Minggu, 07 April 2019

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat minggu lalu. Jadi, masih anget-angetnya. Bisa banget nih buat kamu yang mau nonton. Yaps, judulnya The Item.

Jadi, The Item ini bisa dibilang drama supranatural yah dengan genre fantasy, drama, mysteri dan crime. Belum lagi dengan pemain-pemainnya yang super keren, keren banget malah dengan pemeran utama dua aktor Korea yang enggak diragukan lagi kemampuan aktingnya yakni Joo Ji Hoon dan Kim Kang Woo.

Awalnya sebenarnya aku enggak ada niatan untuk nonton drama ini, drama yang lagi aku ikutin itu drama He is Psychometric yang sekarang masih on going dan bikin penasaran tingkat akut. Akhirnya untuk mengalihkan rasa penasaranku jadilah nonton drama The Item yang kebetulan baru tamat minggu kemarin, yaps aku nyelesaian drama ini dalam waktu 3 hari daebak enggak tuh. Hehe.

Awalnya sempet dibikin bingung pas baru nonton episode-episode awal dengan kasus yang membingungkan itu, pas tahu genrenya memang fantasy barulah aku mengerti kenapa drama ini berkaitan dengan hal-hal ghaib yang cukup enggak masuk di akal. Ya, namanya juga fantasy kan yah.

Di episode awal langsung dihadapkan sama Joo Ji Hoon yang disini perannya menjadi Jaksa Kang yang mencoba menghentikan kecelakaan kereta dengan kekuatan supranatural yang berasal dari gelang yang dipakainya, yang ternyata hanya mimpi. Kita juga akan disuguhi drama hangat dari Jaksa Kang dengan keponakannya Da In yang kadang bikin melo sendiri. Di tambah dengan kasus aneh, dan Jo Se Hwang yang dari awal udah kelihatan muka jahatnya bikin kamu pasti akan lanjut untuk nonton episode selanjutnya.

 Nonton drama ini, bisa banget bikin mikir keras dengan kasus-kasus pembunuhannya sendiri yang aneh. Belum lagi dengan teka teki si pembunuh, kejahatan Jo Se Hwang, dan item benda-benda ghaibnya. Dibikin melo sama drama Jaksa Kang dan Dain sang keponakan, juga drama keluarga dari Seyoung si detektif profiller dan ayahnya, juga kisah lampau dari kebakaran Dream World yang sebenarnya bisa di bilang awal atau kunci dari supra natural tersebut.

Meskipun di Korea ratting dramanya cukup rendah padahal punya aktor yang keren banget, menurut aku sih drama ini worth it untuk di tonton meskipun katanya CGI yang kurang bagus, kuno, terus juga akting si pemeran perempuan yang kurang greget tapi cukup oke untuk diikuti.

Drama ini bisa banget bikin nangis, tegang, takut, pusing karena mikir sebenarnya gimana dan penasaran dengan episode-episode selanjutnya.. Aku sih nontonnya ngalir aja gitu tahu-tahu selesai, karena ceritanya pun enak untuk diikuti.

Meskipun aku rada kecewa dengan endingnya, karena menurutku aku kurang memuaskan. Because, Jo Se Hwang, karakter antagonis si penjahat yang selama drama itu ngeselinnya bukan main, jahatnya itu kelewatan yah pokoknya sukses banget bikin penonton benci sama dia endingnya malah mati enggak jelas, maksudnya dengan semua kejahatan yang dia lakuin pembalasan yang dia terima itu kurang greget menurut aku kurang jahat, kurang nampol gitu. Belum lagi sama Jaksa Kang  yang tahu-tahu kembali ke dunia nyata setelah beberapa bulan hilang di dream world yang dalam artian dunia lain. Enggak ngerti juga dia tiba-tiba ada. Kesannya kayak dipaksakan.  Selain itu aku greget juga sama hubungan Jaksa Kang dan detektif Shin. Buat kalian yang cari romance, sayang banget kalian enggak akan nemuin itu di drama ini. Meskipun menurut aku Jaksa Kang dan Detektif Shin punya moment manis sendiri yang harusnya bisa dijadikan selipan romance. Tapi cukup lega karena endingnya ya bahagia lah ya bisa di bilang. Oh iya aku juga suka banget sama karakter Bang Hak Jae disini dengan tingkah kocaknya bisa bikin ketawa ditengah dramanya yang serius dan menegangkan.

Jadi terlepas dari beberapa hal menurut aku drama ini cukup recomended untuk di tontot apalagi buat orang-orang yang suka sama genre mistery dan seneng dibawa mikir keras dengan plot twist dan drama yang enggak tertebak kamu harus banget nonton drama ini. worth it lah pokoknya!

Yaps, segitu aja review drama yang bisa aku kasih maaf banget kalau reviewnya aneh karena ini konten review pertama yang aku buat. Hehe, Terima kasih sudah mau baca :)

Selasa, 02 April 2019

Awal Mula Jadi Penulis FTV

Hi Hello!

Lama sekali rasanya tidak menyapa, ya jelas orang terakhir posting tahun 2017. Dasar aku!

Jadi, setelah berapa abad lupa kalau punya blog ini, beberapa hari lalu aku mulai kepikiran buat nulis-nulis lagi dan pas mau buka blog ini tahunya lupa email dan passwordnya. Iya akibat kelamaan diabaikan, tapi untungnya malam ini setelah mencoba beberapa email akhirnya yash bisa juga dibuka. Jadi, dari pada aku kebanyakan basa basi mending langsung aja yuk bahas gimana aku bisa jadi penulis FTV.

Iya, jadi aku FTV pertamaku tayang bulan April tahun 2018. Waktu itu pas pertama posting banyak banget yang nanya kok bisa? Beneran ca? dan sejenisnya. Jangankan kalian waktu itu aku aja enggak percaya ceritaku bisa diterima.

Jadi awalnya, aku masuk grup-grup penulis gitu dan berteman sama beberapa penulis yang ternyata adalah penulis ftv yang bikin aku tertarik buat ikutan nyoba juga. Aku mulai tanya-tanya ph mana aja yang bisa nerima cerita dari penulis secara umum, gimana cara kirimnya formatnya seperti apa yang begitu-begitu pokoknya. Sampai akhirnya setelah nanya-nanya serta searching segala macamnya akhirnya aku coba buat bikin. Tapi aku bingung mau kirimnya kemana, karena mereka yang ditanya jarang ada yang mau terbuka untuk memberikan email si ph tersebut. Alamat email ph yang pertama aku dapat pun sangat bukan aku. Sampai akhirnya aku lupa tepatnya bagaimana aku dapet email Production House Screenplay dan Frameritz, yang ftvnya suka tayang di SCTV.

Waktu itu karena pure emang mau nyoba yaudah modal nekat akhirnya ngirimlah ke PH tersebut. Ada sekitar 3 cerita yang aku kirim. dan setelah berbulan-bulan enggak dapat balasan apa-apa akhirnya aku berhenti buat ngirim naskahku, Karena aku mikirnya yaudah kayanya enggak keterima. Tapi ternyata setelah kurang lebih 6 bulan dari aku kirim cerita tersebut tahu-tahu dapat telepon dari pihak PH yang bilang kalau ftv ku diterima.

Sumpah ya, waktu itu masih inget banget siang-siang lagi ngadem di lab dan dapet telepon itu langsung kesenengan sendiri, untung keadaan lab lagi sepi-sepinya. Rasanya tuh kayak beneran enggak sih seriusan gitu, dan ternyata iya. Seneng bangetlah pokoknya.

Prosesnya pun enggak lama ternyata, Februari di telepon, April FTV-nya beneran tayang. Aku seseneng itu. Tentang FTV-nya aku bahas lain kali yah.

Intinya sih aku mau bilang, kalau kita mau usaha dan mau belajar enggak ada yang enggak mungkin. Coba aja, kamu tau mau kamu apa yah lakuin, terus kejar, perdalam ilmunya, toh aku sih percaya usaha enggak akan mengkhianati hasl. Jadi, tetap semangat ya teman-teman, percaya aja aku bisa maka kamu pun bisa. Fighting!

Kamis, 02 Maret 2017

Monashilla



:: MONA SHILLA ::


