Selasa, 28 Februari 2017

Lukisan Masa Tua



~ Jika saja bukan kalian, aku tak tahu akan seperti apa hidupku jadinya. Berada diantara kalian adalah keberuntungan terbesar dalam hidupku. Bagaimana tidak? Tuhan menitipkanku pada Mahakarya terbaiknya. Ayah dan Ibu ~

            Bagiku tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Sejauh yang aku tahu segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah takdir yang telah direncanakan Tuhan. Kehadiran seseorang tidak didatangkan secara cuma-cuma melainkan dengan maksud tertentu. Termasuk kehadiranku diantara kalian, Ayah dan Ibu.
            Aku merasa sangat beruntung dilahirkan dari rahim seorang wanita kuat yang tak pernah mengerti arti kata lelah. Aku selalu merasa beruntung memiliki Ayah selayaknya sosok pahlawan yang siap sedia akan berdiri dengan kokoh tak tertandingi hanya untuk melindungiku. Cinta dan kasih sayang yang kuterima adalah anugerah terindah yang pernah kumiliki. Anugerah yang selalu ku dapat tanpa pernah ku minta.
            Entah sudah berapa waktu yang kalian sia-sia-kan hanya untuk merawatku. Entah sudah sebesar apa pengorbanan yang kalian relakan hanya untuk kebahagianku. Entah sudah berapa banyak keringat yang mengalir dari tubuh kalian hanya untuk kehidupanku. Entah sudah sebesar apa cinta dan kasih sayang yang kalian berikan hanya untuk menjagaku. Rasanya aku tak akan pernah mampu menghitungnya apalagi membalasnya.
            Jika pengorbanan bisa digantikan dengan kata terima kasih. Jika luka dan lelah bisa dibalas dengan kata maaf. Maka aku akan mengucapkannya, sebanyak yang aku bisa. Terus menerus sampai aku kehilangan nafas dan kalian bosan mendengarkannya. Namun aku tahu, apapun itu, tak akan pernah ada yang mampu membalas segala jasa-jasa yang telah kalian lakukan, hanya untukku.
            Meski kalian tak mengatakannya, namun aku tahu aku-lah orang ketiga di hubungan kalian, menjadi salah satu penyebab pertengkaran diantara Ayah dan Ibu. Meski kalian menyangkalnya, namun aku tahu ada mimpi-mimpi yang sempat hancur karena kehadiranku. Meski kalian hanya diam, namun aku tahu aku-lah penyebab kerutan diwajah putih itu, aku-lah penyebab kalian terlalu cepat menua. Ya, meskipun kalian mengatakan tidak, namun aku tahu akulah orang yang telah merenggut hal-hal indah itu dari kalian. Walau aku-pun percaya diri kebahagiaan yang tercipta karena kehadiranku cukup dapat menggantikan kehilangan yang kalian terima. Setimpal? Tentu tidak. Hey, aku telah merenggut masa muda kalian, mustahil bagiku untuk memperbaikinya apalagi mengembalikannya. Tapi tenang saja aku telah menyiapkan sebuah Mahakarya yang kunamakan Lukisan Masa Tua hanya untuk kalian, Ayah dan Ibu.
            Saat ini aku tak dapat melakukan apa-apa selain menjadi anak yang berbakti dengn menuruti setiap perkataan kalian. Namun kelak saat aku sudah dewasa dan menjadi orang yang sukses maka aku akan mencoba membalas segalanya, meski tak akan pernah cukup. Namun aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kalian.
            Saat Ayah dan Ibu sudah semakin tua dan tak sekuat sekarang maka jangan lakukan apapun, cukup diam dalam rumah sejuta kenangan milik kalian yang sekarang kita tempati. Aku akan memperbaiki bagian yang rusak dan membiarkan kalian tinggal dengan nyaman disana karena aku tahu Ayah dan Ibu tak akan mau ikut denganku. Meski aku mungkin akan sibuk dengan keluargaku nanti, namun percayalah kalian akan tetap menjadi bagian dari prioritas utamaku. Jadi jangan pernah sungkan. Seperti yang kalian lakukan aku akan berusaha memberikan cinta dan kasih sayangku untuk kalian, aku akan sering mengunjungi kalian sambil membawa anak-anak-ku yang kelak akan megambil alih cinta Ayah dan Ibu dariku. Aku akan berusaha memenuhi kebutuhan kalian seperti kalian yang telah dengan susah payah memenuhi kebutuhanku. Aku akan berusaha mewujudkan mimpi Ayah dan Ibu untuk datang ke tempat suci yakni Ka’bah. Aku akan merawat Ayah dan Ibu dengan sabar sebagaimana kalian merawatku.
Intinya aku akan berusaha memenuhi segala keinginan kalian, menciptakan masa tua yang indah hanya untuk hidup Ayah dan Ibu. Meskipun tak akan pernah cukup untuk membalas apa yang telah Ayah dan Ibu berikan, namun melihat Ayah dan Ibu tinggal dengan tenang dan penuh kebahagiaan dimasa tua kelak adalah hal terindah yang selalu kunantikan.

#30DWC Jilid 4 Hari ke 28

Senin, 27 Februari 2017

Don't Judge!

Don't Judge!

Dalam menjalani hidup ini setiap pribadi mempunyai pandangannya masing-masing. Beda kepala beda pula cara berpikir. Tuhan menciptakan individu berbeda-beda, lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk itulah kita tidak diperkenankan untuk menghakimi orang lain. Terlepas dari apapun itu Tuhan telah menciptakan makhluknya sesempurna mungkin.

Aku dan mulut nakalku pun tidak luput dari kegemasan untuk membicarakan orang lain. Menghakimi orang lain, hanya karena sesuatu yang menurutku terlihat buruk. Namun seiring berjalannya waktu aku tahu aku telah salah. Menghakimi orang lain hanya dengan melihatnya dari satu pandangan jelas bukanlah sesuatu yang benar.

Perkuliahan sore tadi dengan salah satu dosen untuk mata kuliah Statistika nyatanya telah membuka mata pikiranku. Katanya, setiap jal tidak bisa dipandang hanya dari sebelah sisi. Kita harus belajar untuk memandang sesuatu dari berbagai persfektif.

Misalnya, seorang wanita muslimah cenderung dinilai baik saat ia mengenakan pakaian yang baik (Syar'i). Lantas seorang wanita yang belum berkerudung bisa dikatakan wanita tidak baik, begitukah? Tapi bagaimana jika di sisi lain wanita itu seringkali memberikan bantuan kepada orang lain? Bukankah hal itu termasuk ke dalam sifat terpuji?

Sama halnya ketika kita membaca novel ataupun menonton sebuah film. Kita seringkali membenci sosok antagonis disana, padahal jika kita melihatnya dengan pikiran yang lebih terbuka bisa saja antagonis itu memiliki sisi yang baik. Misal dia bersikap jahat untuk melindungi orang lain, atau untuk melindungi dirinya sendiri. Bukankah hal itu jelas menjadi haknya?

Begitu juga dengan seorang pencuri. Ia memang telah melakukan tindak kriminal yang jahat. Tapi bagaimana jika adalah alasan baik yang mendasarinya? Semisal ia mencuri agar mendapat uang untuk pengobatan ibunya yang sedang sakit. Bukankah itu merupakan niat yang baik?

Untuk itulah mulai sekarang cobalah buka pikiranmu lebih luas. Dunia ini, kehidupan ini semuanya sangat luas. Oleh karena itu, kita tidak bisa memandangnya hanya dari satu sisi. Kita tidak bisa menghakimi sesuatu hanya karena kita melihatnya dengan sebelah mata. Kita harus belajar untuk memandang segalanya dari berbagai sisi. Dengan begitu kita dapat melihat sesuatu dengan lebih benar. Setidaknya kita tidak akan langsung menjudge sesuatu hanya karena baru melihatnya sekali. Sungguh hal yang aneh rasanya, ketika kita menjudge seseorang tanpa coba memandangnya dsri sisi yang lain.

Seseorang bisa terlihat buruk dalam suatu hal tapi bisa saja di hal yang lainnya ia merupakan yang terbaik. Don't Judge a Book From The Cover. Rasanya istilah itu memang sangat benar. Sesuatu yang terlihat bagus dari luar belum tentu dalamnya juga bagus, bisa saja ada sebuah pencitraan karenanya. Begitu juga dengan sesuatu yang terlihat buruk dari luar bisa saja ia menyembunyikan sejuta kebaikan di dalamnya.

Mudahnya jangan menghakimi orang lain hanya dengan melihatnya dari satu sisi. Bukankah kita juga tak suka jika dihakimi oleh orang lain? Begitu juga yang mereka rasakan saat kita menghakiminya. Intinya jangan menjudge saat tak siap di judge!

#30DWC Jilid 4 Hari ke 27

Minggu, 26 Februari 2017

Mencatat Waktu

Waktu adalah uang. Begitu seringkali aku mendengar. Dulu, aku menganggap ini adalah istilah biasa. Namun seiring berjalannya waktu, seiring bertambahnya usia aku tahu bahwa kalimat itu sangatlah benar.

Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. Begitu seterusnya.

Sudah hampir 20 tahun aku menjalani hidup ini, tapi apa yang sudah ku lakukan? Apa yang sudah kudapatkan? Apa yang sudah kuberikan? Rasanya nothing. Tidak ada.

Benci rasanya. Menyadari bahwa selama ini aku terlalu lalai dalam menjalani hidup. Menghabiskan waktu hanya untuk hal-hal yang sungguh tidak bermanfaat. Hanya bermain dan bermain. Terlalu santai, seolah aku akan hidup selamanya. Seolah kematian tidak akan pernah menghampiriku. Sungguh bodoh sekali pemikiranku itu.

Namun kini setelah usiaku semakin bertambah. Aku tahu waktu merupakan hal yang paling berarti yang seharusnya tidak aku habiskan untuk sesuatu yang cuma-cuma. Kedewasaan memang tak dapat dilihat dari usia. Tapi usia mengajarkanku untuk dewasa. Salah satunya dewasa dalam menggunakan waktu.

Aku tak tahu berapa lama lagi waktu yang masih aku punya. Aku tak tahu sampai kapan aku bisa menghirup nafas dengan bebas di dunia yang indah ini. Aku tak tahu. Yang aku tahu semakin banyak waktu yang aku habiskan semakin sulit kehidupan yang aku jalani.

Untuk itulah, aku mulai berpikir untuk mencoba menjalani hidupku dengan melakukan hal-hal yang berguna. Menggunakan waktu semaksimal mungkin. Mencari ilmu, menggali potensi diri, memperbaiki pribadi, dan melakukan apapun untuk masa depan cerah yang selalu ku impikan.

Salah satunya adalah dengan menulis. Ya, menulis. Hobiku sejak masih duduk dibangku SMP. Entahlah, menurutku dengan menulis setidaknya aku telah membuang waktuku untuk menciptakan sebuah karya, sebuah sejarah dan sebuah pengabadian.

Suatu saat tulisan yang ku buat bisa menjadi sebuah bukti. Bukti bahwa aku telah menghabiskan waktuku untuk banyak berpikir, banyak mengamati dan banyak mencerna segala sesuatu yang telah terjadi dalam hidupku. Hingga menuangkannya pada sebuah tulisan.

Dengan menulis, aku bisa mengabadikan setiap moment yang telah ku lewati. Mulai dari hal yang paling berkesan sampai hal yang paling biasa sekalipun. Entah itu yang menyenangkan, mengesalkan, atau bahkan untuk sesuatu yang sebenarnya tidak aku rasakan. Karena dengan begitu aku tahu ada detik berharga yang telah kulewati.

Itu kenapa sesibuk apapun aku saat ini. Aku selalu meluangkan waktuku untuk menulis. Meski sebentar, meaki hanya beberapa kata, yang penting aku bisa menuangkan apa yang ada di dalam pikiranku. Sehingga semuanya tidak akan menjadi angin lalu. Sesuatu yang sempat terlintas di pikiranku sebelum akhirnya lenyap begitu saja. Tidak aku tidak membiarkan segalanya seperti itu. Tidak bisa.

Setidaknya dengan menulis aku tahu ada waktu yang sempat tercatat tanpa sia-sia.

#30DWC Jilid 4 Hari ke 26

Sabtu, 25 Februari 2017

Sang Pemilik Hati

Sang Pemilik Hati

Katanya cinta itu soal hati. Sedangkan hati adalah raja dari tubuh ini, organ paling vital yang dimiliki oleh setiap manusia. Kadangkala bertindak semaunya, bergerak walau tak sejalan dengan pikiran dan logika. Meski pada akhirnya hati tetaplah pemenangnya.

Ikutilah kata hatimu. Seringkali aku mendengar kalimat tersebut. Hatiku mengatakan bahwa aku mencintainya. Lantas haruskah aku mengikuti kata hatiku? Sementara aku tahu aku tak sepantasnya mencinta.

Mengikuti kata hatiku sama saja artinya bahwa aku menjerumuskan diriku sendiri dalam dosa. Astagfirullah, bagaimanapun aku tak ingin seperti itu. Mencintai dia melebihi cintaku pada Sang Maha Pencipta.

Lantas apa yang harus aku lakukan? Aku sendiri bingung. Hingga pada akhirnya aku mulai berpikir bahwa bisa saja hati tak selamanya selalu benar. Terlebih untuk hatiku yang masih jauh dari sosok-Nya. Maka kali ini kuputuskan untuk mengingkari kata hatiku, mengubur dalam-dalam perasaan yang tak seharusnya ada.

Dibandingkan mengikuti kata hatiku untuk mendekati dia, sosok yang selama ini ku cinta. Alangkah baiknya jika aku lebih mendekatkan diriku kepada Allah. Karena aku tahu hanya dialah yang menggerakan segalanya yang ada di dunia ini. Sang maha pembolak balik hati manusia. Jika saat ini aku mencintainya, mungkin karena aku belum menempatkan Allah menjadi yang pertama. Tapi jika aku menempatkan-Nya menjadi yang utama di hatiku mungkin semuanya akan berubah.

Daripada aku harus galau tidak berguna memikirkannya lebih baik aku meminta pada Allah untuk cinta yang sepantasnya ku dapatkan. Memohon jodoh terbaik yang mungkin kelak akan menemaniku menjadi kita. Terus memperbaiki pribadiku. Karena katanya, jodohmu adalah cerminan dirimu. Maka jika aku baik Allah pun akan memberikan yang baik begitu pun sebaliknya.

Tak ada lagi kata negatif untuk cinta. Hanya ada cinta positif untuk sang maha kuasa. Tanpa perlu bermain hati aku meyakinkan diriku bahwa Allah akan membawa hatiku menuju pelabuhan yang paling tepat. Bukan pada dia bukan juga pada yang lain. Namun yang pasti hanya pada-Nya sang pemilik hati ini.

#30DWC JILID 4 HARI KE 25

Jumat, 24 Februari 2017

About Philia


Setelah sebelumnya aku pernah menceritakan sosok sahabatku di bangku kuliah, kali ini aku akan menceritakan sahabat-sahabatku dari masa SMA. Yaps, Philia. Bisa dibilang ini nama untuk geng kami. Tapi tidak juga karena kami sebenarnya bukan perkumpulan anak-anak populer ataupun eksis yang petengteng kemana kemari. Kebetulan kami hanyalah siswa biasa yang berkumpul atas nama persahabatan.

Philia sendiri artinya cinta dan persahabatan. Nama itu tercetus saat kami tengah berada dalam kelas, ketika pelajaran Kewarganegaraan. Membahas mengenai Filosofi yang katanya diambil dari kata Philia yang artinya cinta dan persahabatan. Entag mengapa saat itu kami sangat merasa pas dengan nama tersebut.

Kami sendiri pada awalnya terbentuk karena hobi yang sama. Korea. Ya benar saat itu sedang booming-boomingnya Korean Fever di Indonesia dan kami adalah satu yang terkena virusnya. Menyukai drama-drama Korea dan boyband maupun girlbandnya. Untuk itulah karena memiliki kegemaran yang sama kami bisa cocok satu sama lain.

Philia sendiri terdiri dari 6 orang, termasuk aku tentunya. Ada Manager Ima yang pendiam yang seringkali menjadi bahan bully-an tapi bercandaan, ada Juju yang cerewet dan selalu menghidupkan suasana, ada Eonni Ringga yang paling tua, cuek dan sensitif, ada si jangkung Vivit yang punya suara emas dan selalu menyenangkan dan yang terakhir ada maknae Winda yang misterius tapi tetap seru.

Saat kami berkumpul sungguh suasana menjadi sangat ramai. Kami kadang tidak tahu tempat sering bercanda dan ketawa tidak jelas di tempat ramai, bahkan di angkutan umum sekalipun. Tak tahu malu dengan sekitar. Yang jelas hal itulah yang membuat semuanya menjadi menyenangkan. Mendengarkan musik yang sama menonton drama yang sama sudha menjadi kebiasaan kami.

Tapi jangan salah meskipun kami sama-sama menyukai Korea tapi kami memiliki idola yang berbeda. Tak jarang hal itupun menimbulkan perdebatan kecil diantara kami. Karena untungnya selalu dapat di selesaikan.

Meskipun begitu semuanya tak pernah berjalan semulus itu. Dengan Philia aku belajae bahwa dalam sebuah persahabatan kejujuran dan keterbukaan adalah hal yang utama. Bukan, bukan karena kami memiliki hal itu. Namun karena kami pada awalnya tidak memiliki dua hal paling penting itu.

Jujur, mengingat hal ini membuat hatiku sesak. Persahabatan kami sempat retak padahal baru setahun berjalan. Ya benar karena kami tidak jujur dan terbuka satu sama lain. Ada yang merasa terintimidasi, ada pula yang tidak merasa terlalu mengintimidasi. Beberapa memilih menyimpan kesal sendiri dan membicarakan satu sama lain, yang akhirnya menimbulkan perpecahan diantara kami. Sebenarnya tidak semuanya pecah hanya beberapa orang saja yang tidak berbicara sampai beberapa bulan, sementara yang lain memilih untuk menjadi pihak yang netral.

Aku sendiri berada di pihak yang netral. Sungguh saat itu aku merasa sedih melihat persahabatan kami yang berantakan. Aku tidak biaa memihak pada yang manapun keduanya jelas sahabatku. Aku kadang mengcoba menyatukan yang retak namun nyatanya terlalu sulit. Seperti sudah ada pembatas yang membuat semuanya tak lagi sama. Sekalipun kami mencoba bersama namun tetap ada kecanggungan. Bagiku yang paling menyedihkan adalah semuanya terjadi bahkan sampai kita harus lulus SMA. Suasana perpecahan itu tetap ada.

Hingga akhirnya semua ketegangan itu mencair seiring berjalannya waktu. Saat kami sudah trrpisahakan jarak dan waktu sehingga sulit untuk bertemu saar itulah semuanya merasakan rindu. Philia yang ku pikir telah hilang nyatanya hidup kembali dalam sebuah perpisahan. Entahlah aku baru menyadari bahwa memang benar dibalik perpisahan selalu ada hikmahnya.

Kami belajar arti kedewasaan. Kami mencoba memahami arti kehilangan. Dan yang terpenting bersama Philia kami menyadari arti sebuah persahabatan.

Nyatanya persahabatan kami tak hanya sekedar haha hehe belaka karena Korea tapi lebih dari itu. Kami belajar bersama, saling memahami, menerima kekurangan dan kelebihan yang ada meski sempat dibumbui perseteruan. Nyatanya kehilangan dan rindu pulalah yang menyatukan kami kembali.

Bahkan sampai saay ini kamu belum berjumpa kembali setelah kelulusan sekolah itu. Maksudnya berjumpa dengan formasi lengkap. Hanya beberapa saja yang sempat kutemui namun tidak semua. Jujur aku sangat merindukan mereka. Aku ingin kembali bertemu. Merajut cerita bersama. Bercanda tawa. Berbagi keluh kesah dan juga lebih menjadi terbuka. Demi apapun aku rindu. Aku teramat sangat ingin bertemu dengan Philia.

I miss them so much.

#30DWC JILID 4 HARI KE 24

Kamis, 23 Februari 2017

Tentang Kamu: Lelaki di Balik Jendela


Cerita ini terjadi beberapa tahun lalu. Menjadi kenangan manis yang selalu ku ingat. Ya benar. Ini tentang kamu. Lelaki manis di balik jendela rumahku.

Memikirkan hal ini saja, sudah membuatku tersenyum tanpa sadar. Percayalah saat menulis ini senyuman yak pernah luput dari wajahku. Rasanya sangat lucu mengingat waktu itu.

Lucu? Entahlah, mungkin bagi kalian ini hanyalah kisah biasa. Tapi bagiku ini adalah cerita unik yang akan selalu membuatku tersenyum bahkan tertawa saat mengenangnya. Seperti saat ini.

Saat itu, kalau tidak salah sekitar 6 tahun silam. Kamu yang memang adalah teman dari saudara laki-lakiku sering datang ke rumah. Hingga di suatu waktu saat aku sedang duduk di kursi ruang tamuku. Suara motor berhenti tiba-tiba saja terdengar. Suara yang sudah sangat ku hapal saking seringnya ku dengar. Benar saja, di balik jendela aku melihatmu.

Kamu turun dari atas motormu. Berjalan ke arah rumahku. Namun saat sudah di depan kamu tak kunjung mengetuk pintu ataupun mengucap salam. Kamu dengan narsisnya malah berdiri di depan kaca rumahku. Merapikan rambut dan bajumu yang sedikit berantakan. Lalu bergaya sok tampan. Berpose seolah kamu adalah orang yang paling tampan di dunia ini. Meskipin aku mengakui hal yang satu itu. Tapi waktu itu rasanya kamu terlihat terlalu percaya diri dan ya-lucu. Membuat senyuman manis terbit diwajahku.

Saat kamu merasa cukup puas dengan penampilan dan aksi sok gantengmu itu, barulah kamu mengucapkan salam dan memanggil nama saudaraku. Kamu yang memang sudah tak canggung lagi, membuka pintu rumahku begitu saja.

Langkahmu terhenti saat melihat aku berada disana. Kamu tertegun, sementara aku tersenyum penuh arti. Kamu menggaruk tengkukmu yang tidak terasa gatal. Wajahmu memerah merasa malu karena sejak tadi ternyata ada yang melihat setiap gerak-gerikmu. Ya, itu aku.

Mungkin kalian merasa heran. Mengapa aku bisa melihatnya sementara dia tidak? Jendela rumahku kacanya adalah kaca yang bisa melihat ke luar dengan jelas, sementara orang yang diluar tidak dapat melihat apa yang terjadi dalam rumahku.

"Jadi, udah ngerasa ganteng nih?" tanyaku.

Lagi. Kamu hanya tersenyum. Tanganmu menggaruk kepalamu yang dapat kupastikan tidak gatal sedikitpun. Seketika aku terbahak keras. Sungguh melihatmu malu-mamu saat itu menjadi hiburan tersendiri bagiku. Sangat lucu.

Ketahuilah, sejak saat itu ada rasa yang tidak dapat ku jelaskan tumbuh di dalam hatiku. Rasa aneh yang menjalar, yang membuat dalam perutku seperti di penuhi kupu-kupu. Aneh, tapi menyenangkan.

Mungkin benar kata mereka. Bahwa sejak saat itu aku mulai menyukaimu. Lelaki manis di balik jendela rumahku.

I miss you.

#30DWC JILID 4 HARI KE 23

Rabu, 22 Februari 2017

Senjata Penulis

Senjata Penulis

Jika pemain sepak bola menjadikan sepatu sebagai senjata mereka. Jika pemain bulu tangkis menjadikan raket sebagai senjata mereka. Maka pulpen dan buku bisa menjadi senjata tangguh bagi seorang penulis. Kenapa?

Penulis menulis berdasarkan ide dan ide bisa datang kapan saja. Tanpa tahu tempat, situasi dan kondisi. Entah kita sedang berada di tempat ramai, entah kita sedang disibukan dalam sebuah acara, entah kita sedang terjebak dalam keadaan sulit. Inspirasi bisa tiba-tiba muncul, menjadi sebuah ide untuk tulisan kita.

Untuk itu, kita sebagai penulis membutuhkan pulpen dan buku sebagai senjata kita. Bagaimanapun ide itu mudah datang dan mudah pergi. Seperti dia yang easy come easy go gitu deh. Untuk itu kita harus segera menangkapnya alias menuliskannya agar tidak hilang atau lupa. Karena lupa menjadi sifat yang lumrah dimiliki oleh semua manusia.

Oleh karena itu, buku dan pulpen bisa menjadi solusi yang sangat bagus untuk mengatasi lupa bagi seorang penulis. Dengan adanya benda tersebut, jika ada ide yang tiba-tiba saja muncul kita bisa langsung menuliskannya menjadi catatan-catatan pendek. Sehingga ide tidak hanya muncul sesaat melainkan bisa jadi manfaat.

Bagaimanapun setiap tempat punya cerita, setiap detik memiliki kisah, setiap orang bisa menjadi kenangan. Bisa saja ketika kita sedang tersesat di jalanan, ada suatu tempat unik yang tiba-tiba saja mengilhami kita. Bisa saja ketika sedang di landa bosan karena menunggu, ada hal yang tiba-tiba saja menjadi inspirasi dalam menulis. Atau bisa juga ketika kita sedang berada di kerumunan orang banyak, dan menemukan dia yang menarik perhatian, jelas dia tak bisa dilewatkan begitu saja. Untuk itulah buku dan pulpen bisa jadi sangat berguna.

Namun bagi kalian yang merasa ribet membawa buku dan pulpen mungkin kalian bisa menggantinya dengan benda yang lain. Semisal handphone yang lebih sering berada di samping kalian. Daripada hanya digunakan untuk chat tidak jelas, lebih baik dimanfaatkan untuk hobi menulis kita. Terlebih sekarang sudah banyak aplikasi untuk mempermudah kegiatan menulis kita. Dibandingkan membawa laptop yang cukup berat dan menghabiskan tempat lebih baik dicatat di teleponkan?

Entah itu buku dan pulpen, laptop ataupun handphone. Hal terpenting adalah bagaimana kita bisa mencatat dengan sesegera mungkin ide atau inspirasi yang tiba-tiba saja muncul di otak kita. Membuat catatan-catatan pendek yang kemudian akan menjadi sangat berguna bagi kita sebagai seorang penulis. Sekecil apapun ide yang kita dapatkan bisa saja menjadi tulisan besar di kemudian hari.

Jadi, Keep Writing Always Inspiring guys!

#30DWC JILID 4 HARI KE 22

Selasa, 21 Februari 2017

Banjir Everywhere

Banjir Everywhere

Saat aku menuliskan ini, aku baru saja selesai mengungsi ke kostan salah satu temanku. Ya, seperti dalam judul aku baru saja kebanjiran. Ternyata bukan cuma Jakarta saja yang bisa banjir, Serang Banten pun bisa. Hihi.

Tadi pagi saat aku meninggalkan kost-an menuju kampus sekitar pukul 10. Saat itu kwadaan kostan masih aman-aman saja. Air belum sampai masuk ke area kostan. Hanya saja memang di jalanan sudah mencapai atas mata kaki. Jelas ini karena hujan yang tak kunjung berhenti sejak semalam.

Aku pikir semuanya akan baik-baik saja. Namun di sore hari ketika aku baru saja selesai kuliah dan sedang asyik bersantai. Tiba-tiba saja salah satu teman kostku mengabari bahwa air telah masuk ke dalam kostan. Aku pun dengan segera menuju kostanku, karena ingat bahwa listrik di dalam kamar tidak kumatikan.

Meski hujan sudah reda namun perjalanan menuju kostan nyatanya memang sulit. Karena jalanan sudah digenangi banjir yang tingginya diatas lutut. Untung saja ada para relawan yang entah darimana mau menawari bantuan dengan perahu karet. Akhirnya aku bersma teman-temanku yang lain bisa sampai di kostan tanpa harus melawan banjir yang cukup besar. Kami diturunkan di tempat yang airnya sudah cukup surut.

Benar saja, saat sampai di kostan air telah masuk sampai ke dalam kamar. Untungnya hanya mencapai mata kaki. Namun tetap saja membuat kasur kami menjadi basah. Untung saja belum sampai mengenai kabel listrik dan laptop yang kebetulan disimpan diatas kasur.

Dengan segera kami membenahi kamar. Menyimpan barang-barang penting ke tempat yang lebih tinggi. Bantal, selimut, setrikaan, magic com dan yang terpenting adalah buku-buku sebisa mungkin kami selamatkan. Karena hujan yang masih turun memungkinkan terjadinya banjir yang lebih tinggi.

Nasib anak kostan. Sudah kebanjiran, baju kebasahan, sungguh menyedihkan. Padahal baru hari kedua masuk kuliah. Tapi harus sudah dibuat menderita. Harus berbenah lagi dan menata ulang lagi.

Dikarenakan tempat yang tidak memungkinkan aku bersama teman-teman kostku yang lain pun terpaksa harus mengungsi. Jika tidak maka kami tidak akan bisa tidur malam ini. Untung saja kostan temanku yang lain, yang cukup jauh dari jembatan tidak terkena banjir sehingga aku bisa menginap disana.

Aku berharap banjir ini akan segera surut. Bagaimanapun banjir sangat mengganggu perkuliahan. Kesulitan akses jalan, harus menginap, menyiapkan ini itu, merepotkan teman, kostan berantakan dan hal-hal merugikan lainnya.

Bukan cuma itu aku berharap setelah ini orang-orang tidak membuang sampah sembarangan, terlebih pada tempat penyaluran air. Mungkin dengan cara seperti itu akan mencegah banjir atau setidaknya membuat banjir tidak begitu tinggi.

Sekian sesi curhatku.

#30DWC JILID 4 HARI KE 21

Senin, 20 Februari 2017

Cerita yang Telah Usai

Cerita yang Telah Usai

Kita adalah cerita yang telah usai. Sudah sejak lama tak ada lagi kata kita untuk menyatukan kau dan aku. Bukan tanpa alasan. Kau sendiri yang memilih untuk pergi saat aku masih siap untuk berjuang. Kau sendiri yang memutuskan untuk menyerah saat aku masih kuat untuk bertahan.

Percayalah, aku tak pernah menyesali segalanya. Tidak saat kau datang, tidak saat kau pergi. Tidak juga saat kita bersama. Meski sakit, aku mencoba menerima segalanya dengan lapang dada.

Bukan perkara mudah memang, tapi aku meyakinkan pada diriku sendiri untuk bisa melewati segalanya. Hari-hariku tanpamu. Hidupku tanpa hadirmu. Cintaku tanpa kasih sayangmu.

Bukannya apa, aku hanya mencoba mengerti bahwa segalanya telah berakhir. Cerita yang sempat kita rajut berdua hilang begitu saja. Menyisakan sebuah kisah lama dengan kenangan di dalamnya. Hanya sebatas kenangan.

#30DWC JILID 4 HARI KE 20

Minggu, 19 Februari 2017

Nama Untuk Debay

Nama Untuk Debay

Sudah hampir dua minggu sejak hari kelahirannya. Rumah yang awalnya sepi, menjadi ramai oleh tangisnya. Canda dan tawa hadir karenanya. Namun sayang belum ada nama yang di sematkan kepadanya sehingga aku hanya memanggilnya debay alias dede bayi.

Sebenarnya sudah ada beberapa pilihan nama hanya saja masih menjadi perdebatan dalam keluarga. Maklum anak pertama bagi Ayah Ibunya. Cucu pertama bagi Ayah dan Ibuku. Serta keponakan pertama bagiku.

