Hujan:
Petrichor
“Petrichor…”
Krystal yang awalnya sedang asyik menikmati aroma menenangkan yang muncul saat hujan turun, mau tidak mau menolehkan kepalanya ke samping. Memastikan siapa pemilik sumber suara yang baru saja mengusik ketenangannya. Ah tidak, sebenarnya sih tidak mengusik, salahnya sendiri yang menjadikan halte sekolah sebagai tempat untuk menikmati hujan. Hell ya, kalau bukan karena hujan Krystal tak akan terjebak di halte seperti ini.
Krystal yang awalnya sedang asyik menikmati aroma menenangkan yang muncul saat hujan turun, mau tidak mau menolehkan kepalanya ke samping. Memastikan siapa pemilik sumber suara yang baru saja mengusik ketenangannya. Ah tidak, sebenarnya sih tidak mengusik, salahnya sendiri yang menjadikan halte sekolah sebagai tempat untuk menikmati hujan. Hell ya, kalau bukan karena hujan Krystal tak akan terjebak di halte seperti ini.
“Aroma yang muncul waktu hujan turun
namanya petrichor.”
Krystal lagi-lagi dibuat tersentak
saat lelaki jangkung yang berdiri disampingnya kembali berucap, seakan menjawab
segala kebingungan yang tadi sempat di rasakan Krystal. Lelaki itu memejamkan
matanya, sementara hidungnya mulai menarik nafas dalam, hanya beberapa saat
karena setelahnya lelaki itu melepaskannya dengan lega. Hey, ia menoleh dan
tersenyum! Menyadari baru saja tertangkap basah telah memperhatikan lelaki
asing yang tak dikenalnya itu secara diam-diam, gadis berwajah cantik itu dengan
segera mengalihkan pandangannya.
“Ah, gue baru tahu kalau aroma
menenangkan itu punya nama, hmm apa tadi pertichor, or…,” kepalang malu Krystal
memilih untuk menanggapi kalimat yang tadi diucapkan lelaki itu. Lrlaki tinggi,
berkulit sawo matang, dan tampan, ya dengan rahang tegas dan mata elang serta
senyuman manis yang dimilikinya Krystal dapat dengan mudah memasukannya dalam
daftar cowok tampan menurutnya.
“Petrichor, namanya Petrichor,”
lelaki tadi mengulang kalimatnya dengan penekanan namun tetap tersenyum.
“Okey, Pet-ri-chor,” Krystal mengeja
kata tersebut membuat lelaki disebelahnya itu tanpa sadar tertawa kecil, and
hey itu…manis! “Hmm, gimana bisa di kasih nama kaya gitu? Nama yang aneh,”
sambung Krystal mencoba mengacuhkan tawa renyah yang mulai membuat jantungnya
berdetak tak biasa.
“Hmm, gimana yah?” lelaki itu tampak
berpikir, pandangannya bergerak kesana kemari. “Disebelah ada café, kita bisa
kesana kalau lo mau denger penjelasan tentang hujan dan petrichornya,”
sambungnya dengan santai, namun tetap saja berhasil membuat pandangan selidik
Krystal menatap ke arahnya. “Jangan tatap gue kayak gitu, gue enggak ada
tampang penjahat, kalau tampang kelewat ganteng iyah!” tandas lelaki tersebut
penuh canda namun dengan tampang serius.
Krystal tertawa dibuatnya, “narsis!”
tukasnya. Dengan wajah cantik yang dimilikinya Krystal sudah sering menerima
percobaan pedekate dari banyak lelaki yang ingin mengenalnya, tapi entahlah ia
tak melihat ada tanda-tanda modus dari lelaki di depannya ini. Jadi, bisakan
Krystal mempercayainya?
“Jadi gimana? Selagi nunggu hujan
reda dan jemputan lo mungkin,” ucap lelaki itu lagi.
“Memang lo enggak keberatan harus
ngejelasin petrichor itu?” tanya Krystal.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya, “kenapa
harus keberatan kalau kita ngomongin hal yang kita suka? Hmm?”
“Okey kalau gitu….” Krystal
menggantung kalimatnya tak tahu harus memanggil lelaki di depannya itu dengan
nama apa.
“Kaisar, panggil gue Kai,” seakan
mengerti lelaki itu mengulurkan tangannya.
Krystal membalas uluran tangannya, “Krystal.”
Seperti hujan, begitu;lah Krystal
menerimanya. Meskipun ia tidak tahu kedepannya entah badai atau pelangi yang
akan ia terima.