"Shil..."
"Iyah..."
"Shil..."
"Kenapa Yo?"
"Shil..."
"Apa sih Yo?"
Rio tertawa terbahak-bahak mendengar kekesalan pada nada bicara Shilla di sebrang sana melalui telpon. Entah mengapa dia senang saat mengerjai Shilla sampai gadis itu benar-benar kesal. Menurutnya itu sangat lucu, seperti saat ini meskipun Rio tidak dapat melihat ekspresi wajah Shilla tapi dia dapat membayangkan saat ini Shilla pasti sedang bersungut-sungut sebal.
"Dihh Mariooooo... Kenapa sih? Dasar aneh!" dan setiap rengekan Shilla seperti ini sangat terdengar indah ditelinga Rio.
"Ngetes aja," Rio menjawab dengan enteng.
"Ngetes? Apa yang perlu ditest?" kening Shilla berkerut heran.
"Ya telinga kamu lah..."
"Demi apa enggak lucu!"
"Hehe... Sorry..." Rio terkekeh pelan. "Aku cuma mau ngasih tau Leonardo Al Vincy-nya kamu udah dateng tuh," ucap Rio akhirnya.
"Alvin udah dateng? Seriusan? Waahhhh aku pengen ketemu dia, kangen berat nih!" Shilla hampir berteriak girang mendengar kabar yang diberikan oleh kekasihnya sendiri. Kalian tau apa? Sekarang giliran Rio yang dibuat kesal.
"Bisa enggak sih enggak nunjukin antusias kamu di depan aku? Aku pacar kamu Shil, pacar kamu!" ucap Rio dengan penuh penekanan.
Kini giliran Shilla yang dibuatnya tertawa terbahak-bahak. Nah lho, satu sama kan!
"Yeeee.... Kenapa aku emang kangeeennnn bangeeeettttt sama diaaaa, banget banget banget!"
"Shil, kamu masih cinta yah sama dia?" Rio bertanya dengan serius.
"Iya lah, dari dulu perasaan aku buat dia itu enggak pernah berubah sedikitpun, bahkan sampai saat ini," jawab Shilla dengan santai, ia tidak mengetahui bahwa disebrang sana Rio sudah menggeram marah menahan api cemburu yang menyala dihatinya. Sekarang mood Rio bener-bener udah bad banget.
"Dia bilang mau tunangan," ucap Rio pelan.
"Alvin? Mau tunangan? Sama siapa? Aku kan udah sama kamu!" Shilla sangat-sangat terkejut karenanya.
"Iyah, enggak usah pede deh Shil, aku juga belum tahu siapa ceweknya, dia belum mau bilang," ujar Rio.
"Yahh... Aku patah hati deh Yo..." Shilla mendesah pelan.
"Shil! Kamu gila yah? Kamu patah hati sama cowok lain dan bilang sama pacar kamu, ck! Keterlaluan!" Marah Rio.
"Dia bukan cowok lain Yo! Dia cinta pertamaku!"
"Terserah kamu deh Shil!" Rio menyerah, Shilla sepertinya memang masih benar-benar mencintai Alvin bahkan gadis itu sama sekali tidak peduli dengan perasaannya.
"Yo..."
"Ya?"
"Nanti siang aku juga mau ketemu sama Via dan Angy," ucap Shilla.
"Via juga udah pulang?"
"Udah, makanya kita mau ketemu. Pulangnya mau enggak jemput aku?"
"Iyah," Rio menjawab dengan singkat.
"Okey."
"Aku tutup telponnya yah, bye!" setelah mengucapkan itu Rio memutuskan sambungan teleponnya. Sepertinya laki-laki itu benar-benar marah.

***

"Viaaaaa.... Angyyy... Huaaa gue kangen banget sama kaliaaaannn!!!" Shilla memeluk kedua sahabatnya itu dengan erat.
"Bohong lo! Kalau kangen harusnya datengnya cepetan ini malah telat lagi!" cetus Angy sebal, habis ia dan Via sudah menunggu Shilla hampir setengah jam dari waktu janjian yang mereka tentukan.
"Yeee... Gitu aja marah, maaf banget, enggak ada yang nganterin kesini tau," jelas Shilla.
"Emang Rio-nya kemana?" tanya Via.
"Gue cuma minta dia jemput gue, enggak minta nganterin hehe..." ucap Shilla sambil terkekeh pelan. "Eh, Ngy lo gendutan yah?" Shilla menggoda Angy jail.
"Ah masa, enggak kok, enggak kan Vi? Masa iyah gue gendut," Angy yang paling bete kalau di bilang gendut langsung kelabakan.
"Enggak kok, cuman sedikit big aja," timpal Via. Angy cemburut. Shilla dan Via tertawa puas melihatnya.
"Udah ah, jangan bahas gue! Rese lo!" Angy memukul pundak Shilla dengan tasnya.
"Ikht, ngambekan lo!" balas Shilla, lama juga mereka tidak adu bicara seperti ini.
"Udah ah, oh ya Vi tadi katanya ada yang mau lo omongin apaan? Sekarangkan Shilla udah dateng," Angy kini beralih kepada Via.
Via tersenyum.
"Iyah, ayo cerita gimana di Ausi?" tanya Shilla antusias.
"Seenak-enaknya di negeri orang tetep aja enak di negeri sendiri," gumam Via.
"Elah, bisa aja lo! Terus gimana udah ketemu soulmate lo?" tanya Shilla lagi, ia masih penasaran sama Via.
"Ayo dong jawab! Udah belom? Jangan diem aja!" seru Angy yang juga tak sabar.
"Waww..." Shilla dan Angy berseru heboh sekaligus terkejut saat perlahan-lahan Via menganggukan kepalanya.
"Seriusan? Siapa cowok itu?" tanya Shilla.
"Gue enggak nyangka Vi ternyata jodoh lo selama ini nyasar di Ausi, bule coy!" Angy menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Siapa yang bilang bule?" Via mengernyit heran.
"Loh bukannya cowok lo bule?"
Via menggelengkan kepalanya, "asli Indonesia," jelasnya.
"Hah?"
"Anak Jakarta, sama-sama anak beasiswa," jelas Via lagi.
"Wah siapa? Kenalin dong Vi..." seru Shilla, jauh-jauh ke Ausi ternyata tetap saja dapatnya lokal.
"Kalian udah kenal dia kok," ucap Via dengan santainya.
"Hah? Siapa?" Shilla dan Angy berseru hampir bersamaan.
"Lo bahkan jauh lebih kenal dia dibanding gue, tadinya," ujar Angy sambil mengerlingkan sebelah matanya pada Shilla.
Shilla dibuatnya mengernyit heran.
"Aduh siapa sih Vi?"
"Jangan main rahasia-rahasian dong! Kita kepo berat nih," sahut Angy.
"Tebak dong, kalian juga kan deket sama dia," ucap Via sambil tersenyum menggoda.
"Satu SMA sama kita?" tanya Shilla. Via mengangguk pasti.
"Kakak kelas? Atau satu angkatan?" tanya Angy.
"Tau ah, tebak dong!"
"Asli Indonesia, anak Jakarta, satu SMA sama kita, dapet beasiswa juga, dan gue kenal banget sama..." Shilla menghentikan gumamannya saat sebuah nama tiba-tiba saja melintas diotaknya. Matanya terbelalak sempurna. "Vi jangan bilang kalo..."
"Apa?"
"Vi, cowok itu Alvin yah?" tanya Shilla histeris.
"Alvin?" Angy tampak berpikir. "Alvin mantannya lo?"
"Alvin yah Vi? Seriusan Alvin?" Shilla tak menyangka, ciri-ciri cowok yang dibeberkan Via mengarah kepada mantan pacarnya itu. Tiap tahun hanya ada satu orang dari sekolah mereka yang bisa dapet beasiswa ke Ausi, dan Alvin salah satunya.
Shilla hampir menahan nafasnya saat Via benar-benar menganggukan kepalanya, "dan gue enggak pernah nyesel udah nitipin dia di lo selama ini, makasih yah pernah jagain dia buat gue," ucap Via seraya tersenyum lembut.
"VIAAAAA!!!" Shilla berteriak histeris. Itu artinya Alvin bakal tunangan sama Via.