Ibunya yang adalah kakakku sebenarnya sudah menyiapkan nama dari jauh-jauh hari. Kinanti, nama yang cantik bukan? Aku sendiri lupa artinya apa, kalau tidak salah gadis yang cantik dan ayu, entah apalah itu. Aku cukup suka dan setuju dengan nama tersebut, karena menurutku nama itu terdengar sangat manis serta sunda sekali.

Sedangkan Kakak iparku juga sudah memilih nama sendiri, yakni Raisa. Aku sendiri tidak mengerti mengapa dia memilih nama itu. Entah supaya bisa jadi penyanyi seperti Raisa atau bagaimana. Bagus memang tapi bagiku terlalu mainstream. Paling nama panggilannya Ica atau Nca lagi, sama seperti nama panggilanku. Namun sepertinya nama inilah yang terkuat untuk diberikan kepadanya. Karena bagaimanapun itu pilihan dari Ayah-nya.

Neneknya juga sempat ikut menyumbangkan pilihan nama, yaitu Thalita. Katanya karena nama itu lucu dan belum ada nama tersebut di daerahku. Lucu sih tapi aku sendiri kurang sreg dengan nama ini, karena menurutku seperti nama-nama untuk anak manja dan centil. Hihi, maaf yah Thalita.

Aku sendiri sempat merekomendasikan sebuah nama yakni, Milea. Nama itu aku ambil dari novel Dilan-nya Pidi Baiq. Tahu kan? Hihi, saking terobsesinya. Kalau cowok pasti sudah ku beri nama Dilan. Namun sayang pilihan nama yang kuberikan di tolak. Hal ini karena tidak ada arti yang cukup jelas dari nama Milea. Yasudahlah, tak apa. Lain kali bisa kuberikan untuk nama anakku. Hehe.

Dari nama-nama di atas. Aku coba menyimpulkan nama yang pas untuknya adalah Raisa Putri Kinanti. Bagus kan? Hihi supaya nama pilihan dari Ayah dan Ibunya ada. Jangan sampai ada perselisihan hanya karena pemilihan sebuah nama.

Namun masih belum pasti juga akan diberi nama apa keponakan manisku itu. Apapun itu yang penting bisa membawa kebaikan kepadanya. Menjadi doa terindah dalam hidupnya.

Atau kalian yang punya rekomendasi nama boleh sekali list di comment. Hihi.

#30DWC JILID 4 HARI KE 19

Rabu, 15 Februari 2017

(ShortFiction) One

(Short Fiction) One

Gadis itu menghembuskan nafasnya berkali-kali. Mencoba untuk meringankan beban yang terasa menyesakan di dadanya. Kedua tangannya ia satukan, berkali-kali saling mengusap, menunjukan kegelisahan yang tak dapat disembunyikan. Wajahnya pucat. Sekalipun lengkungan dibibirnya coba ia buat.

"Ta kayanya sebentar lagi giliran lo deh... Eh Ta, lo kenapa?" Anin tampak terkejut saat melihat kondisi Tita yang jauh dari kata baik-baik saja.

Tita menggelengkan kepalanya. Memaksakan senyuman diwajahnya.

"Lo gugup?" tebak Anin seraya duduk di samping Tita.

Mata Tita bergerak gusar. Ia mencoba membasahi bibirnya yang terasa kering. "Gue takut Nin," jujurnya kemudian.

"Kenapa harus takut Ta? Lo pasti bisa kok lo kan udah latihan mati-matian!" cetus Anin sambil tersenyum lalu mengusap bahu sahabatnya itu lembut.

"Kalau penampilan gue jelek gimana?"

"Kalau jelek yah berarti belum bagus," ujar Anin santai.

"Ih... gue serius!" rengek Tita sebal, merasa di bercandai.

Anin tertawa, "gue juga serius Ta, yah kalau penampilan lo jelek itu artinya lo kurang bagus, lo kurang latihan, lo kurang percaya diri, lo kurang-kurang deh," cerocos Anin tidak peduli dengan wajah Tita yang semakin pucat. "Lo ngerasa gitu enggak?"

Tita diam tampak berpikir.

"Tapi gue latihan serius kok," ucapnya kemudian.

"Nah itu dia, jadi apa yang lo khawatirkan?" cetus Anin merasa aneh dengan segala tingkah Tita.

Lagi Tita hanya diam. Otaknya sedang berputar keras memikirkan sesuatu. Jantungnya berdebar tak karuan. Sementara hatinya sedang gelisah tak menentu. Ada alasan di balik segala kegugupan yang ia rasakan. Ada.

"Nin sebenernya..."

"Titaa... kamu belum tampilkan? Astaga maafin Bunda, tadi ada pasien mendadak. Tapi Bunda nepatin janji kok, nih buktinya Bunda datang."

Segala kecemasan yang sejak tadi ada di hati Tita perlahan-lahan menghilang. Gadis itu menghela nafas lega. Senyuman manis mengembang di bibirnya. Membuat Anin mengerti akan alasan dibalik kegelisahan Tita tadi.

"Bunda ngeselin, aku pikir enggak akan datang," rengek Tita sambil bangkit berdiri. Menyambut kehadiran Bundanya.

Bunda tersenyum lalu menyentuh wajah Tita lembut.

"Bunda kan udah janji, masa iyah Bunda enggak dateng. Yaudah gih sana siap-siap, sebentar lagi kamu tampil bukan? Bunda yakin kamu bisa nampilin yang terbaik. Bunda percaya, jangan kecewain Bunda."

Tita mengangguk pasti. Satu senyuman itu berhasil membuat semangatnya naik kembali. Ia yakin ia bisa melakukan yang terbaik. Tak akan pernah ia biarkan Bundanya merasa di kecewakan. Tidak akan.

Dengan pasti ia melangkah menuju panggung. Akan ia buat panggung itu menjadi miliknya sendiri.

END

#30DWC Jilid 4 Hari ke 15

Selasa, 14 Februari 2017

Inginku Jadi Pengantine, Bukan Rayakan Valentine

Inginku Jadi Pengantine, Bukan Rayakan Valentine

14 Ferbruari terkenal dengan hari kasih sayang, katanya. Hari dimana setiap orang menunjukan rasa kasih sayangnya secara terang-terangan. Setiap pasangan saling bertukar kado. Entah itu coklat ataupun bunga, atau bahkan hanya sekedar memberi ucapan "Selamat hari kasih sayang", "Selamat hari valentine". Sedangkan yang jomblo hanya bisa meratapi nasib, atau setidaknya mengajak seseorang untuk menjadi pasangannya dengan ucapan, "Be my valentine, please!".

Bagaimana bisa? Rasanya sungguh aneh. Apakah kasih sayang hanya bisa dirayakan satu tahun sekali? Lalu bagaimana dengan hari-hari biasanya? Kemana kalimat-kalimat cinta itu pergi? Kemana kado-kado itu diberikan?

Terlepas dari larangan bagi seorang muslim yang memang tidak diperbolehkan merayakan hari Valentine. Aku sendiri tidak begitu berminat untuk merayakannya. Meskipun aku seringkali membalas ucapan Valentine ataupun menerima kado yang diberikan kepadaku. Hal itu bukan karena aku ingin merayakannya, tapi ini kulakukan lebih untuk menghargai orang yang melakukannya terhadapku. Hanya sebatas itu.

Lagipula dibandingkan merayakan Valentine aku lebih berminat untuk dijadikan Pengantine. Dari pada memberi coklat lebih baik bawa aku ke akad. Haha. Ini hanya bercanda kok tapi dari hati yang paling dalam. Hihi.

Toh dengan jadi pengantine kita bisa berkasih sayang setiap hari. Tak perlu tunggu hari valentine. Tak harus siapkan kado yang mahal. Cukup bemodalkan keseriusan dan sikap suamiable maka jadilah pengantine lebih menyenangkan dibandingkan valentine. Selain itu tak perlu khawatir dosa, karena sudah pasti dihalalkan oleh agama.

Jadi, daripada menambah dosa dengan merayakan valentine, lebih baik halalkan aku jadi pengantine. Kamu siap tidak?

#30DWC Jilid 4 Hari ke 14

Senin, 13 Februari 2017

Pesan Untuk Lelaki: Jika Dia Bukan Tulang RUSUK-mu, Maka Jangan RUSAK




            Katanya wanita diciptakan dari tulang rusuk lelaki yang hilang. Katanya. Lalu apakah dia wanita yang sekarang mendampingimu adalah tulang rusukmu, atau hanya tulang rusuk yang tersasar? Bisa saja kan, wanita itu hanyalah tulang rusuk yang sedang mencari tempatnya?
            Mungkin. Sekalipun kamu meyakini dia yang saat ini ada disampingmu adalah jodohmu. Wanita yang tercipta dari tulang rusukmu. Tapi siapa yang tahu wanita itu hanyalah tulang rusuk orang lain yang dititipkan Tuhan untukmu, sebelum akhirnya di kembalikan pada pemiliknya.
            Untuk itu kamu sebagai seorang lelaki yang gentle man haruslah mengerti perihal ini. Sekalipun kamu teramat mencintai wanitamu sekarang, dan dia juga mencintaimu sama besar. Namun jangan sekalipun mencoba untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh kalian yang bukan mukhrim. Sekalipun dia sangat mencintaimu namun jangan pernah berpikir untuk merusaknya, meskipun dia mungkin tak menolak. Kamu mengertikan apa maksud ‘merusak’ disini?
            Begini saja, coba bayangkan jika dia, wanita yang saat ini ada bersamamu, berstatus sebagai kekasihmu bukanlah jodohmu. Namun kamu telah merusaknya. Tak pernahkah kamu berpikir bagaimana perasaan lelaki pemilik tulang rusuk itu sebenarnya? Hey tulang rusuk itu bagian penting dari tubuhnya. Sesuatu yang hilang dan selalu dinantikannya. Namun saat ia temukan dan ia pasangkan dengan tulang rusuknya, ada sesuatu yang aneh. Mereka cocok, namun ada bagian yang tak utuh akibat kamu rusak. Kecewa tentu saja. Bagaimana tidak? Wanitanya, jodoh yang telah ia temukan setelah penantian panjang tak lagi sempurna.
            Begitu juga jika kamu mendapatkan tulang rusukmu ada dalam keadaan rusak. Tentu tidak enak bukan? Kamu mungkin bisa menerimanya, karena memang dialah tulang rusukmu, jodoh yang Tuhan pilihkan untukmu. Tapi percayalah ada bagian dari hatimu entah disudut yang mana akan merasa sakitnya di kecewakan.
            Bayangkan juga wanita-wanita disekitarmu. Ibu, adik atau kakak perempuanmu. Wanita yang amat kamu sayangi, dirusak oleh orang lain. Lelaki tak bertanggung jawab. Sakit bukan? Tentu, sekalipun mereka bukan tulang rusukmu tapi mereka adalah orang-orang yang seharusnya kamu jaga. Mungkin perasaan bersalah akan hinggap dihatimu, karena kamu tak mampu menjaga orang yang berharga dalam hidupmu.
            Untuk itu, kalian para lelaki, jika dia bukan tulang rusukmu maka jangan rusak. Karena, entah dibagian belahan dunia yang mana ada lelaki yang sedang menunggunya, menanti tulang rusuknya kembali dalam keadaan utuh. Begitupun kamu yang menanti tulang rusukmu dengan sempurna.

 #30DWC JILID 4 HARI KE 13

Minggu, 12 Februari 2017

(SongFic) Missing You Today - Davichi

(SongFic) Missing You Today - Davichi

Note : Hari ini bingung banget mau nulis based on song apa. Alhasil setelah mencari-cari lagu jadilah aku memilih Missing You Today by Davichi kebetulan lagi kangen banget juga sama seseorang. Btw, lagunya enak banget, selalu bikin baper. Sok di play biar lebih ngena.

Let's reading!

- Itu karena aku sangat merindukanmu hari ini. Apakah kau baik-baik saja, kau masih tetap sama? Jangan khawatir, aku hanya sedikit tidak bisa melupakanmu -

Nana tampak santai mengenakan kaos dan celana pendek selututnya. Ia menuruni anak tangga masih dengan sesekali menguap. Minggu yang cerah dan ia baru bangun sekitar pukul 9 pagi.

"Na, Na. Gimana mau punya pacar? Anak gadis jam segini baru bangun," Mama yang melihat penampakannya langsung menggegeleng-gelengkan kepalanya.

Nana hanya mengerucutkan bibirnya. Tak mau ambil pusing.

"Mama mau kemana?" tanya Nana heran saat melihat Mamanya sudah tampil rapi.

"Kamu tahu tante Dila? Temen Mama yang baru pindah dari Surabaya, dia ngadain reunian gitu deh ngundang temen-temen geng Mama," jawab Mama.

Nana mencibir. Ternyata Mamanya juga punya geng. Ckck!

"Kalau mau makan makan aja, Mama udah masak kok, Mama pergi dulu yah! Assalamu'alaikum!" pamit Mama.

"Waalaikumsalam," balas Nana.

Ia membuat segelas susu putih dan mengambil roti tawar yang segera diolesinya dengan selai coklat. Lalu menikmatinya dengan nyaman sambil menonton televisi. Gadis itu membuka handphonenya dan memilih untuk berselancar di Path.

Genta Dirgantara Listening Say You Won't Let Go By James Arthur With Titania Intani.

Shit! Pagi-pagi udah ada aja yang bikin hati panas. Gerutu Nana dalam hatinya. Ternyata keputusannya melepaskan Genta merupakan hal yang benar sekaligus salah. Benar, karena akhirnya Genta resmi berpacaran dengan Tita dan salah, karena nyatanya sampai saat ini Nana belum sepenuhnya merelakan kenyataan itu.

Hell to admit it, but I miss him so much. Nana meradang dalam hatinya.

***

Nana berkacak pinggang. Ia menatap penampilan kamarnya yang sungguh jauh dari penampilan kamar anak gadis pada umumnya. Sangat berantakan. Seperti kapal pecah. Huh, ia sendiri bingung apa saja yang sudah ia lakukan di kamar ini sampai menciptakan keadaan sebegitu mengerikannya.

"Okey semangat Nana!" serunya keras.

Ia harus merapikan kamarnya. Pertama-tama ia merapikan tempat tidurnya. Mengganti seprai yang sudah ia lupa kapan terakhir kali diganti. Merapikan meja belajarnya yang dipenuhi oleh buku dan peralatan belajarnya. Menyusun kaset-kaset drama Korea koleksinya. Gadis itu tersenyum puas saat melihat keadaan kamarnya yang sudah jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya.

"Okey, tinggal nyapu dan ngepel."

Saat ia sedang menyapu kegiatannya terhenti ketika ia melihat sebuah kotak yang tersimpan di sudut lemari kamarnya. Gadis itu menghembuskan nafas pelan. Menatap benda itu dengan nanar. Awalnya ia berniat untuk mengacuhkannya, namun nyatanya ia tidak bisa.

Iapun mengambil kotak itu. Duduk di atas lantai, bersender pada kasurnya. Ia menatap kotak itu lama hingga akhirnya membukanya perlahan. Segala benda penuh kenangan ada disana. Kenangannya dengan seseorang yang pernah amat dicintainya. Ya, Genta.

Nana tersenyum saat melihat 2 buah tiket nonton. Ia menyimpannya sebagai bukti kencan di bioskopnya bersama Genta. Lalu ia beralih pada bekas bungkus ice cream. Lagi senyuman manis terbit di wajahnya. Ice Cream ini yang Genta belikan untuknya, saat ia ngambek.

"Ice cream terenak yang pernah gue makan," gumamnya miris. Sayang, tidak pernah ada ice cream - ice cream selanjutnya.

Ia menyusuri benda-benda disana satu persatu. Menyelami setiap kenangan yang pernah ia lewati bersama Genta. Membuatnya semakin merindukan Genta lagi dan lagi. Sangat, tak terhingga.

Ia tak tahu tak seharusnya ia merasakan perasaan ini karena bagaimanapun Genta sudah menjadi milik orang lain, karenanya. Ia sendiri yang telah melepaskan lelaki itu saat sudah dalam genggaman tangannya jadi kenapa ia harus begini? Ah memikirkan hal ini hanya membuat dadanya terasa sesak.

Tersisa satu benda yang belum ia pegang. Sebuah helm. Nana menatap helm itu lekat lalu mengangkatnya perlahan. Benda yang paling besar, sama besarnya dengan luka yang ada bersamanya. Ya, benda terakhir yang ia minta dari Genta. Benda yang sejauh ini menjadi topeng untuknya, benda yang melindunginya dari rasa simpati, benda yang dijadikannya sebagai tempat untuk menyembunyikan segala tangis dan lukanya.

Seperti sekarang. Nana mengambil benda itu lalu memakainya. Tepat setelah itu airmatanya jatuh satu persatu. Lihat bahkan sampai saat ini Genta tetap menjadi alasan ia tertawa dan menangis.

"Kak, enggak apa-apa kan? Entah kenapa hari ini gue kangen banget sama lo kak. Rindu..." Lirih Nana entah pada siapa.

Ia sudah terlalu merindu sampai tak ingin bertemu. Karena baginya bertemu saja tak akan cukup untuk mengobati rindu yang telah ada terlalu lama, sampai hari ini.

END

#30DWC Jilid 4 hari ke 12

Sabtu, 11 Februari 2017

(SongFic) Good Day - IU

(SongFic) Good Day - IU

Note : Sebelum baca jangan lupa di play dulu lagu Good Day punya IU-nya. Biar lebih ngena gitu fictionnya. Apalagi suaranya IU adem-adem gimana gitu, yakin deh ngenakin ke telinga hihi.
Let's reading guys!

Mengapa langit semakin biru? 
Mengapa angin semilir hari ini? 

Anindya tersenyum menatap langit yang begitu indah pagi ini. Gadis itu menutup matanya, membuka tangannya lebar-lebar dan menghirup nafas kencang. Senyuman manis semakin mengembang dibibirnya saat ia merasakan hembusan angin menyentuh kulitnya dengan lembut.

"Ah, segarnya...," gumam Anindya.

Gadis itu kembali membuka matanya dan mulai menikmati pemandangan indah yang terbentang di hadapannya. Melalui balkon kamarnya yang berada di labtai 2 ini ia bisa menikmati pemandangan daerahnya yang masih asri. Berbeda jauh dengan suasana kota, tempatnya masih terbilang desa yang belum terjamah polusi.
"Anin cepet turun, bantu Bunda!"

Gadis itu terhenyak sesaat mendengar panggilan Bundanya. Masih dengan senyuman di wajahnya ia menutup jendela kamarnya. Lalu melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Sampai di lantai bawah ia menemukan Bundanya dengan 2 orang pegawai tengah sibuk memasak. Serta 1 orang yang tengah merapikan meja dan kursi yang tersusun disana.

"Pagi semua!" sapanya dengan riang. Tanpa menunggu balasan ia melangkah menuju pintu yang terbuat dari kaca. Lagi senyuman manis mengembang dibibirnya, ia menatap kertas yang menggantung di atas pintu bertuliskan 'Open' dan langsung membalikannya.


Bersikap seolah ku tak tahu
Seolah kutak mendengar apapun, seolah aku menghapusnya

"Selamat pagi!" Anindya mengangkat kepalanya menatap seseorang yang baru saja datang menghampirinya. Ia sempat tertegun beberapa saat menatap lelaki yang saat ini tengah tersenyum kepadanya. Hingga akhirnya gadis itu mengerjapkan matanya, berusaha bersikap normal.

"Selamat pagi Anindya! Kau sangat ceria pagi ini!" sapa lelaki tersenyum. Anindya tersenyum.

"Tentu saja, ini hari yang sangat bagus sayang sekali jika dilewatkan dengab wajah bersedih," jelasnya. "Jadi secangkir kopi dan roti panggang, Kenzo?" tutur Anindya seraya menyebut nama lelaki dihadapannya ini dengan lugas.

"Kau salah!" cetus Kenzo.

Anindya mengernyit bingung ia hapal betul menu sarapan pelanggannya selama 2 minggu belakangan ini. "Bagaimana bisa?" tanyanya heran.

"Pagi ini aku ingin menikmati secangkir kopi ditemani puding yang manis!" serunya sambil tersenyum miring.

"Baiklah, kau bisa menunggu sebentar ditempatmu!" seru Anin pada akhirnya.

"Oke cantik!" seru Kenzo.

Anindya merasakan pipinya memanas mendengar pujian Kenzo, gadis itu memperhatikan lelaki itu sampai duduk di tempatnya. Meja paling sudut menghadap kaca. Tempat favoritnya yang juga menjadi tempat favorit Anin karena gadis itu bisa menatap Kenzo dengan leluasa dari tempatnya sekarang.


Bisakah kita mulai membicarakan sesuatu yang lain?
Haruskah kita berciuman agar tak ada yang dikatakan?

"Secangkir kopi dan sebuah puding untukmu Tuan!" seru Anindya sambil tersenyum jenaka. Ia meletakan pesanan Kenzo di mejanya.

"Terima kasih, akan lebih menyenangkan jika kau mau duduk disini dan menemaniku sarapan," seru Kenzo, pandangannya merajuk.

Anindya menatap sekeliling. Hanya ada beberapa pelanggan saja di kedainya, itupun sudah mendapat pelayanan. Jadi setelah memastikan kedainya masih sepi pagi ini, ia pun menarik kursi di depan Kenzo dan duduk di sana. Membuat senyuman puas terkembang di wajah Kenzo.

"Good girl!" serunya.

Anindya mengerucutkan bibirnya. "Dasar bad boy!" serunya. Kenzo tertawa keras. "Benhenti tertawa Ken!" seru Anin pipinya sudah memerah karena malu ditertawakan sebegitunya.

"Maaf, tapi kau sungguh menggemaskan!" seru Kenzo seraya mengacak rambut Anin pelab. Anin tertegun dibuatnya. Hatinya berdebar dengan sangat kencang.

"Jadi mau kemana kau hari ini?" tanya Anindya pada akhirnya berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dan menormalkan detak jantungnya.

Kenzo meneguk kopinya sesaat sebelum akhirnya menjawab, "perkebunan teh."

"Cocok sekali! Aku yakin kau bisa mendapatkan foto yang sangat bagus disana, pemandangannya indah sekali," ujar Anin menerawang. Kenzo mengangguk-ngangguk paham sambil terus menikmati pudingnya. "Lalu setelah itu kemana lagi?"

Kenzo terdiam beberapa saat sebelum akhirnya bibirnya berucap, "pulang. Kembali ke kotaku."

Anindya tertegun dibuatnya. Terkejut bukan main.


Mataku dipenuhi air mata, jadi ku angkat kepalaku
Aku tersenyum sedikit agar mereka tak jatuh
Mengapa kau seperti ini padaku? Apa yang kau katakan?

"Pulang?"

Kenzo pulang. "Tentu saja pulang. Apalagi?"

"Fotomu?" tanya Anindya bingung.

"Sudah selesai, aku rasa aku sudah cukup mendapatkan foto yang bagus untuk bisa ku pamerkan nanti," jelas Kenzo sambil meneguk kopinya lagi.

"Kau sungguh harus pulang secepat ini?" tanya Anindya dengan nafas tercekat. Entah bagaimana ia merasa tak rela harus melepas kepergian Kenzo. Orang yang dua minggu ini telah menjadi pelanggan di kedainya. Pelanggan yang memikat hatinya.

"Ya, aku harus segera kembali ke kotaku, pamerannya akan di gelar seminggu lagi jadi aku harus segera mempersiapkan segalanya."

Anindya terdiam mendengar penuturan Kenzo. Itu berarti sudah menjadi keputusan mutlak bagi lelaki itu untuk meninggalkan dirinya. Ah tidak, meninggalkan desanya.

Anindya merasakan matanya memanas. Ia tahu butir-butir bening telah berkumpul disana. Untuk itu segera mengangkatnya, agar air mata itu tidak jatuh. Gadis itu coba menarik kedua sudut bibirnya ke atas.

"Baguslah, pelanggan rewelku akan menghilang satu."


Semua yang kita bicarakan menguap ke langit
Kata yang tak pernah kuucapkan
Kata yang tak kutahu kukatakan sembari menangis
Aku menyukaimu, kak? Apa yang harus kulakukan?

"Apa kau bilang?" Kenzo menyipitkan matanya.

"Aku tidak ingin kau pergi," ucapnya namun kalimat itu hanya tertahan di tenggorokannya. "Satu pelanggan rewelku akan hilang!" akhirnya hanya itu yang bisa keluar dari mulut Anin.

"Dasar jahat!" cibir Kenzo.

"Kau yang jahat!" cetus Anin.

"Aku? Jahat?"

"Ya, kau memang jahat."

"Jahat kenapa?" Kenzo menatap Anin selidik. Anin menjauhkan kepalanya.

"Tidak, tidak kenapa-kenapa."

"Dasar aneh!" Kenzo kembali terduduk santai.

"Aku tidak aneh!" bantah Anin. "Aku hanya...," Anindya bingung harus mengatakan apa, ia menggigit bibirnya gugup.

"Hanya apa?" Kenzo kembali menyipitkan matanya. Anindya semakin dibuatnya gugup. Haruskah ia mengatakan perasaannya sebenarnya?

"Aku hanya ingin di foto olehmu."


Apakah potongan rambutku salah?
Apakah aku memakai baju yang salah?
Kumasih bersikap seolah tak tahu
Seolah ku tak ingat
Haruskah aku bersikap seakan tak ada yang terjadi?
Haruskah aku berkata ayo berkencan

"Foto?" tanya Kenzo aneh. Sebelum akhirnya tawa gadis itu meledak seketika.

Anindya mengusap kedua tangannya gelisah. Ia sendiri bingung bagaimana bisa kalimat memalukan itu keluar dari mulutnya.

"Ya, apa kau tidak ingin menyimpan wajah cantikku ini?" tanya Anin pada akhirnya mencoba menutupi kegugupannya.

"Cantik?" Kenzo mengangkat sebelah halisnya menatap Anindya. Menilai.

Anindya dibuatnya kesal. Bagaimana bisa lelaki itu bertingkah seperti itu? Sungguh sangat menyebalkan! Memangnya apa yang salah dengan pebampilannya? Apakah untuk di foto di kameranya saja Anin tak pantas?

"Kau sungguh menyebalkan!" cetus Anin. Ia bangkit berdiri melangkah meninggalkan Kenzo sendirian. Berjalan menuju tempat ia seharusnya berada.


Jangan katakan hal sedih itu
Sembari menatapku seperti ini
Apakah aku kenak kanakan atau sedikit lambat?
Aku tak bisa percaya

"Anindya ayolah aku hanya bercanda..." Kenzo berjalan mengikuti langkah Anin. Kebetulan sekali sarapannya sudah habis.

Anin hanya terdiam. Ia kembali menuju tempatnya, berdiri dibelakang etalase kaca yang berisi cake serta roti.

"Maafkan aku okey, maaf," ucap Kenzo merasa bersalah. "Ini hari terakhirku disini, bagaimana bisa kau marah padaku?" tanyanya cemberut.

Anindya terdiam. Mengingat hal itu hanya membuat ia merasa sedih.

"Sudahlah pergi sana, aku banyak pelanggan!" usir Anin memasang wajah datarnya.

"Mana?" tanya Kenzo seraya menatap sekeliling namun tak ada tanda-tanda orabg yang akan menghampiri Anin. Sial!

"Sudahlah, aku bisa di marahi Bunda kalau kau terus mengajakku mengobrol," ujar Anin akhirnya.

"Kalau begitu jangan marah lagi padaku bagaimana?" tawar Kenzo.

"Aku tidak marah," elak Anin.

"Pembohong!" cibir Kenzo. Anindya hanya diam. "Begini saja sore nanti aku menunggumu di perkebunan teh, kalau kau tidak marah kau harus datang!" ujar Kenzo. Tanpa menunggu balasan Anin ia berjalan menujur kasir. Membayar makanannya.

"Sampai jumpa!" pamitnya sambil tersenyum.

Anindya terdiam menatap punggung tegap itu menjauh. Hingga senyuman manis terbit diwajahnya kemudian. Sore hari. Perkebunan teh. Anindya memastikan akan datang.


Walau kumenangis, aku tersenyum
Kuhalangi jalanmu dan tersenyum lebar
Mengapa aku jadi seperti ini ?
Apa aku tak punya harga diri?
Aku melipat harga diriku dan melemparnya ke langit

Anindya melangkah dengan ringan menyusuri perkebunan teh di sepanjang jalan. Gadis itu tampak percaya diri dengan dress putih selututnya. Santai dan manis. Ia telah menekadkan dalam hatinya untuk mengatakan segala perasaannya kepada Kenzo sebelum lelaki itu pergi meninggalkannya. Mengucapkan kalimat yang sejak pertama bertemu sudah hadir di dalam hatinya.

Anin menghentikan langkahnya sejenak. Pandangannya berkeliling. Menatap ke segala penjuru. Mencoba menemukan kehadiran orang yang sejak tadi ada di dalam pikirannya.

"Anindya! Kemari!"

Anindya yang merasakan namanya di panggil menoleh ke sumber suara. Gadis itu tersenyum dan segera melambaikan tangannya saat melihat Kenzo ada di bagian atas perkebunan teh.

Ia melangkahkan kakinya mendekat pada Kenzo. Semakin dekat kegugupannya semakin bertambah. Namun bagaimanapun juga ia harus memberanikan dirinya. Mengungkapkan segalanya. Karena bagaimanapun ia tidak ingin menyesal. Ia tidak ingin berakhir dengan cinta yang terpendam. Ia ingin Kenzo mengetahui isi hatinya. Setelah itu terserah. Biar ia yang memutuskan yang penting ia harus membuat hatinya merasa lega.

Kata yang tak pernah kuucapkan
Kata yang mungkin tak bisa lagi kuucapkan
Aku menyukaimu, kak, aduuhhh… satu dua
Aku didalam mimpi

Anindya tersenyum lebar saat beberapa langkah lagi ia akan sampai di hadapan Kenzo. Meskipun gadis itu sedikit heran saat menemukan ada orang lain selain lelaki itu disana. Namun ia tak mau ambil pusing. Mungkin saja orang itu hanya pengunjung perkebunan juga sama seperti Kenzo, juga dirinya.

"Hai!" sapa Anindya. "Lihat, aku tidak marah bukan?" serunya sambil tersenyum.

Kenzo tertawa. "Kau memang good girl!"

Anin hanya tersenyum, hatinya bergemuruh. Detak jantungnya berdebar gak karuan.

"Oh ya Ken, aku ingin mengatakan sesuatu," Anin akhirnya memberanikan diri untuk berucap. Ya, ia harus mengatakannya. Harus. Sebelum semuanya terlambat.

"Hmm, tunggu dulu sebelum kau mengucapkan sesuatu aku ingin memperkenalkanmu pada seseorang," ucap Kenzo menahan permintaan Anindya. Anindya menatapnya heran. Perasaannya mulai tak enak saat Kenzo memanggil gadis yang sejak tadi juga ada disana. Sibuk dengan kameranya.

"Anindya perkenalkan ini Karina, kekasihku."

Anindya terdiam. Ia merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak. Waktu berhenti berputar. Satu hal yang ia tahu hari yang indah tak selalu menjadi saat yang indah.

END

#30DWC Jilid 4 Hari ke 11


Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...