***
Petrichor
adalah salah satu bau alami yang tercium saat hujan turun membasahi tanah yang
kering. Pada tahun 1964, saintis Australia, Isabel Joy Bear dan R..G. Thomas melakukan
penelitian mengenai aroma hujan dan mempublikasikannya pada jurnal Nature, “Nature
Of AgrillaceousOdor.” Isabel dan Thomas menciptakan istilah Petrichor (Yunani,
Petra: batu, ichor: darah para dewa) untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Petrichor
sebenarnya disebabkan oleh beberapa hal. Namun yang paling berkontribusi
terhadap munculnya petrichor ada dua hal, pertama minyak yang menguap dari
tumbuhan. Tumbuhan mengeluarkan sejenis minyak yang mudah menguap yang kemudian
terkumpul diberbagai permukaan, seperti misalnya bebatuan. Minyak tersebut
bereaksi dengan tetesan air hujan dan dilepaskan sebagai gas ke udara. Kedua,
geosmin yang dilepaskan oleh mikroba. Geosmin adalah senyawa organik yang
dihasilkan oleh beberapa mikroba yang hidup di tanah, air tawar, dan air laut,
seperti cyanobacteria dan actinobacteria. Geosmin dilepaskan ketika mikroba
mati dan saat terkena terpaan air hujan, geosmin terangkat ke udara dan terciptalah
aerosol partikel geosmin dalam udara. Geosmin juga penyebab mengapa ikan air
tawar suka berbau tanah.
Begitulah
kira-kira apa yang dapat Krystal tangkap dari pembicaraannya dengan lelaki
bernama Kaisar selama hampir satu jam itu. Selain itu Krystal juga jadi tahu
kalau lelaki di depannya ini mudah sekali tersenyum namun mudah sekali
mengembalikan ekspresi seriusnya, menyukai cappuccino, dan amat sangat menyukai
hujan.
“Jadi udah paham kan kenapa di sebut
Patrichor?” tanya Kaisar sambil menyesap cappuccino untuk kesekian kalinya.
Krystal mengalihkan pandangannya
dari kaca, menganggukan kepalanya dan tersenyum. “Makasih banyak lo pantes jadi
guru, bisa banget bikin gue paham,” cetus Krystal diiringi tawa Kaisar.
“Thanks loh, udah mau jadi murid
pertama Bapak!” balas Kaisar. Krystal tertawa. Lihat mereka bisa tertawa akrab
di pertemuan pertama.
“Btw hujannya udah agak reda yah,”
gumam Krystal sambil kembali menatap hujan yang sudah tak sederas sebelumnya,
hanya menyisakan rintik-tintik kecilnya yang memantul pada kaca, langit yang
tadinya gelap pun berangsur-angsur menerang.
“Jadi mau balik sekarang?” tanya
Kaisar menegakan posisi duduknya.
Krystal mengecek handphonenya, lalu
menganggukan kepalanya, “ya jemputan gue sebentar lagi datang,” ucapnya.
“Hell ya, jadi udah punya monyet ya
mbak?” cibir Kaisar.
Krystal melotot lalu mencebik, “bukan
monyet, tapi gorilla!” ralatnya membenarkan.
“Uhh… serem,” ucap Kaisar
berpura-pura memasang wajah bergidik ngerinya. Krystal hanya tertawa
melihatnya.
“Ngomong-ngomong, lo masih
sekolahkan? Kayaknya lo bukan anak sekolah gue, atau jangan-jangan lo udah
kuliah?” tanya Krystal dia baru sadar kalau ternyata Kai tidak mengenakan
seragam putih abu-abu sepertinya, cowok itu tampak santai dengan celana jeans
dan kaos yang disembunyikan dibalik jaket yang di pakainya.
“Kepo lo!” cetus Kai. Krystal mendesis
kesal dibuatnya. “Udah yuk, takutnya gorilla lo keburu datang,” seru Kaisar.
Krystal hanya mengangguk. Seperti kesepakatan sebelumnya cowok itu berbaik hati
mau membayari makanannya siang itu, meskipun tidak enak mau bagaimana lagi Kai
sendiri yang memaksa.
Setelah
selesai membayar keduanya pun berjalan beriringan keluar dari café. Tak butuh
waktu lama mobil jemputan Krystal pun datang.
“Makasih buat hari ini, makasih buat
penjelasan tentang ptrichornya, itu bikin gue makin suka hujan,” ucapnya.
Kaisar tersenyum.
“Ya, makasih juga udah jadi temen
ngobrol yang menyenangkan,” balas Kaisar.
“Okey kalau gitu, gue balik dulu
yah,” pamit Krystal, etnah mengapa ia sedikit merasa enggan untuk pergi, ia
masih ingin menikmati hujan dan petrichornya bersama Kaisar. Namun panggilan
dari dalam mobil membuatnya mau tak mau harus beranjak.
“Cepet sana, gorilla lo udah ngamuk
tuh!” seru Kai dengan suara pelannya yang lebih terdengar seperti bisikan.
Krystal lagi-lagi tertawa, buru-buru ia berjalan dan segera masuk kedalam
mobilnya. Sekali lagi ia tersenyum dan membalas lambaian tangan Kaisar, sebelum
akhirnya mobil itu perlahan tapi pasti membawanya menjauh.
***
Sejak masuk ke dalam mobil senyuman
manis tak henti-hentinya mengembang dari bibir Krystal. Entahlah pertemuannya
dengan Kaisar dan pembahasannya tentang hujan sungguh terasa menyenangkan. Di pertemuan
mereka, Krystal lebih merasa sedang berbicara dengan seseorang yang yang telah
lama tak dijumpainya, namun sudah lama dikenalnya, yang jelas mereka dapat
berbicara dengan mudah. Mata elangnya, tatapan lembutnya, dan senyuman
manisnya, ah itu semua seperti hujan yang selalu disukainya, seperti petrochor
yang menenangkan. Shit! Krystal memukul kepalanya pelan. Sepertinya ia mulai
gila.
“Jadi gimana main hujan-hujanannya?”
Krystal tersentak waktu mendengar suara gorilla- ah tidak maksudnya Ayah-nya
yang sejak tadi fokus menyetir.
“Hmm?’ tanya Krystal tak mengerti.
“Dasar yah kalian ini, dari dulu
suka banget main hujan-hujanan, awas aja kalau kamu sakit Ayah marahin deh
Ical,” ucap sang Ayah. Krystal semakin dibuatnya bingung.
“Ayah ngomongin apa sih? Siapa juga
yang main hujan-hujanan, dan siapa tadi… Ical? Siapa coba?” Krystal mengajukan
pertanyaan-pertanyaannya berturut-turut membuat Ayahnya tertawa.
“Kamu yang kenapa, pake nanya Ical
siapa lagi lah sahabat kamu waktu kecil, cowok yang tadi disebelah kamu, enggak
usah mulai bohong, Ayah tahu kok kamu sama Ical!” jelas sanga Ayah.
Krystal terpaku dibuatnya. “Maksud
Ayah Kaisar?”
Ayah mengangguk.
Shit! Pantas saja ia bisa dengan
mudah mengobrol dengan lelaki itu, pantas saja lelaki itu datang tiba-tiba dan
membicarakan petrichor, pantas saja Krystal dibuatnya nyaman, ternyata….
Ditengah segala hipotesis dan
keterkejutan yang dirasakan Krystal tiba-tiba saja sebuat pesan masuk ke
ponselnya.
From :
0821 2121 XXX
Krystal, lo enggak berubah masih kaya hujan
yang selalu menyenangkan, dan seperti petrichor yang bikin nyaman. Sialnya gue cuma
kaya minyak dari tumbuhan atau geosmin yang menguap, poor me! Gimana bisa lo
enggak inget gue?
Btw, gorilla lo baik dia udah ngijinin
monyetnya main sama gue!
Its me Kaisar, Ical
Krystal tersenyum membaca pesan
singkat yang diterimanya itu, ternyata benar kata Ayah-nya kalau Kaisar adalah
Ical. Hmm kalau diingat-ingat sih memang ada kemiripan antara Kaisar dan Ical
dulu, tapi hey jangan salahkan Krystal yang tak mengingatknya, mereka sudah tak
bertemu hampir sepuluh tahun, jadi wajar kan?
From :
Krystal
Maaf banget, serius gue enggak tahu kalau
itu lo. Btw, gue happy banget bisa ketemu lo lagi, I miss you so bad! Lo itu
bukan minyak tumbuhan ataupun geosmin lo itu lebih kaya badai yang
menghanyutkan atau pelangi indah yang ada setelah hujan turun, setelah
penantian panjang. Paham kan maksud gue?
And then fuck you for call me monyet? Uh!
Dasar monkey!
Krystal
lagi-lagi tersenyum setelah mengirimkan pesan tersebut. Hujan kali ini sungguh
menyenangkan, entah karena rintikannya, karena petrichornya, karena hawa
dinginnya, atau mungkin karena Kaisar? Entahlah, yang jelas terima kasih hujan.
END
04 Desember 2016
#30DWC Jilid ke-3 hari ke-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar