Kamis, 02 Maret 2017

Monashilla



:: MONA SHILLA ::


"Shil..."
"Iyah..."
"Shil..."
"Kenapa Yo?"
"Shil..."
"Apa sih Yo?"
Rio tertawa terbahak-bahak mendengar kekesalan pada nada bicara Shilla di sebrang sana melalui telpon. Entah mengapa dia senang saat mengerjai Shilla sampai gadis itu benar-benar kesal. Menurutnya itu sangat lucu, seperti saat ini meskipun Rio tidak dapat melihat ekspresi wajah Shilla tapi dia dapat membayangkan saat ini Shilla pasti sedang bersungut-sungut sebal.
"Dihh Mariooooo... Kenapa sih? Dasar aneh!" dan setiap rengekan Shilla seperti ini sangat terdengar indah ditelinga Rio.
"Ngetes aja," Rio menjawab dengan enteng.
"Ngetes? Apa yang perlu ditest?" kening Shilla berkerut heran.
"Ya telinga kamu lah..."
"Demi apa enggak lucu!"
"Hehe... Sorry..." Rio terkekeh pelan. "Aku cuma mau ngasih tau Leonardo Al Vincy-nya kamu udah dateng tuh," ucap Rio akhirnya.
"Alvin udah dateng? Seriusan? Waahhhh aku pengen ketemu dia, kangen berat nih!" Shilla hampir berteriak girang mendengar kabar yang diberikan oleh kekasihnya sendiri. Kalian tau apa? Sekarang giliran Rio yang dibuat kesal.
"Bisa enggak sih enggak nunjukin antusias kamu di depan aku? Aku pacar kamu Shil, pacar kamu!" ucap Rio dengan penuh penekanan.
Kini giliran Shilla yang dibuatnya tertawa terbahak-bahak. Nah lho, satu sama kan!
"Yeeee.... Kenapa aku emang kangeeennnn bangeeeettttt sama diaaaa, banget banget banget!"
"Shil, kamu masih cinta yah sama dia?" Rio bertanya dengan serius.
"Iya lah, dari dulu perasaan aku buat dia itu enggak pernah berubah sedikitpun, bahkan sampai saat ini," jawab Shilla dengan santai, ia tidak mengetahui bahwa disebrang sana Rio sudah menggeram marah menahan api cemburu yang menyala dihatinya. Sekarang mood Rio bener-bener udah bad banget.
"Dia bilang mau tunangan," ucap Rio pelan.
"Alvin? Mau tunangan? Sama siapa? Aku kan udah sama kamu!" Shilla sangat-sangat terkejut karenanya.
"Iyah, enggak usah pede deh Shil, aku juga belum tahu siapa ceweknya, dia belum mau bilang," ujar Rio.
"Yahh... Aku patah hati deh Yo..." Shilla mendesah pelan.
"Shil! Kamu gila yah? Kamu patah hati sama cowok lain dan bilang sama pacar kamu, ck! Keterlaluan!" Marah Rio.
"Dia bukan cowok lain Yo! Dia cinta pertamaku!"
"Terserah kamu deh Shil!" Rio menyerah, Shilla sepertinya memang masih benar-benar mencintai Alvin bahkan gadis itu sama sekali tidak peduli dengan perasaannya.
"Yo..."
"Ya?"
"Nanti siang aku juga mau ketemu sama Via dan Angy," ucap Shilla.
"Via juga udah pulang?"
"Udah, makanya kita mau ketemu. Pulangnya mau enggak jemput aku?"
"Iyah," Rio menjawab dengan singkat.
"Okey."
"Aku tutup telponnya yah, bye!" setelah mengucapkan itu Rio memutuskan sambungan teleponnya. Sepertinya laki-laki itu benar-benar marah.

