Rabu, 15 Februari 2017

(ShortFiction) One

(Short Fiction) One

Gadis itu menghembuskan nafasnya berkali-kali. Mencoba untuk meringankan beban yang terasa menyesakan di dadanya. Kedua tangannya ia satukan, berkali-kali saling mengusap, menunjukan kegelisahan yang tak dapat disembunyikan. Wajahnya pucat. Sekalipun lengkungan dibibirnya coba ia buat.

"Ta kayanya sebentar lagi giliran lo deh... Eh Ta, lo kenapa?" Anin tampak terkejut saat melihat kondisi Tita yang jauh dari kata baik-baik saja.

Tita menggelengkan kepalanya. Memaksakan senyuman diwajahnya.

"Lo gugup?" tebak Anin seraya duduk di samping Tita.

Mata Tita bergerak gusar. Ia mencoba membasahi bibirnya yang terasa kering. "Gue takut Nin," jujurnya kemudian.

"Kenapa harus takut Ta? Lo pasti bisa kok lo kan udah latihan mati-matian!" cetus Anin sambil tersenyum lalu mengusap bahu sahabatnya itu lembut.

"Kalau penampilan gue jelek gimana?"

"Kalau jelek yah berarti belum bagus," ujar Anin santai.

"Ih... gue serius!" rengek Tita sebal, merasa di bercandai.

Anin tertawa, "gue juga serius Ta, yah kalau penampilan lo jelek itu artinya lo kurang bagus, lo kurang latihan, lo kurang percaya diri, lo kurang-kurang deh," cerocos Anin tidak peduli dengan wajah Tita yang semakin pucat. "Lo ngerasa gitu enggak?"

Tita diam tampak berpikir.

"Tapi gue latihan serius kok," ucapnya kemudian.

"Nah itu dia, jadi apa yang lo khawatirkan?" cetus Anin merasa aneh dengan segala tingkah Tita.

Lagi Tita hanya diam. Otaknya sedang berputar keras memikirkan sesuatu. Jantungnya berdebar tak karuan. Sementara hatinya sedang gelisah tak menentu. Ada alasan di balik segala kegugupan yang ia rasakan. Ada.

"Nin sebenernya..."

"Titaa... kamu belum tampilkan? Astaga maafin Bunda, tadi ada pasien mendadak. Tapi Bunda nepatin janji kok, nih buktinya Bunda datang."

Segala kecemasan yang sejak tadi ada di hati Tita perlahan-lahan menghilang. Gadis itu menghela nafas lega. Senyuman manis mengembang di bibirnya. Membuat Anin mengerti akan alasan dibalik kegelisahan Tita tadi.

"Bunda ngeselin, aku pikir enggak akan datang," rengek Tita sambil bangkit berdiri. Menyambut kehadiran Bundanya.

Bunda tersenyum lalu menyentuh wajah Tita lembut.

"Bunda kan udah janji, masa iyah Bunda enggak dateng. Yaudah gih sana siap-siap, sebentar lagi kamu tampil bukan? Bunda yakin kamu bisa nampilin yang terbaik. Bunda percaya, jangan kecewain Bunda."

Tita mengangguk pasti. Satu senyuman itu berhasil membuat semangatnya naik kembali. Ia yakin ia bisa melakukan yang terbaik. Tak akan pernah ia biarkan Bundanya merasa di kecewakan. Tidak akan.

Dengan pasti ia melangkah menuju panggung. Akan ia buat panggung itu menjadi miliknya sendiri.

END

#30DWC Jilid 4 Hari ke 15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...