Melangkah melawan arah. Jadi bagaimana bisa aku baik-baik saja sementara jiwa
dan ragaku sudah tak sejalan? Sedangkan hidupku bergantung pada keduanya.
Tidak aku salah. Nyatanya hidupku
tidak hanya bergantung pada jiwa ragaku, tapi juga pada kamu. Benar kamu. Seseorang
yang telah pergi dari hari-hariku. Seseorang yang telah mengambil hatiku namun
tak pernah mengembalikannya.
26
Desember 2016
#30DWC Jilid 3
hari ke 26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar