Sabtu, 11 Februari 2017

(SongFic) Good Day - IU

(SongFic) Good Day - IU

Note : Sebelum baca jangan lupa di play dulu lagu Good Day punya IU-nya. Biar lebih ngena gitu fictionnya. Apalagi suaranya IU adem-adem gimana gitu, yakin deh ngenakin ke telinga hihi.
Let's reading guys!

Mengapa langit semakin biru? 
Mengapa angin semilir hari ini? 

Anindya tersenyum menatap langit yang begitu indah pagi ini. Gadis itu menutup matanya, membuka tangannya lebar-lebar dan menghirup nafas kencang. Senyuman manis semakin mengembang dibibirnya saat ia merasakan hembusan angin menyentuh kulitnya dengan lembut.

"Ah, segarnya...," gumam Anindya.

Gadis itu kembali membuka matanya dan mulai menikmati pemandangan indah yang terbentang di hadapannya. Melalui balkon kamarnya yang berada di labtai 2 ini ia bisa menikmati pemandangan daerahnya yang masih asri. Berbeda jauh dengan suasana kota, tempatnya masih terbilang desa yang belum terjamah polusi.
"Anin cepet turun, bantu Bunda!"

Gadis itu terhenyak sesaat mendengar panggilan Bundanya. Masih dengan senyuman di wajahnya ia menutup jendela kamarnya. Lalu melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Sampai di lantai bawah ia menemukan Bundanya dengan 2 orang pegawai tengah sibuk memasak. Serta 1 orang yang tengah merapikan meja dan kursi yang tersusun disana.

"Pagi semua!" sapanya dengan riang. Tanpa menunggu balasan ia melangkah menuju pintu yang terbuat dari kaca. Lagi senyuman manis mengembang dibibirnya, ia menatap kertas yang menggantung di atas pintu bertuliskan 'Open' dan langsung membalikannya.


Bersikap seolah ku tak tahu
Seolah kutak mendengar apapun, seolah aku menghapusnya

"Selamat pagi!" Anindya mengangkat kepalanya menatap seseorang yang baru saja datang menghampirinya. Ia sempat tertegun beberapa saat menatap lelaki yang saat ini tengah tersenyum kepadanya. Hingga akhirnya gadis itu mengerjapkan matanya, berusaha bersikap normal.

"Selamat pagi Anindya! Kau sangat ceria pagi ini!" sapa lelaki tersenyum. Anindya tersenyum.

"Tentu saja, ini hari yang sangat bagus sayang sekali jika dilewatkan dengab wajah bersedih," jelasnya. "Jadi secangkir kopi dan roti panggang, Kenzo?" tutur Anindya seraya menyebut nama lelaki dihadapannya ini dengan lugas.

"Kau salah!" cetus Kenzo.

Anindya mengernyit bingung ia hapal betul menu sarapan pelanggannya selama 2 minggu belakangan ini. "Bagaimana bisa?" tanyanya heran.

"Pagi ini aku ingin menikmati secangkir kopi ditemani puding yang manis!" serunya sambil tersenyum miring.

"Baiklah, kau bisa menunggu sebentar ditempatmu!" seru Anin pada akhirnya.

"Oke cantik!" seru Kenzo.

Anindya merasakan pipinya memanas mendengar pujian Kenzo, gadis itu memperhatikan lelaki itu sampai duduk di tempatnya. Meja paling sudut menghadap kaca. Tempat favoritnya yang juga menjadi tempat favorit Anin karena gadis itu bisa menatap Kenzo dengan leluasa dari tempatnya sekarang.


Bisakah kita mulai membicarakan sesuatu yang lain?
Haruskah kita berciuman agar tak ada yang dikatakan?

"Secangkir kopi dan sebuah puding untukmu Tuan!" seru Anindya sambil tersenyum jenaka. Ia meletakan pesanan Kenzo di mejanya.

"Terima kasih, akan lebih menyenangkan jika kau mau duduk disini dan menemaniku sarapan," seru Kenzo, pandangannya merajuk.

Anindya menatap sekeliling. Hanya ada beberapa pelanggan saja di kedainya, itupun sudah mendapat pelayanan. Jadi setelah memastikan kedainya masih sepi pagi ini, ia pun menarik kursi di depan Kenzo dan duduk di sana. Membuat senyuman puas terkembang di wajah Kenzo.

"Good girl!" serunya.

Anindya mengerucutkan bibirnya. "Dasar bad boy!" serunya. Kenzo tertawa keras. "Benhenti tertawa Ken!" seru Anin pipinya sudah memerah karena malu ditertawakan sebegitunya.

"Maaf, tapi kau sungguh menggemaskan!" seru Kenzo seraya mengacak rambut Anin pelab. Anin tertegun dibuatnya. Hatinya berdebar dengan sangat kencang.

"Jadi mau kemana kau hari ini?" tanya Anindya pada akhirnya berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dan menormalkan detak jantungnya.

Kenzo meneguk kopinya sesaat sebelum akhirnya menjawab, "perkebunan teh."

"Cocok sekali! Aku yakin kau bisa mendapatkan foto yang sangat bagus disana, pemandangannya indah sekali," ujar Anin menerawang. Kenzo mengangguk-ngangguk paham sambil terus menikmati pudingnya. "Lalu setelah itu kemana lagi?"

Kenzo terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bibirnya berucap, "pulang. Kembali ke kotaku."

Anindya tertegun dibuatnya. Terkejut bukan main.


Mataku dipenuhi air mata, jadi ku angkat kepalaku
Aku tersenyum sedikit agar mereka tak jatuh
Mengapa kau seperti ini padaku? Apa yang kau katakan?

"Pulang?"

Kenzo pulang. "Tentu saja pulang. Apalagi?"

"Fotomu?" tanya Anindya bingung.

"Sudah selesai, aku rasa aku sudah cukup mendapatkan foto yang bagus untuk bisa ku pamerkan nanti," jelas Kenzo sambil meneguk kopinya lagi.

"Kau sungguh harus pulang secepat ini?" tanya Anindya dengan nafas tercekat. Entah bagaimana ia merasa tak rela harus melepas kepergian Kenzo. Orang yang dua minggu ini telah menjadi pelanggan di kedainya. Pelanggan yang memikat hatinya.

"Ya, aku harus segera kembali ke kotaku, pamerannya akan di gelar seminggu lagi jadi aku harus segera mempersiapkan segalanya."

Anindya terdiam mendengar penuturan Kenzo. Itu berarti sudah menjadi keputusan mutlak bagi lelaki itu untuk meninggalkan dirinya. Ah tidak, meninggalkan desanya.

Anindya merasakan matanya memanas. Ia tahu butir-butir bening telah berkumpul disana. Untuk itu segera mengangkatnya, agar air mata itu tidak jatuh. Gadis itu coba menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

"Baguslah, pelanggan rewelku akan menghilang satu."


Semua yang kita bicarakan menguap ke langit
Kata yang tak pernah kuucapkan
Kata yang tak kutahu kukatakan sembari menangis
Aku menyukaimu, kak? Apa yang harus kulakukan?

"Apa kau bilang?" Kenzo menyipitkan matanya.

"Aku tidak ingin kau pergi," ucapnya namun kalimat itu hanya tertahan di tenggorokannya. "Satu pelanggan rewelku akan hilang!" akhirnya hanya itu yang bisa keluar dari mulut Anin.

"Dasar jahat!" cibir Kenzo.

"Kau yang jahat!" cetus Anin.

"Aku? Jahat?"

"Ya, kau memang jahat."

"Jahat kenapa?" Kenzo menatap Anin selidik. Anin menjauhkan kepalanya.

"Tidak, tidak kenapa-kenapa."

"Dasar aneh!" Kenzo kembali terduduk santai.

"Aku tidak aneh!" bantah Anin. "Aku hanya...," Anindya bingung harus mengatakan apa, ia menggigit bibirnya gugup.

"Hanya apa?" Kenzo kembali menyipitkan matanya. Anindya semakin dibuatnya gugup. Haruskah ia mengatakan perasaannya sebenarnya?

"Aku hanya ingin di foto olehmu."


Apakah potongan rambutku salah?
Apakah aku memakai baju yang salah?
Kumasih bersikap seolah tak tahu
Seolah ku tak ingat
Haruskah aku bersikap seakan tak ada yang terjadi?
Haruskah aku berkata ayo berkencan

"Foto?" tanya Kenzo aneh. Sebelum akhirnya tawa gadis itu meledak seketika.

Anindya mengusap kedua tangannya gelisah. Ia sendiri bingung bagaimana bisa kalimat memalukan itu keluar dari mulutnya.

"Ya, apa kau tidak ingin menyimpan wajah cantikku ini?" tanya Anin pada akhirnya mencoba menutupi kegugupannya.

"Cantik?" Kenzo mengangkat sebelah halisnya menatap Anindya. Menilai.

Anindya dibuatnya kesal. Bagaimana bisa lelaki itu bertingkah seperti itu? Sungguh sangat menyebalkan! Memangnya apa yang salah dengan pebampilannya? Apakah untuk di foto di kameranya saja Anin tak pantas?

"Kau sungguh menyebalkan!" cetus Anin. Ia bangkit berdiri melangkah meninggalkan Kenzo sendirian. Berjalan menuju tempat ia seharusnya berada.


Jangan katakan hal sedih itu
Sembari menatapku seperti ini
Apakah aku kenak kanakan atau sedikit lambat?
Aku tak bisa percaya

"Anindya ayolah aku hanya bercanda..." Kenzo berjalan mengikuti langkah Anin. Kebetulan sekali sarapannya sudah habis.

Anin hanya terdiam. Ia kembali menuju tempatnya, berdiri dibelakang etalase kaca yang berisi cake serta roti.

"Maafkan aku okey, maaf," ucap Kenzo merasa bersalah. "Ini hari terakhirku disini, bagaimana bisa kau marah padaku?" tanyanya cemberut.

Anindya terdiam. Mengingat hal itu hanya membuat ia merasa sedih.

"Sudahlah pergi sana, aku banyak pelanggan!" usir Anin memasang wajah datarnya.

"Mana?" tanya Kenzo seraya menatap sekeliling namun tak ada tanda-tanda orabg yang akan menghampiri Anin. Sial!

"Sudahlah, aku bisa di marahi Bunda kalau kau terus mengajakku mengobrol," ujar Anin akhirnya.

"Kalau begitu jangan marah lagi padaku bagaimana?" tawar Kenzo.

"Aku tidak marah," elak Anin.

"Pembohong!" cibir Kenzo. Anindya hanya diam. "Begini saja sore nanti aku menunggumu di perkebunan teh, kalau kau tidak marah kau harus datang!" ujar Kenzo. Tanpa menunggu balasan Anin ia berjalan menujur kasir. Membayar makanannya.

"Sampai jumpa!" pamitnya sambil tersenyum.

Anindya terdiam menatap punggung tegap itu menjauh. Hingga senyuman manis terbit diwajahnya kemudian. Sore hari. Perkebunan teh. Anindya memastikan akan datang.


Walau kumenangis, aku tersenyum
Kuhalangi jalanmu dan tersenyum lebar
Mengapa aku jadi seperti ini ?
Apa aku tak punya harga diri?
Aku melipat harga diriku dan melemparnya ke langit

Anindya melangkah dengan ringan menyusuri perkebunan teh di sepanjang jalan. Gadis itu tampak percaya diri dengan dress putih selututnya. Santai dan manis. Ia telah menekadkan dalam hatinya untuk mengatakan segala perasaannya kepada Kenzo sebelum lelaki itu pergi meninggalkannya. Mengucapkan kalimat yang sejak pertama bertemu sudah hadir di dalam hatinya.

Anin menghentikan langkahnya sejenak. Pandangannya berkeliling. Menatap ke segala penjuru. Mencoba menemukan kehadiran orang yang sejak tadi ada di dalam pikirannya.

"Anindya! Kemari!"

Anindya yang merasakan namanya di panggil menoleh ke sumber suara. Gadis itu tersenyum dan segera melambaikan tangannya saat melihat Kenzo ada di bagian atas perkebunan teh.

Ia melangkahkan kakinya mendekat pada Kenzo. Semakin dekat kegugupannya semakin bertambah. Namun bagaimanapun juga ia harus memberanikan dirinya. Mengungkapkan segalanya. Karena bagaimanapun ia tidak ingin menyesal. Ia tidak ingin berakhir dengan cinta yang terpendam. Ia ingin Kenzo mengetahui isi hatinya. Setelah itu terserah. Biar ia yang memutuskan yang penting ia harus membuat hatinya merasa lega.

Kata yang tak pernah kuucapkan
Kata yang mungkin tak bisa lagi kuucapkan
Aku menyukaimu, kak, aduuhhh… satu dua
Aku didalam mimpi

Anindya tersenyum lebar saat beberapa langkah lagi ia akan sampai di hadapan Kenzo. Meskipun gadis itu sedikit heran saat menemukan ada orang lain selain lelaki itu disana. Namun ia tak mau ambil pusing. Mungkin saja orang itu hanya pengunjung perkebunan juga sama seperti Kenzo, juga dirinya.

"Hai!" sapa Anindya. "Lihat, aku tidak marah bukan?" serunya sambil tersenyum.

Kenzo tertawa. "Kau memang good girl!"

Anin hanya tersenyum, hatinya bergemuruh. Detak jantungnya berdebar gak karuan.

"Oh ya Ken, aku ingin mengatakan sesuatu," Anin akhirnya memberanikan diri untuk berucap. Ya, ia harus mengatakannya. Harus. Sebelum semuanya terlambat.

"Hmm, tunggu dulu sebelum kau mengucapkan sesuatu aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang," ucap Kenzo menahan permintaan Anindya. Anindya menatapnya heran. Perasaannya mulai tak enak saat Kenzo memanggil gadis yang sejak tadi juga ada disana. Sibuk dengan kameranya.

"Anindya perkenalkan ini Karina, kekasihku."

Anindya terdiam. Ia merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak. Waktu berhenti berputar. Satu hal yang ia tahu hari yang indah tak selalu menjadi saat yang indah.

END

#30DWC Jilid 4 Hari ke 11


1 komentar:

  1. Sloty Casino and Hotel
    Sloty Casino and Hotel is a 6-reel slot game with 충청남도 출장안마 bonus round, 경기도 출장마사지 bonus spins, instant 안산 출장마사지 play, autoplay, video 시흥 출장안마 slots, multiplier, wild symbol, free spins and  Rating: 김포 출장마사지 3 · ‎2 reviews · ‎Price range: ($)

    BalasHapus

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...