***

"Viaaaaa.... Angyyy... Huaaa gue kangen banget sama kaliaaaannn!!!" Shilla memeluk kedua sahabatnya itu dengan erat.
"Bohong lo! Kalau kangen harusnya datengnya cepetan ini malah telat lagi!" cetus Angy sebal, habis ia dan Via sudah menunggu Shilla hampir setengah jam dari waktu janjian yang mereka tentukan.
"Yeee... Gitu aja marah, maaf banget, enggak ada yang nganterin kesini tau," jelas Shilla.
"Emang Rio-nya kemana?" tanya Via.
"Gue cuma minta dia jemput gue, enggak minta nganterin hehe..." ucap Shilla sambil terkekeh pelan. "Eh, Ngy lo gendutan yah?" Shilla menggoda Angy jail.
"Ah masa, enggak kok, enggak kan Vi? Masa iyah gue gendut," Angy yang paling bete kalau di bilang gendut langsung kelabakan.
"Enggak kok, cuman sedikit big aja," timpal Via. Angy cemburut. Shilla dan Via tertawa puas melihatnya.
"Udah ah, jangan bahas gue! Rese lo!" Angy memukul pundak Shilla dengan tasnya.
"Ikht, ngambekan lo!" balas Shilla, lama juga mereka tidak adu bicara seperti ini.
"Udah ah, oh ya Vi tadi katanya ada yang mau lo omongin apaan? Sekarangkan Shilla udah dateng," Angy kini beralih kepada Via.
Via tersenyum.
"Iyah, ayo cerita gimana di Ausi?" tanya Shilla antusias.
"Seenak-enaknya di negeri orang tetep aja enak di negeri sendiri," gumam Via.
"Elah, bisa aja lo! Terus gimana udah ketemu soulmate lo?" tanya Shilla lagi, ia masih penasaran sama Via.
"Ayo dong jawab! Udah belom? Jangan diem aja!" seru Angy yang juga tak sabar.
"Waww..." Shilla dan Angy berseru heboh sekaligus terkejut saat perlahan-lahan Via menganggukan kepalanya.
"Seriusan? Siapa cowok itu?" tanya Shilla.
"Gue enggak nyangka Vi ternyata jodoh lo selama ini nyasar di Ausi, bule coy!" Angy menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Siapa yang bilang bule?" Via mengernyit heran.
"Loh bukannya cowok lo bule?"
Via menggelengkan kepalanya, "asli Indonesia," jelasnya.
"Hah?"
"Anak Jakarta, sama-sama anak beasiswa," jelas Via lagi.
"Wah siapa? Kenalin dong Vi..." seru Shilla, jauh-jauh ke Ausi ternyata tetap saja dapatnya lokal.
"Kalian udah kenal dia kok," ucap Via dengan santainya.
"Hah? Siapa?" Shilla dan Angy berseru hampir bersamaan.
"Lo bahkan jauh lebih kenal dia dibanding gue, tadinya," ujar Angy sambil mengerlingkan sebelah matanya pada Shilla.
Shilla dibuatnya mengernyit heran.
"Aduh siapa sih Vi?"
"Jangan main rahasia-rahasian dong! Kita kepo berat nih," sahut Angy.
"Tebak dong, kalian juga kan deket sama dia," ucap Via sambil tersenyum menggoda.
"Satu SMA sama kita?" tanya Shilla. Via mengangguk pasti.
"Kakak kelas? Atau satu angkatan?" tanya Angy.
"Tau ah, tebak dong!"
"Asli Indonesia, anak Jakarta, satu SMA sama kita, dapet beasiswa juga, dan gue kenal banget sama..." Shilla menghentikan gumamannya saat sebuah nama tiba-tiba saja melintas diotaknya. Matanya terbelalak sempurna. "Vi jangan bilang kalo..."
"Apa?"
"Vi, cowok itu Alvin yah?" tanya Shilla histeris.
"Alvin?" Angy tampak berpikir. "Alvin mantannya lo?"
"Alvin yah Vi? Seriusan Alvin?" Shilla tak menyangka, ciri-ciri cowok yang dibeberkan Via mengarah kepada mantan pacarnya itu. Tiap tahun hanya ada satu orang dari sekolah mereka yang bisa dapet beasiswa ke Ausi, dan Alvin salah satunya.
Shilla hampir menahan nafasnya saat Via benar-benar menganggukan kepalanya, "dan gue enggak pernah nyesel udah nitipin dia di lo selama ini, makasih yah pernah jagain dia buat gue," ucap Via seraya tersenyum lembut.
"VIAAAAA!!!" Shilla berteriak histeris. Itu artinya Alvin bakal tunangan sama Via.

***

"Malem ini kamu kelihatan jelek banget Leonard..." ucap Shilla menatap lelaki dihadapannya dengan seksama.
"Masa sih? Bukannya kamu pernah bilang kalau aku kelihatan keren dan ganteng banget kalau pake setelan rapi kaya gini, apalagi pake tuxedo," kening Leonard atau yang bernama asli Alvin tampak mengernyit bingung.
Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu tampil kaya gini bukan buat aku tapi buat Via jadinya kamu jelek banget dimata aku," ujar Shilla. "Seharusnya aku yang ada di posisi Via yah..." gumamnya.
"Apaan sih, kamu enggak boleh ngomong gitu Shil! Gimana pun kamu udah sama Rio!" seru Alvin.
Shilla tersenyum, "aku bercanda, tenang aja," ucapnya.
Alvin tersenyum mendengarnya.
"Aku enggak pernah nyangka semuanya bakal berakhir kaya gini," gumam Shilla menerawang.
"Kamu tahu aku lebih enggak nyangka lagi, aku ngelepasin kamu dan pada akhirnya aku malah sama Via sahabat kita sendiri," ujar Alvin.
"Padahal dulu kita sering banget ngayal kalau kita bakal bareng-bareng sampe akhir yah," ucap Shilla seraya menatap Alvin.
Alvin menyentuh tangan Shilla.
"Kamu tahu Shil, Leonardo Da Vinci aja hanya menciptakan Mona Lisa tapi pada akhirnya Mona Lisa menjadi milik orang lain kan?" ujar Alvin. "Mungkin kisah kita sama kaya itu," sambungnya.
Shilla mengangguk, "kamu bener Vin."
"Shil makasih udah ada dikehidupanku, karena kamu keluargaku jadi bahagia, gimanapun aku terima kasih banget sama kamu, kamu sama berharganya kaya Mona Lisa, dan sampai kapanpun kamu akan tetep jadi Mona Shilla buat aku," ucap Alvin ia merengkuh Shilla kedalam pelukannya, memeluk gadis itu sangat erat.
"Aku juga terima kasih banget sama kamu, karena kamu aku jadi ngerasa berharga, Leonardo Al Vincy," balas Shilla, tanpa terasa setetes air matanya jatuh, dengan segera Shilla menyekanya dengan punggung tangannya.
"Cengeng ah, jangan nangis dong!" Alvin yang melihatnya ikut menghapus air mata Shilla.
"Udah ah, ayo kita kesana! Via pasti udah nungguin kamu!" ucap Shilla seraya bangkit berdiri. Mereka memang sengaja memisahkan diri dari keramaian pesta pertunangan ke taman belakang rumah Alvin.
"Iyah, nanti Rio berpikiran macem-macem lagi!"
Shilla terkekeh pelan mendengarnya mereka pun berjalan memasuki rumah. Disana baru mereka berpisah. Alvin menemui Via ditengah ruangan dimana mereka akan melakukan tukar cincin. Via tampak tersenyum melihat kedatangan Alvin, meskipun sedikit was-was juga saat Alvin datang bersama Shilla.
"Kamu enggak akan batalin acara ini kan?" tanya Via seraya menatap Alvin takut-takut.
Dengan segera Alvin menggenggam tangan Via, lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Jangan ngomong kaya gitu, aku udah pilih kamu buat nemenin sisa hidup aku," bisik Alvin.
Via tersenyum, "makasih Vin."
Sementara Shilla menemui Rio yang sudah memasang wajah tak suka di pinggir ruangan.
"Udah kangen-kangenan sama Alvinnya?" tanya Rio dengan nada sedikit sinis.
"Ikht apaan sih, biasa aja kali," sela Shilla. "Cemburu yah?" godanya seraya menyikut perut Rio.
"Cemburu? Ngapain cemburu? Enggak sama sekali!" elak Rio.
"Enggak salah lagi kan, ngaku aja deh," Shilla semakin menjadi-jadi.
Rio cemberut, "udah ah, acaranya mau dimulai tuh!" tukas Rio.
Di tengah ruangan Alvin dan Via berdiri berhadapan, keduanya sama-sama memegang cincin yang akan mereka pasangkan di jari tangan pasangannya masing-masing. Pertama Alvin memasangkan cincinnya ke jari manis Via, setelah itu giliran Via yang memasang cincin ke jari tangan Alvin. Semua tamu undangan bertepuk tangan ketika mereka mengakhirinya dengan ciuman di kening Via oleh Alvin.
"Kapan yah kita bisa kaya mereka?" gumam Rio.
Shilla mengangkat bahunya, tidak tahu. "Seharusnya aku yang ada disana Yo..." gumamnya seraya menyandarkan kepalanya pada lengan kekar Rio.
"Maafin aku yah Shil..." nada bicara Rio melemah. Seharusnya lelaki itu sudah menyadari semuanya dari awal, sejak ia jatuh cinta kepada Shilla bahwa Shilla tidak akan pernah mencintainya sepenuh hati. Sejak awal semua ini memang sudah salah, tidak seharusnya Rio merebut seseorang yang sudah menjadi milik orang lain.
"Shil... Kalau sampai saat ini kamu belum cinta dan bahagia juga sama aku, kamu boleh pergi Shil," seru Rio meskipun dalam hati jelas ia tidak pernah ingin melepaskan Shilla bagaimanapun.
"Kamu jahat Yo... Disaat Alvin udah jadi milik Via kenapa kamu lepasin aku? Percuma Yo..." desis Shilla marah.
"Seenggaknya mereka baru tunangan, dan aku yakin Alvin pasti masih cinta sama kamu," ucap Rio. "Meskipun aku yakin cinta aku lebih besar dari pada dia," sambungnya dalam hati.
Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya, sama sekali tidak habis pikir dengan semua kalimat yang keluar dari mulut Rio.
"Aku bukan kamu Yo... Aku bukan kamu yang bisa dengan mudah ngehancurin hubungan orang, apalagi nyakitin hati Via," ucap Shilla tajam, tepat menusuk kedalam hati Rio yang merasa tersindir.
"Maafin aku Shil..." hanya kalimat itu yang sekarang bisa keluar dari mulut Rio. "Sekarang kamu boleh benci aku, pergi dari aku Shil! Pergi!" usir Rio, sementara matanya sama sekali tidak berani menatap Shilla.
Dengan kesal Shilla menarik lengan Rio, langkah cepatnya membawa lelaki itu keluar dari dalam ruangan.
Plakkk!!!
Rio memegang pipinya tepat setelah tangan Shilla berhasil mendarat dengan mulus disana.
"Aku benci kamu Yo!" teriak Shilla.
Rio terdiam.
"Kamu enggak bisa lepasin aku gitu aja!" ucap Shilla seraya menatap Rio tepat dimatanya. "Perasaan aku sama Alvin emang enggak pernah berubah dari dulu, tapi perasaan aku sama kamu udah berubah Yo.."
Rio mengangkat kepalanya menatap Shilla tak mengerti.
"Selama empat tahun, perasaan ini tumbuh Yo selalu semakin besar bahkan ngalahin perasaan aku buat Alvin..." ujar Shilla pelan.
"Genggam aku Yo, jangan pernah lepasin aku... Aku cinta kamu Yo..." Shilla menghambur kedalam pelukan Rio, memeluk lelaki itu dengan sangat erat.
"Kamu yang minta yah Shil, aku akan terus genggam kamu jangan nyesel kalau pada akhirnya kamu akan terus terpenjara sama cinta aku..." bisik Rio.
Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Enggak masalah, aku udah terbiasa sama penjara cinta kamu," ucapnya.
Rio tersenyum mendengarnya ia memeluk Shilla semakin erat. Dalam hati lelaki itu berjanji bahwa ia akan selalu melimpahi Shilla dengan cintanya dan membuat gadis itu semakin mencintainya. Satu lagi, genggaman itu takan pernah terlepas.
"Yo..."
"Hmm..."
"Jangan salah paham yah kalau selama ini aku selalu nyebut-nyebut nama Alvin, aku cuma seneng ngeliat kamu cemburu karena artinya kamu beneran cinta sama aku..." gumam Shilla.
Rio tersenyum. "Okey."


Ending

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...