Sabtu, 03 Desember 2016

Everything Has Changed (Cerpen)



Title                 : Everything Has Changed
Main Cast        : Que CheRa CheRa Couple
Length             : Oneshoot
Genre              : Sad, hurt
Let’s reading...

Gadis itu terdiam, hanya sesaat karena beberapa detik selanjutnya ia kembali melanjutkan langkahnya namun tidak secepat tadi bahkan terkesan lambat, semakin dekat ia dengan punggung tegap dihadapannya semakin berat juga ia melangkahkan kakinya. Bahkan gadis itu benar-benar terpaku ketika sosok dihadapannya tiba-tiba saja membalikan tubuhnya, menatapnya, tersenyum dan seperti biasa melontarkan sapaan hangatnya.
“Hai... Apa kabar?” Lelaki yang tak lain adalah Raffi tersebut melambaikan tangannya, senyuman manis mengembang di bibirnya.
“Hai... Aku... Kabarku baik seperti yang kamu lihat,” balas Cherry gadis itu tersenyum namun tetap tidak bisa menutupi kecanggungannya yang luar biasa terlebih ketika Raffi hanya menanggapinya dengan anggukan paham.
Cherry terdiam, gadis itu mengamati lelaki yang kini berada dekat dihadapannya. Tidak banyak berubah hanya menjadi sedikit lebih tinggi dan juga rambutnya menjadi lebih panjang dan berantakan dibandingkan saat pertemuan terakhir mereka beberapa bulan lalu. Bibirnya seperti biasa selalu menyunggingkan senyuman, namun Cherry tau ada yang berbeda dari senyuman itu, meskipun selebar biasanya namun tampak kosong, datar, tak bernyawa, ah yang jelas senyuman itu tidak seceria biasanya.
“Apa yang terjadi?” Cherry tak mampu menahan rasa penasarannya, ia menatap lelaki dihadapannya dengan tatapan menuntut namun juga berhati-hati, disatu sisi gadis itu ingin mendapatkan jawaban atas segala rasa penasarannya selama ini namun disatu sisi ia juga tidak ingin menyakiti perasaan lelaki itu dengan tuntutannya.
“Apa yang kamu tahu?” Bukannya menjawab Raffi malah balik bertanya, mata itu menatapnya namun hampa.
Cherry terdiam cukup lama, apa yang kamu tahu? Ah, bukankah ia bertanya karena ingin tahu? Mungkin, mungkin ia memang tahu namun bukan dari mulut Raffi dan disini yang ingin ia dapatkan adalah pernyataan dari sumber orangnya langsung, haruskah ia menjawab?
“Kenapa diam?” tegur Raffi saat pertanyaannya tak kunjung mendapat jawaban dari Cherry.
“Aku udah nutup mata dan telinga aku untuk semua orang yang bicara tentang kamu, jadi tolong jelasin...” jelas Cherry dan meminta Raffi untuk menjawab pertanyaannya.
Raffi tersenyum sesaat sambil sesekali menghela nafas, lelaki itu menundukan kepalanya menatap kakinya yang entah dengan sengaja atau tidak melakukan gerakan-gerakan kecil di tempatnya, membuat Cherry menatapnya tak sabar.
“Fi…”
“Ya?” Raffi mengangkat kepalanya.
“Tolong katakan sesuatu… bilang kalau yang selama ini aku denger bohongkan?” cetus Cherry akhirnya, gadis itu tahu membuat Raffi bicara sekarang merupakan sesuatu yang sulit.
“Gimana kalau aku bilang semua itu bener?” Raffi kini malah balik bertanya, ia menatap Cherry dengan tatapannya yang tampak berbinar namun sendu.
Kini giliran Cherry yang dibuatnya terdiam, gadis itu hanya menatap Raffi mencoba mencari celah dimata lelaki itu namun sialnya ia tidak dapat menemukan apapun, salah satu hal yang tidak pernah berubah dari lelaki itu misterius, tersembunyi.
“Hmm? Apa yang bakal kamu lakuin kalau semua itu bener?” Raffi mengulang pertanyaannya seakan menyadarkan Cherry dari segala lamunan dan hipotesis-hipotesisnya. “Tatap mata aku sepuasnya, kalau itu bisa bikin kamu dapet jawabannya,” gumam Raffi sambil tersenyum dan menatap Cherry lekat. Cherry dibuatnya gugup namun gadis itu tetap melakukan apa yang diminta lelaki di hadapannya itu, Cherry menatap Raffi dengan lekat. Beberapa saat hingga akhirnya gadis itu menggelengkan kepalanya menyerah dan menundukan kepalanya sesaat melepas pandangan dari Raffi.