***

"Malem ini kamu kelihatan jelek banget Leonard..." ucap Shilla menatap lelaki dihadapannya dengan seksama.
"Masa sih? Bukannya kamu pernah bilang kalau aku kelihatan keren dan ganteng banget kalau pake setelan rapi kaya gini, apalagi pake tuxedo," kening Leonard atau yang bernama asli Alvin tampak mengernyit bingung.
Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu tampil kaya gini bukan buat aku tapi buat Via jadinya kamu jelek banget dimata aku," ujar Shilla. "Seharusnya aku yang ada di posisi Via yah..." gumamnya.
"Apaan sih, kamu enggak boleh ngomong gitu Shil! Gimana pun kamu udah sama Rio!" seru Alvin.
Shilla tersenyum, "aku bercanda, tenang aja," ucapnya.
Alvin tersenyum mendengarnya.
"Aku enggak pernah nyangka semuanya bakal berakhir kaya gini," gumam Shilla menerawang.
"Kamu tahu aku lebih enggak nyangka lagi, aku ngelepasin kamu dan pada akhirnya aku malah sama Via sahabat kita sendiri," ujar Alvin.
"Padahal dulu kita sering banget ngayal kalau kita bakal bareng-bareng sampe akhir yah," ucap Shilla seraya menatap Alvin.
Alvin menyentuh tangan Shilla.
"Kamu tahu Shil, Leonardo Da Vinci aja hanya menciptakan Mona Lisa tapi pada akhirnya Mona Lisa menjadi milik orang lain kan?" ujar Alvin. "Mungkin kisah kita sama kaya itu," sambungnya.
Shilla mengangguk, "kamu bener Vin."
"Shil makasih udah ada dikehidupanku, karena kamu keluargaku jadi bahagia, gimanapun aku terima kasih banget sama kamu, kamu sama berharganya kaya Mona Lisa, dan sampai kapanpun kamu akan tetep jadi Mona Shilla buat aku," ucap Alvin ia merengkuh Shilla kedalam pelukannya, memeluk gadis itu sangat erat.
"Aku juga terima kasih banget sama kamu, karena kamu aku jadi ngerasa berharga, Leonardo Al Vincy," balas Shilla, tanpa terasa setetes air matanya jatuh, dengan segera Shilla menyekanya dengan punggung tangannya.
"Cengeng ah, jangan nangis dong!" Alvin yang melihatnya ikut menghapus air mata Shilla.
"Udah ah, ayo kita kesana! Via pasti udah nungguin kamu!" ucap Shilla seraya bangkit berdiri. Mereka memang sengaja memisahkan diri dari keramaian pesta pertunangan ke taman belakang rumah Alvin.
"Iyah, nanti Rio berpikiran macem-macem lagi!"
Shilla terkekeh pelan mendengarnya mereka pun berjalan memasuki rumah. Disana baru mereka berpisah. Alvin menemui Via ditengah ruangan dimana mereka akan melakukan tukar cincin. Via tampak tersenyum melihat kedatangan Alvin, meskipun sedikit was-was juga saat Alvin datang bersama Shilla.
"Kamu enggak akan batalin acara ini kan?" tanya Via seraya menatap Alvin takut-takut.
Dengan segera Alvin menggenggam tangan Via, lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Jangan ngomong kaya gitu, aku udah pilih kamu buat nemenin sisa hidup aku," bisik Alvin.
Via tersenyum, "makasih Vin."
Sementara Shilla menemui Rio yang sudah memasang wajah tak suka di pinggir ruangan.
"Udah kangen-kangenan sama Alvinnya?" tanya Rio dengan nada sedikit sinis.
"Ikht apaan sih, biasa aja kali," sela Shilla. "Cemburu yah?" godanya seraya menyikut perut Rio.
"Cemburu? Ngapain cemburu? Enggak sama sekali!" elak Rio.
"Enggak salah lagi kan, ngaku aja deh," Shilla semakin menjadi-jadi.
Rio cemberut, "udah ah, acaranya mau dimulai tuh!" tukas Rio.
Di tengah ruangan Alvin dan Via berdiri berhadapan, keduanya sama-sama memegang cincin yang akan mereka pasangkan di jari tangan pasangannya masing-masing. Pertama Alvin memasangkan cincinnya ke jari manis Via, setelah itu giliran Via yang memasang cincin ke jari tangan Alvin. Semua tamu undangan bertepuk tangan ketika mereka mengakhirinya dengan ciuman di kening Via oleh Alvin.
"Kapan yah kita bisa kaya mereka?" gumam Rio.
Shilla mengangkat bahunya, tidak tahu. "Seharusnya aku yang ada disana Yo..." gumamnya seraya menyandarkan kepalanya pada lengan kekar Rio.
"Maafin aku yah Shil..." nada bicara Rio melemah. Seharusnya lelaki itu sudah menyadari semuanya dari awal, sejak ia jatuh cinta kepada Shilla bahwa Shilla tidak akan pernah mencintainya sepenuh hati. Sejak awal semua ini memang sudah salah, tidak seharusnya Rio merebut seseorang yang sudah menjadi milik orang lain.
"Shil... Kalau sampai saat ini kamu belum cinta dan bahagia juga sama aku, kamu boleh pergi Shil," seru Rio meskipun dalam hati jelas ia tidak pernah ingin melepaskan Shilla bagaimanapun.
"Kamu jahat Yo... Disaat Alvin udah jadi milik Via kenapa kamu lepasin aku? Percuma Yo..." desis Shilla marah.
"Seenggaknya mereka baru tunangan, dan aku yakin Alvin pasti masih cinta sama kamu," ucap Rio. "Meskipun aku yakin cinta aku lebih besar dari pada dia," sambungnya dalam hati.
Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya, sama sekali tidak habis pikir dengan semua kalimat yang keluar dari mulut Rio.
"Aku bukan kamu Yo... Aku bukan kamu yang bisa dengan mudah ngehancurin hubungan orang, apalagi nyakitin hati Via," ucap Shilla tajam, tepat menusuk kedalam hati Rio yang merasa tersindir.
"Maafin aku Shil..." hanya kalimat itu yang sekarang bisa keluar dari mulut Rio. "Sekarang kamu boleh benci aku, pergi dari aku Shil! Pergi!" usir Rio, sementara matanya sama sekali tidak berani menatap Shilla.
Dengan kesal Shilla menarik lengan Rio, langkah cepatnya membawa lelaki itu keluar dari dalam ruangan.
Plakkk!!!
Rio memegang pipinya tepat setelah tangan Shilla berhasil mendarat dengan mulus disana.
"Aku benci kamu Yo!" teriak Shilla.
Rio terdiam.
"Kamu enggak bisa lepasin aku gitu aja!" ucap Shilla seraya menatap Rio tepat dimatanya. "Perasaan aku sama Alvin emang enggak pernah berubah dari dulu, tapi perasaan aku sama kamu udah berubah Yo.."
Rio mengangkat kepalanya menatap Shilla tak mengerti.
"Selama empat tahun, perasaan ini tumbuh Yo selalu semakin besar bahkan ngalahin perasaan aku buat Alvin..." ujar Shilla pelan.
"Genggam aku Yo, jangan pernah lepasin aku... Aku cinta kamu Yo..." Shilla menghambur kedalam pelukan Rio, memeluk lelaki itu dengan sangat erat.
"Kamu yang minta yah Shil, aku akan terus genggam kamu jangan nyesel kalau pada akhirnya kamu akan terus terpenjara sama cinta aku..." bisik Rio.
Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Enggak masalah, aku udah terbiasa sama penjara cinta kamu," ucapnya.
Rio tersenyum mendengarnya ia memeluk Shilla semakin erat. Dalam hati lelaki itu berjanji bahwa ia akan selalu melimpahi Shilla dengan cintanya dan membuat gadis itu semakin mencintainya. Satu lagi, genggaman itu takan pernah terlepas.
"Yo..."
"Hmm..."
"Jangan salah paham yah kalau selama ini aku selalu nyebut-nyebut nama Alvin, aku cuma seneng ngeliat kamu cemburu karena artinya kamu beneran cinta sama aku..." gumam Shilla.
Rio tersenyum. "Okey."


Ending

Rabu, 01 Maret 2017

Mahasiswa: Generasi Muda Penerus Bangsa



Namaku Choirunnisa. Aku berasal dari daerah Pandeglang. Pandeglang? Mungkin kalian asing dengan kota tersebut dan mulai bertanya-tanya dimana letaknya. Ya, Pandeglang hanyalah kabupaten yang berada di Provinsi Banten. Mungkin bisa dibilng kota kecil yang terbelakang, yang tak banyak diketahui oleh penduduk Indonesia. Tapi ketahuilah meski mungkin kalian memandang aku sebagai orang yang tinggal di kota kecil, percayalah mimpiku sangatlah besar.

            Aku tak peduli dimana aku tinggal, bagaimana kondisinya, apa latar belakangku yang aku tahu aku juga punya mimpi besar yang selalu ingin kuwujudkan tak perduli bagaimana caranya. Salah satu mimpiku adalah membuat negeriku tercinta menjadi Indonesia lebih baik.

            Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang membuat negeri kita seperti kehilangan arah, tak memiliki acuan, tak terurus. Korupsi dimana-dimana, bencana alam datang silih berganti, penegakan hukum yang tak tegas, rakyat miskin merajalela, fasilitas tak memadai dan Pemerintah yang hanya bak pajangan. Sungguh mengecewakan. Akan menjadi apa negeri kita kelak?

            Untuk itulah sejak dulu aku, dengan segala keterbatasan yang ku punya selalu berangan-angan untuk dapat memiliki pendidikan yang tinggi. Setidaknya dengan ilmu yang ku punya dari pendidikan itu aku bisa membuat negeriku menjadi lebih baik.

            Oleh karena itu, disinilah aku berada. Merantau ke Kota Serang yang meskipun hanya beberapa jam dari daerahku. Menempuh pendidikan yang lebih tinggi, menjadi seorang mahasiswa di salah satu Universitas Banten. Ya, mahasiswa.

            Menjadi seorang mahasiswa, kita di pandang sebagai kaum intelektual yang mempunyai intelegensi yang tinggi. Mahasiswa memiliki peran yang diharapkan dapat membawa perubahan untuk Indonesia menjadi lebih baik. Agent of Change, Social Control, dan Iron Stock merupakan peranan penting yang kita emban sebagai seorang mahasiswa.

            Agent of Change. Melihat negeri kita yang semakin semrawut tak menentu ini. Jelas kita sebagai mahasiswa di harapkan dapat menjadi agen perubahan yang bisa memperbaiki segala kejanggalan yang ada. Membawa perubahan ke arah positif. Memperbaiki pembodohan dan ketidakadilan yang tanpa sadar telah melekat pada negeri Ini. Namun tentu itu bukanlah tugas yang mudah. Ketahuilah untuk mengubah sebuah negara kita bisa mengawalinya dari perubahan kecil, ya merubah diri kita sendiri menjadi pribadi yang lebih baik.

            Social Control. Kita sebagai seorang mahasiswa diharapkan dapat menunjukan rasa kepedulian sosial kita terhadap masyarakat, karena bagaimanapun kita adalah bagian dari mereka. Namun bukan berarti kita harus melakukan demo atau aksi-aksi setiap kali ada sesuatu yang ganjil dalam pemerintah. Cukup dengan pemikiran-pemikiran cemerlang, diskusi ataupun dengan memberikan bantuan langsung, baik moril maupun materil terhadap bangsa kita ini.

            Iron Stock. Sebagai mahasiswa yang katanya kaum intelektual. Mahasiswa merupakan aset cadangan dan harapan bangsa untuk masa depan. Kita diharapkan dapat menjadi generasi penerus bangsa. Menjadi generasi yang dapat menjadi calon-calon pemimpin bangsa menggantikan para generasi yang telah ada. Tentu dengan pemikiran, kemampuan, akhlak dan keterampilan yang lebih baik.

            Aku tahu rasanya sulit mengemban perananistimewa tersebut. Tapi aku yakin aku bisa, demi negeriku untuk lebih maju bukankah sebagai penerus bangsa kita pasti bisa? Tentu tak yang tak mungkin di dunia ini. Terlepas dari apapun yang kita miliki jika kita yakin, kita pasti bisa mewujudkannya. Salah satunya meyakini bahwa Indonesia bisa lebih baik di tangan kita. Generasi Muda Penerus Bangsa.

#30DWC Jilid 4 Hari ke 29

Selasa, 28 Februari 2017

Lukisan Masa Tua



~ Jika saja bukan kalian, aku tak tahu akan seperti apa hidupku jadinya. Berada diantara kalian adalah keberuntungan terbesar dalam hidupku. Bagaimana tidak? Tuhan menitipkanku pada Mahakarya terbaiknya. Ayah dan Ibu ~

            Bagiku tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Sejauh yang aku tahu segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah takdir yang telah direncanakan Tuhan. Kehadiran seseorang tidak didatangkan secara cuma-cuma melainkan dengan maksud tertentu. Termasuk kehadiranku diantara kalian, Ayah dan Ibu.
            Aku merasa sangat beruntung dilahirkan dari rahim seorang wanita kuat yang tak pernah mengerti arti kata lelah. Aku selalu merasa beruntung memiliki Ayah selayaknya sosok pahlawan yang siap sedia akan berdiri dengan kokoh tak tertandingi hanya untuk melindungiku. Cinta dan kasih sayang yang kuterima adalah anugerah terindah yang pernah kumiliki. Anugerah yang selalu ku dapat tanpa pernah ku minta.
            Entah sudah berapa waktu yang kalian sia-sia-kan hanya untuk merawatku. Entah sudah sebesar apa pengorbanan yang kalian relakan hanya untuk kebahagianku. Entah sudah berapa banyak keringat yang mengalir dari tubuh kalian hanya untuk kehidupanku. Entah sudah sebesar apa cinta dan kasih sayang yang kalian berikan hanya untuk menjagaku. Rasanya aku tak akan pernah mampu menghitungnya apalagi membalasnya.
            Jika pengorbanan bisa digantikan dengan kata terima kasih. Jika luka dan lelah bisa dibalas dengan kata maaf. Maka aku akan mengucapkannya, sebanyak yang aku bisa. Terus menerus sampai aku kehilangan nafas dan kalian bosan mendengarkannya. Namun aku tahu, apapun itu, tak akan pernah ada yang mampu membalas segala jasa-jasa yang telah kalian lakukan, hanya untukku.
            Meski kalian tak mengatakannya, namun aku tahu aku-lah orang ketiga di hubungan kalian, menjadi salah satu penyebab pertengkaran diantara Ayah dan Ibu. Meski kalian menyangkalnya, namun aku tahu ada mimpi-mimpi yang sempat hancur karena kehadiranku. Meski kalian hanya diam, namun aku tahu aku-lah penyebab kerutan diwajah putih itu, aku-lah penyebab kalian terlalu cepat menua. Ya, meskipun kalian mengatakan tidak, namun aku tahu akulah orang yang telah merenggut hal-hal indah itu dari kalian. Walau aku-pun percaya diri kebahagiaan yang tercipta karena kehadiranku cukup dapat menggantikan kehilangan yang kalian terima. Setimpal? Tentu tidak. Hey, aku telah merenggut masa muda kalian, mustahil bagiku untuk memperbaikinya apalagi mengembalikannya. Tapi tenang saja aku telah menyiapkan sebuah Mahakarya yang kunamakan Lukisan Masa Tua hanya untuk kalian, Ayah dan Ibu.
            Saat ini aku tak dapat melakukan apa-apa selain menjadi anak yang berbakti dengn menuruti setiap perkataan kalian. Namun kelak saat aku sudah dewasa dan menjadi orang yang sukses maka aku akan mencoba membalas segalanya, meski tak akan pernah cukup. Namun aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kalian.
            Saat Ayah dan Ibu sudah semakin tua dan tak sekuat sekarang maka jangan lakukan apapun, cukup diam dalam rumah sejuta kenangan milik kalian yang sekarang kita tempati. Aku akan memperbaiki bagian yang rusak dan membiarkan kalian tinggal dengan nyaman disana karena aku tahu Ayah dan Ibu tak akan mau ikut denganku. Meski aku mungkin akan sibuk dengan keluargaku nanti, namun percayalah kalian akan tetap menjadi bagian dari prioritas utamaku. Jadi jangan pernah sungkan. Seperti yang kalian lakukan aku akan berusaha memberikan cinta dan kasih sayangku untuk kalian, aku akan sering mengunjungi kalian sambil membawa anak-anak-ku yang kelak akan megambil alih cinta Ayah dan Ibu dariku. Aku akan berusaha memenuhi kebutuhan kalian seperti kalian yang telah dengan susah payah memenuhi kebutuhanku. Aku akan berusaha mewujudkan mimpi Ayah dan Ibu untuk datang ke tempat suci yakni Ka’bah. Aku akan merawat Ayah dan Ibu dengan sabar sebagaimana kalian merawatku.
Intinya aku akan berusaha memenuhi segala keinginan kalian, menciptakan masa tua yang indah hanya untuk hidup Ayah dan Ibu. Meskipun tak akan pernah cukup untuk membalas apa yang telah Ayah dan Ibu berikan, namun melihat Ayah dan Ibu tinggal dengan tenang dan penuh kebahagiaan dimasa tua kelak adalah hal terindah yang selalu kunantikan.

#30DWC Jilid 4 Hari ke 28

Senin, 27 Februari 2017

Don't Judge!

Don't Judge!

Dalam menjalani hidup ini setiap pribadi mempunyai pandangannya masing-masing. Beda kepala beda pula cara berpikir. Tuhan menciptakan individu berbeda-beda, lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Untuk itulah kita tidak diperkenankan untuk menghakimi orang lain. Terlepas dari apapun itu Tuhan telah menciptakan makhluknya sesempurna mungkin.

Aku dan mulut nakalku pun tidak luput dari kegemasan untuk membicarakan orang lain. Menghakimi orang lain, hanya karena sesuatu yang menurutku terlihat buruk. Namun seiring berjalannya waktu aku tahu aku telah salah. Menghakimi orang lain hanya dengan melihatnya dari satu pandangan jelas bukanlah sesuatu yang benar.

Perkuliahan sore tadi dengan salah satu dosen untuk mata kuliah Statistika nyatanya telah membuka mata pikiranku. Katanya, setiap jal tidak bisa dipandang hanya dari sebelah sisi. Kita harus belajar untuk memandang sesuatu dari berbagai persfektif.

Misalnya, seorang wanita muslimah cenderung dinilai baik saat ia mengenakan pakaian yang baik (Syar'i). Lantas seorang wanita yang belum berkerudung bisa dikatakan wanita tidak baik, begitukah? Tapi bagaimana jika di sisi lain wanita itu seringkali memberikan bantuan kepada orang lain? Bukankah hal itu termasuk ke dalam sifat terpuji?

Sama halnya ketika kita membaca novel ataupun menonton sebuah film. Kita seringkali membenci sosok antagonis disana, padahal jika kita melihatnya dengan pikiran yang lebih terbuka bisa saja antagonis itu memiliki sisi yang baik. Misal dia bersikap jahat untuk melindungi orang lain, atau untuk melindungi dirinya sendiri. Bukankah hal itu jelas menjadi haknya?

Begitu juga dengan seorang pencuri. Ia memang telah melakukan tindak kriminal yang jahat. Tapi bagaimana jika adalah alasan baik yang mendasarinya? Semisal ia mencuri agar mendapat uang untuk pengobatan ibunya yang sedang sakit. Bukankah itu merupakan niat yang baik?

Untuk itulah mulai sekarang cobalah buka pikiranmu lebih luas. Dunia ini, kehidupan ini semuanya sangat luas. Oleh karena itu, kita tidak bisa memandangnya hanya dari satu sisi. Kita tidak bisa menghakimi sesuatu hanya karena kita melihatnya dengan sebelah mata. Kita harus belajar untuk memandang segalanya dari berbagai sisi. Dengan begitu kita dapat melihat sesuatu dengan lebih benar. Setidaknya kita tidak akan langsung menjudge sesuatu hanya karena baru melihatnya sekali. Sungguh hal yang aneh rasanya, ketika kita menjudge seseorang tanpa coba memandangnya dsri sisi yang lain.

Seseorang bisa terlihat buruk dalam suatu hal tapi bisa saja di hal yang lainnya ia merupakan yang terbaik. Don't Judge a Book From The Cover. Rasanya istilah itu memang sangat benar. Sesuatu yang terlihat bagus dari luar belum tentu dalamnya juga bagus, bisa saja ada sebuah pencitraan karenanya. Begitu juga dengan sesuatu yang terlihat buruk dari luar bisa saja ia menyembunyikan sejuta kebaikan di dalamnya.

Mudahnya jangan menghakimi orang lain hanya dengan melihatnya dari satu sisi. Bukankah kita juga tak suka jika dihakimi oleh orang lain? Begitu juga yang mereka rasakan saat kita menghakiminya. Intinya jangan menjudge saat tak siap di judge!

#30DWC Jilid 4 Hari ke 27

Review Drama: The Item, Drama Supranatural yang Bikin Mikir Keras!

Anyeonghaseyo yeorobun! Kali ini aku mau ngereview salah satu drama Korea yang baru aja selesai aku tonton. Btw drama ini baru aja tamat mi...