Minggu, 04 Desember 2016

Hujan: Petrichor (Cerpen)



Hujan: Petrichor
            “Petrichor…”
            Krystal yang awalnya sedang asyik menikmati aroma menenangkan yang muncul saat hujan turun, mau tidak mau menolehkan kepalanya ke samping. Memastikan siapa pemilik sumber suara yang baru saja mengusik ketenangannya. Ah tidak, sebenarnya sih tidak mengusik, salahnya sendiri yang menjadikan halte sekolah sebagai tempat untuk menikmati hujan. Hell ya, kalau bukan karena hujan Krystal tak akan terjebak di halte seperti ini.
            “Aroma yang muncul waktu hujan turun namanya petrichor.”
            Krystal lagi-lagi dibuat tersentak saat lelaki jangkung yang berdiri disampingnya kembali berucap, seakan menjawab segala kebingungan yang tadi sempat di rasakan Krystal. Lelaki itu memejamkan matanya, sementara hidungnya mulai menarik nafas dalam, hanya beberapa saat karena setelahnya lelaki itu melepaskannya dengan lega. Hey, ia menoleh dan tersenyum! Menyadari baru saja tertangkap basah telah memperhatikan lelaki asing yang tak dikenalnya itu secara diam-diam, gadis berwajah cantik itu dengan segera mengalihkan pandangannya.
            “Ah, gue baru tahu kalau aroma menenangkan itu punya nama, hmm apa tadi pertichor, or…,” kepalang malu Krystal memilih untuk menanggapi kalimat yang tadi diucapkan lelaki itu. Lrlaki tinggi, berkulit sawo matang, dan tampan, ya dengan rahang tegas dan mata elang serta senyuman manis yang dimilikinya Krystal dapat dengan mudah memasukannya dalam daftar cowok tampan menurutnya.
            “Petrichor, namanya Petrichor,” lelaki tadi mengulang kalimatnya dengan penekanan namun tetap tersenyum.
            “Okey, Pet-ri-chor,” Krystal mengeja kata tersebut membuat lelaki disebelahnya itu tanpa sadar tertawa kecil, and hey itu…manis! “Hmm, gimana bisa di kasih nama kaya gitu? Nama yang aneh,” sambung Krystal mencoba mengacuhkan tawa renyah yang mulai membuat jantungnya berdetak tak biasa.
            “Hmm, gimana yah?” lelaki itu tampak berpikir, pandangannya bergerak kesana kemari. “Disebelah ada café, kita bisa kesana kalau lo mau denger penjelasan tentang hujan dan petrichornya,” sambungnya dengan santai, namun tetap saja berhasil membuat pandangan selidik Krystal menatap ke arahnya. “Jangan tatap gue kayak gitu, gue enggak ada tampang penjahat, kalau tampang kelewat ganteng iyah!” tandas lelaki tersebut penuh canda namun dengan tampang serius.
            Krystal tertawa dibuatnya, “narsis!” tukasnya. Dengan wajah cantik yang dimilikinya Krystal sudah sering menerima percobaan pedekate dari banyak lelaki yang ingin mengenalnya, tapi entahlah ia tak melihat ada tanda-tanda modus dari lelaki di depannya ini. Jadi, bisakan Krystal mempercayainya?
            “Jadi gimana? Selagi nunggu hujan reda dan jemputan lo mungkin,” ucap lelaki itu lagi.
            “Memang lo enggak keberatan harus ngejelasin petrichor itu?” tanya Krystal.
            Lelaki itu menggelengkan kepalanya, “kenapa harus keberatan kalau kita ngomongin hal yang kita suka? Hmm?”
            “Okey kalau gitu….” Krystal menggantung kalimatnya tak tahu harus memanggil lelaki di depannya itu dengan nama apa.
            “Kaisar, panggil gue Kai,” seakan mengerti lelaki itu mengulurkan tangannya.
            Krystal membalas uluran tangannya, “Krystal.”
            Seperti hujan, begitu;lah Krystal menerimanya. Meskipun ia tidak tahu kedepannya entah badai atau pelangi yang akan ia terima.
***
            Petrichor adalah salah satu bau alami yang tercium saat hujan turun membasahi tanah yang kering. Pada tahun 1964, saintis Australia, Isabel Joy Bear dan R..G. Thomas melakukan penelitian mengenai aroma hujan dan mempublikasikannya pada jurnal Nature, “Nature Of AgrillaceousOdor.” Isabel dan Thomas menciptakan istilah Petrichor (Yunani, Petra: batu, ichor: darah para dewa) untuk menjelaskan fenomena tersebut.
            Petrichor sebenarnya disebabkan oleh beberapa hal. Namun yang paling berkontribusi terhadap munculnya petrichor ada dua hal, pertama minyak yang menguap dari tumbuhan. Tumbuhan mengeluarkan sejenis minyak yang mudah menguap yang kemudian terkumpul diberbagai permukaan, seperti misalnya bebatuan. Minyak tersebut bereaksi dengan tetesan air hujan dan dilepaskan sebagai gas ke udara. Kedua, geosmin yang dilepaskan oleh mikroba. Geosmin adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh beberapa mikroba yang hidup di tanah, air tawar, dan air laut, seperti cyanobacteria dan actinobacteria. Geosmin dilepaskan ketika mikroba mati dan saat terkena terpaan air hujan, geosmin terangkat ke udara dan terciptalah aerosol partikel geosmin dalam udara. Geosmin juga penyebab mengapa ikan air tawar suka berbau tanah.

            Begitulah kira-kira apa yang dapat Krystal tangkap dari pembicaraannya dengan lelaki bernama Kaisar selama hampir satu jam itu. Selain itu Krystal juga jadi tahu kalau lelaki di depannya ini mudah sekali tersenyum namun mudah sekali mengembalikan ekspresi seriusnya, menyukai cappuccino, dan amat sangat menyukai hujan.
            “Jadi udah paham kan kenapa di sebut Patrichor?” tanya Kaisar sambil menyesap cappuccino untuk kesekian kalinya.
            Krystal mengalihkan pandangannya dari kaca, menganggukan kepalanya dan tersenyum. “Makasih banyak lo pantes jadi guru, bisa banget bikin gue paham,” cetus Krystal diiringi tawa Kaisar.
            “Thanks loh, udah mau jadi murid pertama Bapak!” balas Kaisar. Krystal tertawa. Lihat mereka bisa tertawa akrab di pertemuan pertama.
            “Btw hujannya udah agak reda yah,” gumam Krystal sambil kembali menatap hujan yang sudah tak sederas sebelumnya, hanya menyisakan rintik-tintik kecilnya yang memantul pada kaca, langit yang tadinya gelap pun berangsur-angsur menerang.
            “Jadi mau balik sekarang?” tanya Kaisar menegakan posisi duduknya.
            Krystal mengecek handphonenya, lalu menganggukan kepalanya, “ya jemputan gue sebentar lagi datang,” ucapnya.
            “Hell ya, jadi udah punya monyet ya mbak?” cibir Kaisar.
            Krystal melotot lalu mencebik, “bukan monyet, tapi gorilla!” ralatnya membenarkan.
            “Uhh… serem,” ucap Kaisar berpura-pura memasang wajah bergidik ngerinya. Krystal hanya tertawa melihatnya.
            “Ngomong-ngomong, lo masih sekolahkan? Kayaknya lo bukan anak sekolah gue, atau jangan-jangan lo udah kuliah?” tanya Krystal dia baru sadar kalau ternyata Kai tidak mengenakan seragam putih abu-abu sepertinya, cowok itu tampak santai dengan celana jeans dan kaos yang disembunyikan dibalik jaket yang di pakainya.
            “Kepo lo!” cetus Kai. Krystal mendesis kesal dibuatnya. “Udah yuk, takutnya gorilla lo keburu datang,” seru Kaisar. Krystal hanya mengangguk. Seperti kesepakatan sebelumnya cowok itu berbaik hati mau membayari makanannya siang itu, meskipun tidak enak mau bagaimana lagi Kai sendiri yang memaksa.
            Setelah selesai membayar keduanya pun berjalan beriringan keluar dari café. Tak butuh waktu lama mobil jemputan Krystal pun datang.
            “Makasih buat hari ini, makasih buat penjelasan tentang ptrichornya, itu bikin gue makin suka hujan,” ucapnya. Kaisar tersenyum.
            “Ya, makasih juga udah jadi temen ngobrol yang menyenangkan,” balas Kaisar.
            “Okey kalau gitu, gue balik dulu yah,” pamit Krystal, etnah mengapa ia sedikit merasa enggan untuk pergi, ia masih ingin menikmati hujan dan petrichornya bersama Kaisar. Namun panggilan dari dalam mobil membuatnya mau tak mau harus beranjak.
            “Cepet sana, gorilla lo udah ngamuk tuh!” seru Kai dengan suara pelannya yang lebih terdengar seperti bisikan. Krystal lagi-lagi tertawa, buru-buru ia berjalan dan segera masuk kedalam mobilnya. Sekali lagi ia tersenyum dan membalas lambaian tangan Kaisar, sebelum akhirnya mobil itu perlahan tapi pasti membawanya menjauh.

***
            Sejak masuk ke dalam mobil senyuman manis tak henti-hentinya mengembang dari bibir Krystal. Entahlah pertemuannya dengan Kaisar dan pembahasannya tentang hujan sungguh terasa menyenangkan. Di pertemuan mereka, Krystal lebih merasa sedang berbicara dengan seseorang yang yang telah lama tak dijumpainya, namun sudah lama dikenalnya, yang jelas mereka dapat berbicara dengan mudah. Mata elangnya, tatapan lembutnya, dan senyuman manisnya, ah itu semua seperti hujan yang selalu disukainya, seperti petrochor yang menenangkan. Shit! Krystal memukul kepalanya pelan. Sepertinya ia mulai gila.
            “Jadi gimana main hujan-hujanannya?” Krystal tersentak waktu mendengar suara gorilla- ah tidak maksudnya Ayah-nya yang sejak tadi fokus menyetir.
            “Hmm?’ tanya Krystal tak mengerti.
            “Dasar yah kalian ini, dari dulu suka banget main hujan-hujanan, awas aja kalau kamu sakit Ayah marahin deh Ical,” ucap sang Ayah. Krystal semakin dibuatnya bingung.
            “Ayah ngomongin apa sih? Siapa juga yang main hujan-hujanan, dan siapa tadi… Ical? Siapa coba?” Krystal mengajukan pertanyaan-pertanyaannya berturut-turut membuat Ayahnya tertawa.
            “Kamu yang kenapa, pake nanya Ical siapa lagi lah sahabat kamu waktu kecil, cowok yang tadi disebelah kamu, enggak usah mulai bohong, Ayah tahu kok kamu sama Ical!” jelas sanga Ayah.
            Krystal terpaku dibuatnya. “Maksud Ayah Kaisar?”
            Ayah mengangguk.
            Shit! Pantas saja ia bisa dengan mudah mengobrol dengan lelaki itu, pantas saja lelaki itu datang tiba-tiba dan membicarakan petrichor, pantas saja Krystal dibuatnya nyaman, ternyata….
            Ditengah segala hipotesis dan keterkejutan yang dirasakan Krystal tiba-tiba saja sebuat pesan masuk ke ponselnya.
           
From   : 0821 2121 XXX
Krystal, lo enggak berubah masih kaya hujan yang selalu menyenangkan, dan seperti petrichor yang bikin nyaman. Sialnya gue cuma kaya minyak dari tumbuhan atau geosmin yang menguap, poor me! Gimana bisa lo enggak inget gue?
Btw, gorilla lo baik dia udah ngijinin monyetnya main sama gue!
Its me Kaisar, Ical

            Krystal tersenyum membaca pesan singkat yang diterimanya itu, ternyata benar kata Ayah-nya kalau Kaisar adalah Ical. Hmm kalau diingat-ingat sih memang ada kemiripan antara Kaisar dan Ical dulu, tapi hey jangan salahkan Krystal yang tak mengingatknya, mereka sudah tak bertemu hampir sepuluh tahun, jadi wajar kan?

From   : Krystal
Maaf banget, serius gue enggak tahu kalau itu lo. Btw, gue happy banget bisa ketemu lo lagi, I miss you so bad! Lo itu bukan minyak tumbuhan ataupun geosmin lo itu lebih kaya badai yang menghanyutkan atau pelangi indah yang ada setelah hujan turun, setelah penantian panjang. Paham kan maksud gue?
And then fuck you for call me monyet? Uh! Dasar monkey!

            Krystal lagi-lagi tersenyum setelah mengirimkan pesan tersebut. Hujan kali ini sungguh menyenangkan, entah karena rintikannya, karena petrichornya, karena hawa dinginnya, atau mungkin karena Kaisar? Entahlah, yang jelas terima kasih hujan.

END
 04 Desember 2016
#30DWC Jilid ke-3 hari ke-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...