Title :
Everything Has Changed
Main Cast :
Que CheRa CheRa Couple
Length :
Oneshoot
Genre :
Sad, hurt
Let’s reading...
Gadis itu
terdiam, hanya sesaat karena beberapa detik selanjutnya ia kembali melanjutkan
langkahnya namun tidak secepat tadi bahkan terkesan lambat, semakin dekat ia
dengan punggung tegap dihadapannya semakin berat juga ia melangkahkan kakinya.
Bahkan gadis itu benar-benar terpaku ketika sosok dihadapannya tiba-tiba saja
membalikan tubuhnya, menatapnya, tersenyum dan seperti biasa melontarkan sapaan
hangatnya.
“Hai... Apa
kabar?” Lelaki yang tak lain adalah Raffi tersebut melambaikan tangannya,
senyuman manis mengembang di bibirnya.
“Hai... Aku...
Kabarku baik seperti yang kamu lihat,” balas Cherry gadis itu tersenyum namun
tetap tidak bisa menutupi kecanggungannya yang luar biasa terlebih ketika Raffi
hanya menanggapinya dengan anggukan paham.
Cherry terdiam,
gadis itu mengamati lelaki yang kini berada dekat dihadapannya. Tidak banyak
berubah hanya menjadi sedikit lebih tinggi dan juga rambutnya menjadi lebih
panjang dan berantakan dibandingkan saat pertemuan terakhir mereka beberapa
bulan lalu. Bibirnya seperti biasa selalu menyunggingkan senyuman, namun Cherry
tau ada yang berbeda dari senyuman itu, meskipun selebar biasanya namun tampak
kosong, datar, tak bernyawa, ah yang jelas senyuman itu tidak seceria biasanya.
“Apa yang
terjadi?” Cherry tak mampu menahan rasa penasarannya, ia menatap lelaki
dihadapannya dengan tatapan menuntut namun juga berhati-hati, disatu sisi gadis
itu ingin mendapatkan jawaban atas segala rasa penasarannya selama ini namun
disatu sisi ia juga tidak ingin menyakiti perasaan lelaki itu dengan
tuntutannya.
“Apa yang kamu
tahu?” Bukannya menjawab Raffi malah balik bertanya, mata itu menatapnya namun
hampa.
Cherry terdiam
cukup lama, apa yang kamu tahu? Ah, bukankah ia bertanya karena ingin tahu?
Mungkin, mungkin ia memang tahu namun bukan dari mulut Raffi dan disini yang
ingin ia dapatkan adalah pernyataan dari sumber orangnya langsung, haruskah ia
menjawab?
“Kenapa diam?”
tegur Raffi saat pertanyaannya tak kunjung mendapat jawaban dari Cherry.
“Aku udah nutup
mata dan telinga aku untuk semua orang yang bicara tentang kamu, jadi tolong
jelasin...” jelas Cherry dan meminta Raffi untuk menjawab pertanyaannya.
Raffi
tersenyum sesaat sambil sesekali menghela nafas, lelaki itu menundukan
kepalanya menatap kakinya yang entah dengan sengaja atau tidak melakukan gerakan-gerakan
kecil di tempatnya, membuat Cherry menatapnya tak sabar.
“Fi…”
“Ya?”
Raffi mengangkat kepalanya.
“Tolong
katakan sesuatu… bilang kalau yang selama ini aku denger bohongkan?” cetus
Cherry akhirnya, gadis itu tahu membuat Raffi bicara sekarang merupakan sesuatu
yang sulit.
“Gimana
kalau aku bilang semua itu bener?” Raffi kini malah balik bertanya, ia menatap
Cherry dengan tatapannya yang tampak berbinar namun sendu.
Kini
giliran Cherry yang dibuatnya terdiam, gadis itu hanya menatap Raffi mencoba
mencari celah dimata lelaki itu namun sialnya ia tidak dapat menemukan apapun,
salah satu hal yang tidak pernah berubah dari lelaki itu misterius,
tersembunyi.
“Hmm?
Apa yang bakal kamu lakuin kalau semua itu bener?” Raffi mengulang
pertanyaannya seakan menyadarkan Cherry dari segala lamunan dan
hipotesis-hipotesisnya. “Tatap mata aku sepuasnya, kalau itu bisa bikin kamu
dapet jawabannya,” gumam Raffi sambil tersenyum dan menatap Cherry lekat.
Cherry dibuatnya gugup namun gadis itu tetap melakukan apa yang diminta lelaki
di hadapannya itu, Cherry menatap Raffi dengan lekat. Beberapa saat hingga akhirnya
gadis itu menggelengkan kepalanya menyerah dan menundukan kepalanya sesaat
melepas pandangan dari Raffi.
“Terakhir
kali aku coba mempercayai tatapan kamu, setelah itu kamu hilang dan aku enggak
mau kamu gituin aku lagi,” ucap Cherry, gadis itu menghembuskan nafasnya lelah
lalu kembali mengangkat kepalanya.
