Senin, 12 Desember 2016

0rang Ke-3



Orang Ke-3
            Bukan cinta tapi sayang, bukan sayang tapi peduli, bukan peduli karena memang tidak seharusnya. Entah berapa banyak bukan lagi yang harus terucap yang jelas kisah ini milik kita- Aku, Kau, dan Dia.

            Kita bersama tapi tak bisa bersatu. Kita berdua namun tak dapat saling mengikat. Kita seharusnya sudah ada dalam suatu hubungan yang beratasnamakan cinta. Namun bagaimana bisa? Sementara masih ada Dia diantara Kita.
            Ya dia, seseorang yang tak dapat disalahkan dalam kisah ini. Karena bagaimanapun dia adalah korban yang tersakiti disini, dan kitalah- Kau dan Aku orang yang sangat patut di persalahkan atas luka yang ada. Luka-nya. Luka-mu. Juga Luka-ku.
            Tidak, jangan salah paham dulu. Jangan mulai berpikiran aneh-aneh tentangku. Orang Ke-3? Aku? Mungkin kalian berpikir begitu. Aku disini yang menjadi orang Ke-3, bukan Kau ataupun Dia. Aku yang mendapatkan predikat buruk itu, aku si tokoh antagonis itu. Tapi tidak sungguh aku tidak sejahat itu. Biar kujelaskan bagaimana kisah ini berawal.
            Kita adalah teman lama yang di pertemukan pada kondisi yang tidak seharusnya. Kau, saat itu sedang merasa terabaikan oleh kekasihmu, dan aku sedang berusaha untuk Move On dari seseorang yang baru saja mematahkan hatiku. Kita sama-sama sedang membutuhkan ‘bahu’ untuk berbagi, dan begitulah semuanya terjadi. Bersamaku kau merasa tak terabaikan lagi. Bersamamu aku berhasil melupakannya. Namun sayangnya kebersamaan itu membuat kita lupa akan satu hal, ini tentang Dia.
Dia yang masih terikat pada sebuah hubungan denganmu, dia yang bagaimanapun telah mengabaikanmu masih bisa kau prioritaskan. Aku mengerti. Aku paham. Kau tidak pernah bisa benar-benar lepas darinya, sekalipun kau juga mengatakan bahwa kau mulai mencintaku, kau nyaman bersamaku, dan kau tak ingin berpisah denganku. Berpisah? Hey, kita bahkan tak pantas untuk bersatu bukan?
            Ku akui aku egois saat itu, dengan bodohnya aku memintamu untuk meninggalkannya agar bisa bersamaku. Tapi kau, kau memang datang padanya tapi kau bahkan tak mampu untuk sekedar mengatakan ‘putus’, kau tak tega untuk menyakitinya, kau masih terlalu mencintainya sampai tak mampu untuk melepaskannya sekalipun aku berjanji untuk menjadi penggantinya. Maaf, aku memang jahat. Aku menginginkan sesuatu yang tidak seharusnya.
            Kau tak bisa memilih. Kau masih bersamanya namun tak mampu melepaskanku juga. Dia yang pertama dan aku yang kedua. Dia kekasihmu di mata semua orang, tapi setiap malam kau pun mengatakan cinta kepadaku. Sedangkan aku? Aku orang munafik yang terlalu percaya diri. Aku terlalu percaya bahwa cintamu kepadaku suatu saat nanti akan lebih besar dibandingkan cintamu kepadanya. Aku tersenyum dengan segala sikap manismu kepadaku, aku selalu meluangkan waktuku untukmu, aku bersedia selalu ada dalam setiap kondisi bagimu. Aku memprioritaskanmu tapi kau? Nyatanya tidak.
            It’s hard you know?
            Waking up and realizing that you were my always but I was only your sometimes. And that’s the real tragedy here, like bullets tearing up my heart.
            Jangan pernah berpikir Orang ke-3 itu jahat jika kalian tak pernah benar-benar berada di posisinya. Serius, menjadi yang ke-3 sungguh menyakitkan. Kau tahu dia mencintaimu, tapi kau tak pernah bisa memilikinya seutuhnya. Kau tahu dia ada untukmu namun kau harus bersabar saat dia tiba-tiba pergi untuk dengan-nya.  Kau bahagia bisa bersamanya namun kau juga harus sadar disana entah dibagian mana ada seseorag yang sedang menunggunya, percaya akan cintanya, sama sepertimu. Dan kau pada akhirnya hanya harus mengerti bahwa kau adalah yang kedua, karena bagaimanapun dialah yang pertama. Sakit? Tentu, itulah yang kami rasakan. Orang Ke-3, seseorang yang kalian bilang perusak hubungan orang. Tapi percayalah, kami masih punya hati.
            Sekali lagi, aku memintamu memilih antara aku atau dia, dan lagi-lagi kau tak bisa menentukan. Aku tak bisa terus-terusan berada diantara hubungan Kau dan Dia. Aku lelah, dan aku ingin kau melepaskanku, tapi apa jawabmu kau bilang kau tidak ingin menyakitiku, lalu apa kau tega menyakitinya? Tidak, kau hanya diam namun aku tahu kau tidak akan pernah tega menyakitinya. Namun kau tahukan hidup adalah sebuah pilihan? Jika kau memang tidak bisa melepaskan, maka biarkan aku yang pergi, karena bagaimanapun menjadi yang ke-3 akan selalu disalahkan dan aku tidak ingin menjadi alasan dari setiap kesalahan yang ada.
            Biarkan aku menyingkir dari Kita: Kau dan Dia.

12 Desember 2016
#30DWC Jilid 3 Hari ke-12

2 komentar:

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...