“Terakhir kali aku coba mempercayai tatapan kamu, setelah itu kamu hilang dan aku enggak mau kamu gituin aku lagi,” ucap Cherry, gadis itu menghembuskan nafasnya lelah lalu kembali mengangkat kepalanya.
Raffi tertawa mendengarnya, lalu berujar dengan santai, “bukannya kamu yang ninggalin aku? Lucu yah, kita sama-sama ngerasa ditinggalin,” ia menggelengkan kepalanyaa tak habis pikir.
“Fi…”
“Seandainya aja aku tahu kalau kamu ngerasa kaya gitu, aku mungkin enggak akan mundur dan menjauh, aku mungkin enggak akan merasa tersiksa dengan segalanya,” ujar Raffi. “Aku bahkan mungkin akan terselamatkan…” nada suara Raffi melemah di ujung kalimatnya, yang tanpa sadar telah menyentak Cherry dengan perlahan.
“Apa… apa maksud kamu semua… semua yang terjadi itu bener? Apa yang mereka bilang itu nyata?” Cherry mengucapkan kalimat itu dengan susah payah, ia menatap Raffi tak percaya.
“Kalau kamu saat itu ada disisi aku kamu pasti akan cegah aku kan? Kamu enggak akan ngebiarin aku ngelakuin itukan?”
“Fi… jadi kamu…”
Raffi mengangguk-nganggukan kepalanya seakan membenarkan sesuatu yang bahkan belum keluar dari mulut Cherry, “ya, aku nabrak wanita jalang itu, dia udah ngancurin hidup Mama dan sekarang, dia ngancurin hidup aku…” ucap Raffi suara lelaki itu bergetar saat menceritakannya.
Cherry menatap Raffi terkejut, ia memang sudah mendengar hal itu dari mulut lain namun mendengarnya langsung dari Raffi sungguh masih membuatnya sangat terkejut.
“Fi…” Cherry mendekat dan menyentuh pundak lelaki itu mencoba untuk menenangkannya.
Raffi mengangkat  kepalanya yang sejak tadi tertunduk membuat Cherry dapat melihat dengan jelas bagaimana mata lelaki itu memerah.
“Mimpi aku hancur Cher, aku di tahan, sekolah aku berantakan, aku enggak tahu lagi harus kaya gimana… hidup aku semuanya… hancur…”
Cherry tercengang melihat bagaimana untuk pertama kalinya lelaki itu, seorang Raffi menangis di hadapannya, bersikap jujur tanpa menutup-nutupi perasaan yang ia miliki sebenarnya. Menunjukan sisi rapuh dibalik ketegarannya selama ini.
“Hidup kamu sekarang mungkin lagi hancur, tapi kamu masih punya waktu untuk memperbaiki segalanya, ini belum berakhir, semuanya masih bisa berubah…” ujar Cherry.
“Kehidupan apa yang pantas buat seseorang yang bahkan hampir aja menghilangkan nyawa orang lain…” Tanya Raffi yang lebih terdengar seakan sudah pasrah dengan kehidupannya sekarang.
“Percaya sama aku… kamu bisa, kita bisa,” ucap Cherry.
“Aku bisa percaya sama kamu, tapi apa orang-orang masih bisa percaya sama aku?”
Cherry menyentuh lengan Raffi perlahan dan menggenggamnya dengan erat, lalu menatap lelaki itu dengan lekat mencoba untuk meyakinkannya, “Jangan khawatir, kamu enggak sendiri, ini aku, aku disini buat kamu. Percayalah, disaat enggak ada satu orangpun yang percaya sama kamu dan kamu percayai, aku adalah orang yang akan selalu ada dibelakang, menjadi orang yang akan mendukungmu sepanjang hayatku…”
Raffi menatap gadis dihadapannya itu, lalu tersenyum perlahan, “kamu selalu membuat aku merasa beruntung menjadi orang pertama yang kamu cintai…” ucap Raffi. “Tapi sekarang… ah… dia yang akan menjadi cinta terakhir kamu jauh lebih beruntung,” ucap Raffi mulai kembali dengan sikap awalnya, penuh canda.
“Sekarang cukup lakuin yang terbaik, kamu masih jadi kandidat kuat untuk aku cintai sampai akhir kok,” ucap Cherry sambil tersenyum.
“Karena kamu sekarang udah disisi aku lagi aku rasa aku bisa memperbaiki segalanya,” ucap Raffi dengan yakin.
“Waktu akan berjalan dengan cepat dan kita enggak akan pernah tahu perubahan apa yang akan terjadi selama waktu itu berjalan, jadi cukup lakukan yang terbaik!” seru Cherry tak henti-hentinya membuat Raffi merasa beruntung dengan kehadiran gadis itu di hidupnya. Ia akan berjuang, dan memastikan bahwa ia pantas untuk menjadi cinta pertama dan terakhir bagi gadis itu, terlepas dari apapun yang kini terjadi.

_END_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...