Raffi
tertawa mendengarnya, lalu berujar dengan santai, “bukannya kamu yang ninggalin
aku? Lucu yah, kita sama-sama ngerasa ditinggalin,” ia menggelengkan kepalanyaa
tak habis pikir.
“Fi…”
“Seandainya
aja aku tahu kalau kamu ngerasa kaya gitu, aku mungkin enggak akan mundur dan
menjauh, aku mungkin enggak akan merasa tersiksa dengan segalanya,” ujar Raffi.
“Aku bahkan mungkin akan terselamatkan…” nada suara Raffi melemah di ujung
kalimatnya, yang tanpa sadar telah menyentak Cherry dengan perlahan.
“Apa…
apa maksud kamu semua… semua yang terjadi itu bener? Apa yang mereka bilang itu
nyata?” Cherry mengucapkan kalimat itu dengan susah payah, ia menatap Raffi tak
percaya.
“Kalau
kamu saat itu ada disisi aku kamu pasti akan cegah aku kan? Kamu enggak akan
ngebiarin aku ngelakuin itukan?”
“Fi…
jadi kamu…”
Raffi
mengangguk-nganggukan kepalanya seakan membenarkan sesuatu yang bahkan belum
keluar dari mulut Cherry, “ya, aku nabrak wanita jalang itu, dia udah ngancurin
hidup Mama dan sekarang, dia ngancurin hidup aku…” ucap Raffi suara lelaki itu
bergetar saat menceritakannya.
Cherry
menatap Raffi terkejut, ia memang sudah mendengar hal itu dari mulut lain namun
mendengarnya langsung dari Raffi sungguh masih membuatnya sangat terkejut.
“Fi…”
Cherry mendekat dan menyentuh pundak lelaki itu mencoba untuk menenangkannya.
Raffi
mengangkat kepalanya yang sejak tadi
tertunduk membuat Cherry dapat melihat dengan jelas bagaimana mata lelaki itu
memerah.
“Mimpi
aku hancur Cher, aku di tahan, sekolah aku berantakan, aku enggak tahu lagi
harus kaya gimana… hidup aku semuanya… hancur…”
Cherry
tercengang melihat bagaimana untuk pertama kalinya lelaki itu, seorang Raffi
menangis di hadapannya, bersikap jujur tanpa menutup-nutupi perasaan yang ia
miliki sebenarnya. Menunjukan sisi rapuh dibalik ketegarannya selama ini.
“Hidup
kamu sekarang mungkin lagi hancur, tapi kamu masih punya waktu untuk
memperbaiki segalanya, ini belum berakhir, semuanya masih bisa berubah…” ujar
Cherry.
“Kehidupan
apa yang pantas buat seseorang yang bahkan hampir aja menghilangkan nyawa orang
lain…” Tanya Raffi yang lebih terdengar seakan sudah pasrah dengan kehidupannya
sekarang.
“Percaya
sama aku… kamu bisa, kita bisa,” ucap Cherry.
“Aku
bisa percaya sama kamu, tapi apa orang-orang masih bisa percaya sama aku?”
Cherry
menyentuh lengan Raffi perlahan dan menggenggamnya dengan erat, lalu menatap
lelaki itu dengan lekat mencoba untuk meyakinkannya, “Jangan khawatir, kamu
enggak sendiri, ini aku, aku disini buat kamu. Percayalah, disaat enggak ada
satu orangpun yang percaya sama kamu dan kamu percayai, aku adalah orang yang
akan selalu ada dibelakang, menjadi orang yang akan mendukungmu sepanjang
hayatku…”
Raffi
menatap gadis dihadapannya itu, lalu tersenyum perlahan, “kamu selalu membuat
aku merasa beruntung menjadi orang pertama yang kamu cintai…” ucap Raffi. “Tapi
sekarang… ah… dia yang akan menjadi cinta terakhir kamu jauh lebih beruntung,”
ucap Raffi mulai kembali dengan sikap awalnya, penuh canda.
“Sekarang
cukup lakuin yang terbaik, kamu masih jadi kandidat kuat untuk aku cintai
sampai akhir kok,” ucap Cherry sambil tersenyum.
“Karena
kamu sekarang udah disisi aku lagi aku rasa aku bisa memperbaiki segalanya,”
ucap Raffi dengan yakin.
“Waktu
akan berjalan dengan cepat dan kita enggak akan pernah tahu perubahan apa yang
akan terjadi selama waktu itu berjalan, jadi cukup lakukan yang terbaik!” seru
Cherry tak henti-hentinya membuat Raffi merasa beruntung dengan kehadiran gadis
itu di hidupnya. Ia akan berjuang, dan memastikan bahwa ia pantas untuk menjadi
cinta pertama dan terakhir bagi gadis itu, terlepas dari apapun yang kini
terjadi.
_END_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar